Kehancuran Alam Semesta
Edited and Add By:
Arip Nurahman
Department of Physics,
Faculty of Sciences and Mathematics
Indonesia University of Education
&
Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University, Cambridge. USA.
Arip Nurahman
Department of Physics,
Faculty of Sciences and Mathematics
Indonesia University of Education
&
Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University, Cambridge. USA.
”…Setiap orang tentunya sering mendengar teori-teori tentang penciptaan alam semesta, atau justru sekarang ada orang yang sedang memikirkan teori baru berkenaan dengan hal ini. Namun pernahkah kita berpikir tentang teori penghancuran alam semesta? Wah, lebih baik kita tidak pernah tahu tentang ini. Eh, dengan meraba-raba teori tentang ini, kita mungkin saja dapat menghindari terjadinya kiamat tersebut. Nah, disini akan dipaparkan sedikit tentang beberapa jenis kiamat berdasarkan teori Fisika…”
Salah satu teori terjadinya alam semesta yang banyak disepakati kebenarannya oleh para ilmuwan adalah teori Dentuman Besar (The Big Bang). Dasar dari teori ini adalah alam semesta terbentuk dari titik yang mengembang lewat sebuah ledakan.
Lalu, bagaimana kiamat bisa dimungkinkan terjadi? Karena terus mengembang, maka dari sudut pandang sains ada 3 kemungkinan bagaimana alam semesta mengalami kiamat, yaitu “Big Crunch”, “Big Chill” dan “Big Rip”.
Big Crunch menyatakan alam semesta akan terus berkembang hingga titik maksimal, kemudian setelah mencapai titik maksimal maka alam semesta akan mengalami kompresi atau mengecil dan akhirnya kembali menjadi titik.
Big Chill menyatakan alam semesta akan terus berkembang sampai akhirnya kehabisan bintang - bintang bahan bakar. Sehingga berakibat, tanpa bintang, planet-planet akan beku dan mati. Teori ini masih cukup diragukan.
Sementara menurut teori Big Rip, ekspansi alam semesta akan terus bertambah, galaksi mengembang, gravitasi melemah dan isinya akan tercerai berai. Bintang, planet dan akhirnya seluruh atom - atom pun akan pecah. Waktu dan dimensi akan berhenti. Teori ini yang cukup diyakini kebenarannya akan terjadi, karena merujuk pada teori Dentuman Besar sebagai teori terjadinya alam semesta, alam semesta terjadi karena sebuah ledakan dan akan berakhir oleh sebuah ledakan pula.
Kiamat Terjadi Berulangkali
Salah satu teori yang menyebabkan kiamat adalah matahari yang terus membesar dan akhirnya “memakan” planet, istilahnya lebih dikenal sebagai “Red Giant”. Matahari yang tergolong sebagai salah satu bintang ini akan kehabisan bahan bakar dan terus berkembang sampai meledak (Supernova). Supernova akan menghasilkan debu kosmik yang merupakan cikal bakal bintang dan planet yang baru. Siklus ini terjadi beberapa kali dan menjadi dasar pemikiran bahwa kiamat bisa terjadi berulang-ulang.
Beberapa waktu belakangan ini, banyak para ilmuwan di Amerika dan Eropa melakukan penelitian terhadap fenomena supernova. Termasuk melakukan penelitian terhadap sebuah White Dwarf, yakni bekas Red Giant yang tidak meledak. Benda tersebut dinamakan dan dikenal sebagai Sirius-B yang massanya 300 ribu kali massa Bumi. Perlu diketahui satu sendok White Dwarf setara dengan 5 ton.
Kiamat Pertama Terjadi Di Bumi
Hampir seluruh ajaran agama meyakini adanya kiamat. Kiamat merupakan sebuah keniscayaan bagi banyak pemeluk agama (apapun), meskipun hal itu sangat mungkin berarti ras manusia akan mengalami kepunahan.
Skenario kiamat pertama menurut sains terjadi di Bumi. Bumi terdiri dari lapisan-lapisan. Lapisan terdalam adalah inti yang bentuknya solid dan cair. Lapisan berikutnya adalah mantel yang terdiri dari silikat, campuran silikon dan air.
Mantel adalah lapisan tempat panas bumi berada. Panas ini berputar didalam mantel dan bisa menggerakkan crust (kerak bumi) sehingga terjadilah gempa. Kiamat terjadi di Bumi ketika sistem gravitasi yang ada menjadi kacau oleh aliran panas bumi di lapisan mantel. Saat itulah muncul pergerakan lempeng bumi yang ditandai dengan terjadinya gempa. Saat terjadi gempa, orang akan sangat sulit sekali berjalan, hal ini disebabkan pada saat terjadinya gempa sebenarnya gravitasi tidak lagi seragam di daerah gempa. Sedangkan dalam kondisi normal, gravitasi dalam kondisi seragam di setiap permukaan bumi.
Pergerakan lempeng bumi ini akan terus berevolusi alias berlanjut. Fakta ilmiah menunjukkan dulu di bumi hanya ada satu kontinen besar sebelum akhirnya terpecah - pecah menjadi seperti sekarang ini. Pengaruh gaya gravitasi ini memang sangat besar, sehingga bila terjadi gempa dengan skala yang luar biasa, maka efek yang dihasilkan akan sangat besar pula. Dengan skenario kiamat bumi seperti itu bahkan gunung pun bisa tercungkil atau dengan kata lain, terangkat dan terbalik.
Mengenai waktu tepatnya kapan kiamat terjadi hanya Tuhan yang tahu. Hanya saja Tuhan juga telah memerintahkan dan membuka pintu seluas-luasnya bagi manusia untuk belajar dan mencari tahu tentang misteri alam semesta.
Kiamat Kedua Terjadi Di Tata Surya
Setelah kiamat di Bumi, skenario berikutnya yang dijelaskan secara fisika adalah kiamat tata surya. Hal ini terjadi karena ukuran Matahari yang semakin membesar “memakan” planet-planet di dekatnya seperti Merkurius, Venus dan Bumi. Fenomena ini yang disebut tadi sebagai Red Giant. Dan prosesnya tidak lama, mungkin sekitar 3 menit.
Matahari yang tergolng dalam keluarga bintang dapat membesar ketika bahan bakarnya, yaitu Hidrogen habis. Bahan bakar itu dibutuhkan untuk melakukan reaksi fusi nuklir yang menghasilkan cahaya dan atom-atom berat. Dan Hidrogen itu jumlahnya terbatas di permukaan matahari. Saat Hidrogen habis, inti matahari mengecil dan terus mengecil dan kian masif bentuknya.
Sementara bagian terluar matahari yang lebih bersifat loose akan terus membesar sehingga menjadi Red Giant. Apabila perkembangannya mencapai titik maksimal, maka matahari akan meledak dan terjadilah peristiwa yang dikenal dengan sebutan Supernova. Bagian - bagian yang terbuang akan mejadi debu - debu kosmik, cikal bakal bintang dan planet yang baru.
Debu - debu kosmik tersebut akan berkumpul dan membentuk awan molekul raksasa. Awan raksasa berputar sehingga bagian pusatnya membentuk bola (Nebula). Perputaran yang semakin cepat akan mengakibatkan bagian pusat semakin solid dan bagian luar terlempar. Bagian dalam inilah yang akan membentuk bintang dan bagian terluar akan membentuk gugusan planet.
Nah, apa yang sekarang sedang Anda bayangkan? Tentu Anda akan menyadari satu hal, yaitu kiamat ini sebenarnya tidak berbeda dengan penciptaan, karena kiamat justru akan membawa penciptaan. Setelah terjadinya penghancuran maka akan lahir sistem baru, seperti hal nya ketika matahari baru saja kehabisan bahan bakar kemudian meledak dan tata surya menjadi runtuh maka setelah itu akan terbentuk sistem bintang dan planet baru, terlihat seperti suatu siklus.
Bagaimana pun juga semua ini masih rahasia alam, dapat terjadi kapan saja tanpa ada yang bisa memprediksinya. Sebelum itu terjadi, kita, para penghuni planet Bumi, harus mengembangkan terus ilmu pengetahuan dan teknologi sampai kita mampu menguak takbir alam yang menyeliputi kita ini.
Wallahu a’lam…
Salah satu teori terjadinya alam semesta yang banyak disepakati kebenarannya oleh para ilmuwan adalah teori Dentuman Besar (The Big Bang). Dasar dari teori ini adalah alam semesta terbentuk dari titik yang mengembang lewat sebuah ledakan.
Lalu, bagaimana kiamat bisa dimungkinkan terjadi? Karena terus mengembang, maka dari sudut pandang sains ada 3 kemungkinan bagaimana alam semesta mengalami kiamat, yaitu “Big Crunch”, “Big Chill” dan “Big Rip”.
Big Crunch menyatakan alam semesta akan terus berkembang hingga titik maksimal, kemudian setelah mencapai titik maksimal maka alam semesta akan mengalami kompresi atau mengecil dan akhirnya kembali menjadi titik.
Big Chill menyatakan alam semesta akan terus berkembang sampai akhirnya kehabisan bintang - bintang bahan bakar. Sehingga berakibat, tanpa bintang, planet-planet akan beku dan mati. Teori ini masih cukup diragukan.
Sementara menurut teori Big Rip, ekspansi alam semesta akan terus bertambah, galaksi mengembang, gravitasi melemah dan isinya akan tercerai berai. Bintang, planet dan akhirnya seluruh atom - atom pun akan pecah. Waktu dan dimensi akan berhenti. Teori ini yang cukup diyakini kebenarannya akan terjadi, karena merujuk pada teori Dentuman Besar sebagai teori terjadinya alam semesta, alam semesta terjadi karena sebuah ledakan dan akan berakhir oleh sebuah ledakan pula.
Kiamat Terjadi Berulangkali
Salah satu teori yang menyebabkan kiamat adalah matahari yang terus membesar dan akhirnya “memakan” planet, istilahnya lebih dikenal sebagai “Red Giant”. Matahari yang tergolong sebagai salah satu bintang ini akan kehabisan bahan bakar dan terus berkembang sampai meledak (Supernova). Supernova akan menghasilkan debu kosmik yang merupakan cikal bakal bintang dan planet yang baru. Siklus ini terjadi beberapa kali dan menjadi dasar pemikiran bahwa kiamat bisa terjadi berulang-ulang.
Beberapa waktu belakangan ini, banyak para ilmuwan di Amerika dan Eropa melakukan penelitian terhadap fenomena supernova. Termasuk melakukan penelitian terhadap sebuah White Dwarf, yakni bekas Red Giant yang tidak meledak. Benda tersebut dinamakan dan dikenal sebagai Sirius-B yang massanya 300 ribu kali massa Bumi. Perlu diketahui satu sendok White Dwarf setara dengan 5 ton.
Kiamat Pertama Terjadi Di Bumi
Hampir seluruh ajaran agama meyakini adanya kiamat. Kiamat merupakan sebuah keniscayaan bagi banyak pemeluk agama (apapun), meskipun hal itu sangat mungkin berarti ras manusia akan mengalami kepunahan.
Skenario kiamat pertama menurut sains terjadi di Bumi. Bumi terdiri dari lapisan-lapisan. Lapisan terdalam adalah inti yang bentuknya solid dan cair. Lapisan berikutnya adalah mantel yang terdiri dari silikat, campuran silikon dan air.
Mantel adalah lapisan tempat panas bumi berada. Panas ini berputar didalam mantel dan bisa menggerakkan crust (kerak bumi) sehingga terjadilah gempa. Kiamat terjadi di Bumi ketika sistem gravitasi yang ada menjadi kacau oleh aliran panas bumi di lapisan mantel. Saat itulah muncul pergerakan lempeng bumi yang ditandai dengan terjadinya gempa. Saat terjadi gempa, orang akan sangat sulit sekali berjalan, hal ini disebabkan pada saat terjadinya gempa sebenarnya gravitasi tidak lagi seragam di daerah gempa. Sedangkan dalam kondisi normal, gravitasi dalam kondisi seragam di setiap permukaan bumi.
Pergerakan lempeng bumi ini akan terus berevolusi alias berlanjut. Fakta ilmiah menunjukkan dulu di bumi hanya ada satu kontinen besar sebelum akhirnya terpecah - pecah menjadi seperti sekarang ini. Pengaruh gaya gravitasi ini memang sangat besar, sehingga bila terjadi gempa dengan skala yang luar biasa, maka efek yang dihasilkan akan sangat besar pula. Dengan skenario kiamat bumi seperti itu bahkan gunung pun bisa tercungkil atau dengan kata lain, terangkat dan terbalik.
Mengenai waktu tepatnya kapan kiamat terjadi hanya Tuhan yang tahu. Hanya saja Tuhan juga telah memerintahkan dan membuka pintu seluas-luasnya bagi manusia untuk belajar dan mencari tahu tentang misteri alam semesta.
Kiamat Kedua Terjadi Di Tata Surya
Setelah kiamat di Bumi, skenario berikutnya yang dijelaskan secara fisika adalah kiamat tata surya. Hal ini terjadi karena ukuran Matahari yang semakin membesar “memakan” planet-planet di dekatnya seperti Merkurius, Venus dan Bumi. Fenomena ini yang disebut tadi sebagai Red Giant. Dan prosesnya tidak lama, mungkin sekitar 3 menit.
Matahari yang tergolng dalam keluarga bintang dapat membesar ketika bahan bakarnya, yaitu Hidrogen habis. Bahan bakar itu dibutuhkan untuk melakukan reaksi fusi nuklir yang menghasilkan cahaya dan atom-atom berat. Dan Hidrogen itu jumlahnya terbatas di permukaan matahari. Saat Hidrogen habis, inti matahari mengecil dan terus mengecil dan kian masif bentuknya.
Sementara bagian terluar matahari yang lebih bersifat loose akan terus membesar sehingga menjadi Red Giant. Apabila perkembangannya mencapai titik maksimal, maka matahari akan meledak dan terjadilah peristiwa yang dikenal dengan sebutan Supernova. Bagian - bagian yang terbuang akan mejadi debu - debu kosmik, cikal bakal bintang dan planet yang baru.
Debu - debu kosmik tersebut akan berkumpul dan membentuk awan molekul raksasa. Awan raksasa berputar sehingga bagian pusatnya membentuk bola (Nebula). Perputaran yang semakin cepat akan mengakibatkan bagian pusat semakin solid dan bagian luar terlempar. Bagian dalam inilah yang akan membentuk bintang dan bagian terluar akan membentuk gugusan planet.
Nah, apa yang sekarang sedang Anda bayangkan? Tentu Anda akan menyadari satu hal, yaitu kiamat ini sebenarnya tidak berbeda dengan penciptaan, karena kiamat justru akan membawa penciptaan. Setelah terjadinya penghancuran maka akan lahir sistem baru, seperti hal nya ketika matahari baru saja kehabisan bahan bakar kemudian meledak dan tata surya menjadi runtuh maka setelah itu akan terbentuk sistem bintang dan planet baru, terlihat seperti suatu siklus.
Bagaimana pun juga semua ini masih rahasia alam, dapat terjadi kapan saja tanpa ada yang bisa memprediksinya. Sebelum itu terjadi, kita, para penghuni planet Bumi, harus mengembangkan terus ilmu pengetahuan dan teknologi sampai kita mampu menguak takbir alam yang menyeliputi kita ini.
Wallahu a’lam…