Belajar Kepada Ibu Een Sukaesih
Selama penulis mengikuti berbagai Kuliah Umum baik Lokal, Nasional dan Internasional, rasanya inilah perkuliahan umum terbaik yang pernah penulis ikuti dan saksikan.
Siang ini selepas melaksanakan shalat jum'at di mesjid Al-Furqon, kami seluruh civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia menyaksikan kuliah umum di Balai Pertemuan Umum UPI oleh seorang Ibu Guru yang menurut hemat kami beliau adalah seorang guru terhebat sepanjang massa.
Kegiatan Selama Hampir 30 Tahun Ibu Een Sukaesih mengajar anak-anak
Beliau adalah Ibu Een Sukaesih
Tak henti-hentinya kami menitikan air mata kesedihan, kebanggaan dan rasa haru yang begitu mendalam atas perjuangan-nya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Apa yang istimewa dan hebatnya dari beliau?
Ibu Een Sukaesih kembali ke almamaternya, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. beliau didaulat memberikan kuliah umum di kampus yang dulu bernama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung tersebut.
Sambil berbaring, perempuan yang lumpuh karena rheumatoid arthritis sejak 28 tahun itu memulai dengan mengisahkan masa mudanya. Setamat SMP, ia melanjutkan sekolah ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Sumedang dan kemudian melanjutkan ke IKIP Bandung mengambil jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan.
"Tetapi, itu yang harus kita sikapi. Yang terpenting, kita mempunyai semangat untuk meraih yang terbaik agar bisa melewati saat-saat sulit yang kita alami," kata Ibu Een di Bandung.
Rheumatoid arthritis telah menyerangnya sejak Ibu Een masih di bangku kuliah. "Sakit adalah suatu penderitaan yang teramat sangat yang saya rasakan...diagnosa dokter menyatakan tidak ada obat yang dapat menyembuhkan. Sebenarnya, ketika itu pun hidup saya sudah terasa hancur. Mimpi saya sirna," ujar Een di hadapan sekitar 300 hadirin.
Namun, Ibu Een memiliki keyakinan hanya Tuhan yang menentukan segalanya. Karena itu, ia terus melanjutkan kuliah meski dengan menanggung sakit yang sangat.
"Dengan kehendak yang Maha Kuasa, Alhamdulillah, saya tamat dan selesai sampai wisuda," ujar Een. Kemudian, ia mendapat penugasan di SMK Sindang Laut cirebon.
Takdir menggariskan lain. "Ternyata saya harus pulang, karena kondisi penyakit saya semakin parah. Sejak itulah, saya tidak bisa berjalan lagi sampai sekarang," papar Een.
Sudah 28 tahun IBu Een berada dalam kondisi lumpuh total. Selama itu pula, Ibu Een membaktikan hidupnya untuk mendidik anak-anak dalam sebuah kamar berukuran 2 x 3 meter di kampungnya Dusun Batukarut, RT 01 RW 06, Desa Cibeureum Wetan, Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat.
Presiden dan Ibu Negara Bertemu dengan Ibu Een Sukaesih
Namun, perempuan kelahiran 10 Agustus 1963 itu tidak patah arang. Dia terus mencoba bangkit dan yakin Tuhan tidak akan membiarkannya terpuruk dalam penderitaan. Dari atas tempat tidurnya, Ibu Een berusaha mengamalkan ilmu yang dia punya kepada anak-anak di sekitar tempat tinggalnya.
"Tetapi Yang Maha Kuasa, Maha Segalanya, tidak membiarkan saya terpuruk dalam penderitaan. Terbukti dengan dihadirkannya anak-anak, saudara-saudara saya yang ingin belajar membaca, menulis, dan mengerjakan tugas dari sekolah," katanya.
Dari situlah Ibu Een bisa bangkit dari keterpurukannya. "Alhamdulillah, saya bersyukur, dari situlah saya bangkit kembali. Dengan niat yang ikhlas, hanya mengharap ridho Allah, saya mencoba berbagi ilmu," sambung lulusan D3 IKIP Bandung ini.
Awalnya, Ibu Een sadar atas kemampuannya yang terbatas. Namun, itu tidak menghalanginya untuk berbagi ilmu kepada anak-anak. Lama-kelamaan, semaki banyak anak didik yang datang ke rumahnya untuk menuntut ilmu.
"Dengan tekad yang kuat, tekad saya ingin mencerdaskan anak bangsa, anak-anak pun dari mulut ke mulut mereka menyampaikan kepada teman-temannya dan sekarang murid saya kurang lebih 35 orang," ujarnya.
"Alhamdulillah saya sangat bersyukur, penderitaan yang bertubi-tubi menuntut saya untuk dapat menyikapinya dengan baik," kata perempuan yang telah lumpuh sejak 28 tahun silam ini.
Ibu Een pun memiliki pesan bagaimana bisa menyikapi masalah yang sangat berat seperti yang dia hadapi ini. "Pertama, dengan menguatkan keimanan, karena saya yakin bahwa penentu segalanya hanyalah Allah. Kita diwajibkan hanya untuk berikhtiar dan berdoa," katanya.
"Kemudian, dengan berprasangka baik terhadap Yang Maha Kuasa. Karena dengan begitu kita akan beranggapan bahwa segala yang kita terima apapun bentuknya pastilah yang terbaik bagi kita," tutur Ibu Een.
Murid-murid Ibu Een, dari SD hingga Perguruan Tinggi, di Kantor Presiden.
Dalam kesempatan kuliah umum tersebut Ibu Een Sukaesih berpesan kepada para Calon Pendidik masa depan untuk mengembangkan pengajaran dan pendidikan yang mengedepankan kasih sayang.
Terima Kasih Ibu, Kami malu tak bisa se-hebat dan se-gagah ibu dalam mengarungi lautan kehidupan.
Maju Terus Pendidikan Indonesia
Insha Allah
Amin.