Hari rabu seminggu kemarin tanggal 3 Juli 2013, penulis berkesempatan pulang kampung, bersua dengan keluarga, sahabat dan kerabat serta menghadiri acara "Walimatul Ursy" seorang sahabat semasa SMA yang pernah berguru di Universitas Padjajaran.
"Munggahan" kata umat muslim Sunda mah, menyusuri alam "Endah" Parahiyangan dari kota Kembang hingga kampung tercinta Bangunharja, sungguh pesona Alam yang tiada dua, tatar Sunda, Tanah Siliwangi, Parahiyangan.
Sepanjang perjalanan terlihat sawah, hutan menghijau meskipun ada sebagian yang sudah gundul, pertanda alam sudah tidak asri lagi. Kabupaten Bandung dan Garut begitu sangat luas, di kanan kiri jalan banyak terpampang para wajah Caleg-Caleg yang menjajakan visi-misinya.
Semoga mereka semua berniat amanah dan memajukan daerahnya masing-masing menjadi sebuah tempat yang "merenah" bagi masyarakatnya.
"Pesawat" Budiman mendarat dengan selamat di Kota Resik, Kota Para Santri, sempat melihat kemajuan yang sangat signifikan di kota ini berkat kerajinan serta keuletan para penduduknya.
Legenda Parahiyangan
"Munggahan" kata umat muslim Sunda mah, menyusuri alam "Endah" Parahiyangan dari kota Kembang hingga kampung tercinta Bangunharja, sungguh pesona Alam yang tiada dua, tatar Sunda, Tanah Siliwangi, Parahiyangan.
Sepanjang perjalanan terlihat sawah, hutan menghijau meskipun ada sebagian yang sudah gundul, pertanda alam sudah tidak asri lagi. Kabupaten Bandung dan Garut begitu sangat luas, di kanan kiri jalan banyak terpampang para wajah Caleg-Caleg yang menjajakan visi-misinya.
Semoga mereka semua berniat amanah dan memajukan daerahnya masing-masing menjadi sebuah tempat yang "merenah" bagi masyarakatnya.
"Pesawat" Budiman mendarat dengan selamat di Kota Resik, Kota Para Santri, sempat melihat kemajuan yang sangat signifikan di kota ini berkat kerajinan serta keuletan para penduduknya.
Legenda Parahiyangan
Parahyangan atau Priangan (Bahasa Belanda: Preanger) adalah daerah kebudayaan Sunda di Jawa Barat yang luasnya mencakup wilayah Ciamis, Banjar, Tasikmalaya, Garut, Sumedang, Cimahi, Bandung, Cianjur, Sukabumi dan Bogor.
Priangan atau Parahyangan sering diartikan sebagai tempat para rahyang atau hyang. Masyarakat Sunda kuna percaya bahwa roh leluhur atau para dewa menghuni tempat-tempat yang luhur dan tinggi, maka wilayah pegunungan dianggap sebagai tempat hyang bersemayam.
Berasal dari gabungan kata para-hyang-an; para menunjukkan bentuk jamak, sedangkan akhiran -an menunjukkan tempat, jadi Parahyangan berarti tempat para hyang bersemayam.
Sejak zaman Kerajaan Sunda, wilayah jajaran pengunungan di tengah Jawa Barat dianggap sebagai kawasan suci tempat hyang bersemayam.
Menurut legenda Sunda, tanah Priangan tercipta ketika para dewa tersenyum dan mencurahkan semua berkah, kasih sayang dan restu-Nya.
Sehingga masyarakatnya terkenal akan kelemah lembutannya, kecantikan bahkan karakter perdamaiannya yang konon satu-satunya daerah kerajaan di Nusantara yang tidak suka berperang serta bersifat non expansive[Bukan Kerajaan Penakluk/Penjajah].
Kisah Legenda Tatar Parahiyangan tersebut mungkin bermaksud untuk menunjukkan keindahan dan kemolekan alam Tatar Sunda yang subur, makmur, gemah, ripah, repeh, rapih, tata, tentram, kerta raharja, adil palamarta.
Kota Banjar Somahna Bagja di Buana
Melewati Situs Karangkamulyan, Kecamatan Cisaga dan akhirnya mendarat di Kota tempat penulis menuntut ilmu sedari SMP dan SMA. Banjar sebuah kota kecil yang luar biasa pertumbuhan kemajuannya yang dipimpin oleh Bpk. Dr. dr. H. Herman Sutrisno, M.M.
Karena penulis jarang pulang kampung dan melihat kota ini, maka saya menyimpulkan kota ini sudah jauh berbeda sejak 1 Dekade [10 Tahun] yang silam, bahkan telah meraih adipura. Apabila kebijakan baik tersebut terus dipelihara dan ditingkatkan maka 25 tahun kedepan Kota ini siap menjadi kota yang maju.
Kota Banjar Somahna Bagja di Buana
Melewati Situs Karangkamulyan, Kecamatan Cisaga dan akhirnya mendarat di Kota tempat penulis menuntut ilmu sedari SMP dan SMA. Banjar sebuah kota kecil yang luar biasa pertumbuhan kemajuannya yang dipimpin oleh Bpk. Dr. dr. H. Herman Sutrisno, M.M.
Karena penulis jarang pulang kampung dan melihat kota ini, maka saya menyimpulkan kota ini sudah jauh berbeda sejak 1 Dekade [10 Tahun] yang silam, bahkan telah meraih adipura. Apabila kebijakan baik tersebut terus dipelihara dan ditingkatkan maka 25 tahun kedepan Kota ini siap menjadi kota yang maju.
[cat: Pertumbuhan ekonomi daerah harus diatas 10% per-tahun secara konsisten selama 25 tahun itu: Dengan Prioritas Pembangunan SDM dan Infrastruktur]
Berjumpa dengan seorang sahabat karib Kang Deni Nugraha yang sedang belajar di STISIP Bina Putra dan mengabdi di Desanya serta bertemu dengan Abang Kurniawan yang telah menjadi Dosen di STIKES Bina Putra Banjar, sungguh hebat mereka, saya bangga sekali melihat keberhasilan teman-teman yang sudah jauh melampaui penulis.
Akhirnya kami berangkat ke acara "Walimatul Ursy" sahabat kami, mendoakannya semoga menjadi keluarga Sakinah, Mawadah, Warohmah.
Semoga saja kami pun "ketularan" berkahnya he.,.he.,he., amin. Semangat.
Sekertariat Forsalim Sebagai Tempat Mengembangkan Ilmu
Karena hari sudah gelap dan cuaca cendrung hujan saya memutuskan untuk menginap di Sekertariat FORSALIM yang didirikan oleh Kang Agus Haeruman, S.Si. di dalamnya tentu penuh dengan buku-buku yang membuat penulis betah berlama-lama, asyik banget kalau udah ketemu buku he.,he., sebelum pulang kampung halaman tentunya.
Sempat membaca buku:
When China Rules the World: Ketika China Menguasai Dunia
Karya Dr. Martin Jacques
Habibie: Kecil Tapi Otak Semua
Karya: Dr. Andi Makmur Makka
Serta buku-buku Kejayaan Peradaban Islam masa lalu.
Kami mempunyai impian bahwa suatu saat Sekertariat ini mampu berkembang menjadi sebuah Kompleks Sekolah Islami di Kota ini dan menyekolahkan anak-anak hebat dari daerah ini ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Amin.
Saya pun mempunyai ide untuk mengadakan sebuah Ekspedisi Ilmiah selama Bulan Suci Ramadhan di sekitar daerah Periangan ini yang bertujuan menambah pengalaman dan wawasan.
Lalu apakah Ekspedisi Ilmiah Itu?
To Be Continued