"In terms of the nuclear option, people have been watching movies too long. They get the idea that detonating a nuclear weapon cause the asteroid to just evaporate and the parts scatter to the winds. In fact that doesn't happen. An asteroid a half a mile, or mile in diameter is a mountain, and you're trying to move a mountain with a nuclear weapon. Even if you do manage to break it up into smaller fragments, those fragments are still targeted on the Earth and they're now radioactive."
~Prof. H. Jay Melosh (University of Arizona, Tuscon. USA), Killer Asteroids, National Geographic Channel~
Jatuhnya asteroid di Chelyabinsk, Rusia Tengah, pada Jumat 15 Februari 2013 pukul 09.20 waktu setempat (10.20 WIB) menarik perhatian publik internasional karena mencederai lebih dari 1000 orang. Media massa menyebutnya hujan meteor. Sesungguhnya bukan hujan meteor. Itu asteroid yang masuk ke atmosfer yang tampak sebagai bola api sangat terang, bahkan lebih terang daripada matahari pagi itu.
Warga yang cedera bukan disebabkan oleh kejatuhan puing-puing meteor atau asteroid, tetapi oleh gelombang kejut yang merusakkan bangunan dan berbagai fasilitas di kota itu.
Menurut perhitungan NASA kekuatan daya ledak Asteroid itu bila sampai menghujam bumi adalah sekitar 20 kali kekuatan daya ledak Bom Atom Hiroshima.
Dapat dibayangkan apabila Asteroid tersebut menghantam kota padat penduduk seperti New York, Tokyo, Shanghai, Bombai atau Jakarta, dipastikan nyawa Puluhan Juta Umat Manusia melayang begitu saja.
Apa yang sesungguhnya terjadi?
Sampai saat Ini belum ada Iptek buatan Manusia yang mampu menanggulangi atau mencegah bencana yang datang dari Antariksa
"This is the Earth, at a time when dinosaurs roamed a lush & fertile planet. But the piece of rock just six miles wide changed all that. It hit with the force of ten thousand nuclear weapons. A trillion tons of dirt & rock hurtled into the atmosphere creating a suffocating blanket of dust the Sun was powerless to penetrate for a thousand years. It happened before, it will happen again, it's just a question of when."
~Armageddon~
Kemana lagi kita akan memohon perlindungan dan pertolongan?
Wallohualambissawab.
Thanks To:
1. Prof. H. Thomas Djamaluddin, M.Sc., D.Sc.
Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
2. Mr. Petros Aslanyan, M.Sc., Ph.D.
(Senior Scientist at Joint Institute for Nuclear Research, Moscow and Yerevan State University Russia)