Monday, 31 December 2012

Peluang Indonesia untuk Meraih Nobel

“Bisakah orang Indonesia meraih hadiah Nobel?” 


Penulis Bersama Peraih Nobel Kimia Prof. Robert Huber is a German biochemist and Nobel laureate.
He studied chemistry at the Technische Hochschule, receiving his diploma in 1960. 
He stayed, and did research into using crystallography to elucidate the structure of organic compounds.
In 1971 he became a director at the Max Planck Institute for Biochemistry where his team developed methods for the crystallography of proteins.  In 1988 he received the Nobel Prize for Chemistry jointly with Johann Deisenhofer and Hartmut Michel.


Pertanyaan ini mirip judul buku yang sedikit provokatif yang ditulis Prof. Kishore Mahbubani, Can Asians think? 

Pertanyaan ini memang terasa merendahkan bagi bangsa-bangsa Asia dan dunia ketiga termasuk Indonesia. Mahbubani sendiri adalah orang Asia. 

Tetapi paparannya akan membuat orang Asia dan semua orang berpikir lebih baik. Pertanyaan yang sama pantas ditujukan kepada kita bangsa Indonesia yang tengah membangun dalam segala bidang.

"Bisakah orang Indonesia berpikir?" 

Rasanya terlalu "ketus" untuk judul tulisan ini. Berpikir menyelesaikan soal ujian akan sangat berbeda dengan proses berpikir dalam arti sesungguhnya untuk menyelesaikan persoalan hidup. Mental seperti ini hanya akan tumbuh dari didikan alam untuk mandiri dalam menghadapi segala macam tantangan hidup sejak seseorang masih kecil. Budaya berpikir ilmiah adalah budaya hidup mandiri. 

Orang yang tidak terbiasa mandiri akan cenderung menempuh jalan short cut. Mereka adalah orang-orang yang terbiasa "disuapi" dengan layanan baik dari orang lain maupun dari alam di mana dia tinggal. Langkah pertama untuk meraih hadiah Nobel adalah memang berpikir yang benar. 

Apabila kita tidak bisa berpikir dengan benar, janganlah kita bermimpi untuk bisa meraih suatu penghargaan, apalagi meraih hadiah Nobel. Saya tidak akan berbicara tentang bagaimana meraih hadiah Nobel. 

Saya hanya ingin mengatakan bahwa aktivitas riset untuk menghasilkan sesuatu yang berarti, apalagi agar bisa meraih hadiah Nobel, hasil riset tersebut harus memiliki pengaruh/impact yang nyata dalam kehidupan sosial dan ekonomi kita, sekecil apapun pengaruh itu. 

Pertama, Sebuah invensi yang baik biasanya berasal dari sebuah serendipitas dan keuletan dalam menekuni proses berpikir ilmiah untuk menyelesaikan persoalan dalam dunia nyata.

Kata serendipitas berasal dari kata bahasa Inggris serendipity yang berarti mental atau karakter yang bisa merasakan "kenikmatan" yang tidak ternilai harganya saat melakukan penemuan yang tidak terduga-duga. 

Kenikmatan seperti ini hanya dirasakan oleh orang yang menjadikan hidupnya senantiasa penuh dengan aktifitas berpikir (reasoning) dan dzikir (learning). 

Orang yang mempunyai jiwa serendipitas adalah orang menjadikan laboratorium (lab) sebagai hidupnya dan hidupnya adalah lab. Lab adalah ajang berpikir dengan segala bentuk dan kondisi fisiknya, tidak terbatas pada lab dalam arti yang sebenarnya. 

Seperti yang dikatakan Newton:
“Cara terbaik untuk menjadi seorang ilmuwan yang baik, anda harus berpikir tentang itu sepanjang waktu, baik di waktu anda bangun maupun di waktu anda tidur.” 

Sebuah penemuan yang baik pasti berasal dari sebuah budaya berpikir yang baik. Kita harus membangun sebuah lingkungan untuk menumbuh suburkan budaya riset di masyarakat kita. 

Kompetisi dan forum-forum ilmiah adalah kesempatan yang baik untuk membangun lingkungan seperti itu. Para ilmuwan atau peneliti biasanya lebih termotivasi dengan berkompetisi dan lebih terinspirasi dengan saling bertukar pendapat di dalam forum ilmiah. 

Karena itu kita harus mendorong agar para ilmuwan dan peneliti kita bisa berpartisipasi sebanyak mungkin dalam acara-acara ilmiah internasional. 

Hal yang kedua adalah impak sosial dan ekonomi dari sebuah penemuan atau invensi. Di sini saya ingin menekankan tentang pemanfaatan atau pendayagunaan sebuah penemuan. 

Ada proses yang panjang antara sebuah penemuan sampai munculnya impak ekonomi dan sosial dari penemuan tersebut. Proses ini meliputi proof-of-concept atau uji kelayakan di tingkat laboratorium, komersialisasi sampai akhirnya terjadi adopsi yang meluas terhadap hasil penemuan itu. 

Akan memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dihasilkannya sebuah produk komersial dari sebuah penemuan, dan bahkan mungkin akan memerlukan puluhan tahun lagi agar produk itu memiliki impak secara sosial dan ekonomi. Saat itulah, sebuah invensi berubah menjadi sebuah inovasi. 

Agar sebuah penelitian menghasilkan impak sosial dan ekonomi, maka penelitian itu harus menjawab sesuatu. Penelitian itu harus memberikan kontribusi kepada pemecahan masalah, apakah itu permasalahan ilmiah ataupun permasalahan nyata di masyarakat atau di dalam sebuah proses ekonomi. 

Untuk menjamin tersedianya solusi ilmiah dari setiap permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat kita, maka harus ada upaya yang berkesinambungan dalam aktivitas penelitian dan pengembangan. 

Upaya yang kontinyu dan berkesinambungan ini akan membangun sebuah akumulasi pengetahuan dan know-how yang akan mengantarkan kita kepada solusi substantif dari permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat. 

Sebuah break-through atau penemuan besar yang dapat menyelesaikan permasalahan besar, sehingga layak untuk mendapatkan hadiah Nobel, hanya akan muncul dari pengetahuan dan know-how yang terakumulasi.

Karena itulah, upaya kontinyu dan berkesinambungan dalam kegiatan penelitian dan pengembangan, harus tersambung dengan upaya kita untuk mendayagunakan pengetahuan dan know-how yang kita miliki. Apabila pengetahuan yang dihasilkan dari penelitian ilmiah itu tidak didayagunakan, maka semua upaya penelitian kita tidak akan berkesinambungan. 

Pemecahan masalah muncul dari inovasi, dan apa yang tidak didayagunakan bukanlah sebuah inovasi, jadi tidak memberikan solusi apa-apa. 

Misalnya Kementerian Riset dan Teknologi dan Kemendikbud telah menjadikan prioritas untuk meningkatkan pendayagunaan iptek di masyarakat melalui berbagai upaya untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan antara perguruan tinggi dan lembaga litbang di satu sisi, dengan masyarakat di sisi lain, guna mempromosikan siklus pengembangan akumulasi pengetahuan dan pendayagunaannya. 

Saya sangat memahami bahwa meniti karir ilmiah, khusunya untuk peneliti muda dan cemerlang, di negara berkembang seperti Indonesia, tidaklah mudah. 

Dituntut motivasi, disiplin dan komitmen profesional yang kuat. Tetapi saya juga meyakini bahwa ilmuwan muda Indonesia sama pandainya, sama bersemangatnya, juga tentu sama kreatif dan inovatifnya dengan ilmuwan-ilmuwan di luar negeri. 

Terutama di era informasi global seperti sekarang ini, kita mengenal perumpamaan the world is flat. Seorang mahasiswa di sini, di Bandung, dapat memiliki kesempatan yang sama dengan rekannya di belahan dunia mana pun, untuk dapat mengakses ilmu pengetahuan global yang diperlukannya untuk meniti karir ilmiahnya. 

Karena itu, akumulasi pengetahuan seharusnya tidak dibatasi kepada akumulasi di dalam sebuah individu atau sebuah masyarakat atau perusahaan yang tertutup. Akumulasi pengetahuan dapat terjadi melalui jaringan pengetahuan global. 

Dunia kita hari ini sudah lebih terbuka daripada sebelum-sebelumnya. Setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan global yang sudah terakumulasi oleh ummat manusia selama berabad-abad, dan setiap dari kita dapat memanfaatkannya sesuai dengan kepentingan kita masing-masing. 

Apa yang diperlukan adalah komunikasi, pembangunan jaringan dan kolaborasi, untuk menutup jurang pemisah ilmu pengetahuan dan untuk menjembatani keterpisahan informasi, hal yang sudah menjadi lebih biasa sekarang ini daripada di masa lampau, dikarenakan kemajuan teknologi komunikasi global.

Karena itu saya percaya bahwa ilmuwan-ilmuwan muda Indonesia memiliki kesempatan yang lebih banyak sekarang ini untuk dapat berpartisipasi langsung dalam berbagai aktivitas penelitian kelas dunia, meskipun mereka berada di Indonesia. 

Jadi bukanlah sebuah angan-angan muluk bagi seorang ilmuwan Indonesia untuk bisa menjalankan sebuah penelitian yang layak mendapatkan hadiah Nobel. 

Tentu kita mengharapkan hal ini suatu saat akan betul-betul terjadi.

Mengenal Riset Unggulan Terpadu

Secara umum RUT mencakup tiga program IPTEK, yaitu program teknologi yg bersifat generik (TG), ilmu pengetahuan terapan (IPT), dan ilmu Pengetahuan dasar (IPD).

Diantaranya ada beberapa bidang.

1. Bidang Bioteknologi 
2. Bidang Dinamika/Perubahan Sosial 
3. Elektronika dan Informatika 
4. Ilmu bahan/material baru 
5. Ilmu kimia dan proses 
6. Rancang Bangun 
7. IPTEK Energi 
8. IPTEK hasil pertanian (perikanan, perkebunan, kehutanan dsb.) 
9. IPTEK Kedokteran/Kesehatan 
10. IPTEK Perlindungan Lingkungan
11. Teknologi Pendidikan. 

Sumber:

1. Arip Nurahman Notes
2. Kemendikbud
3. Kemenristek

Semoga Bermanfaat.

Sunday, 30 December 2012

Rahasia Kebangkitan: Membangun Kecerdasan Kolektif

Renungan dan Refleksi Akhir Serta Sebuah Awal yang Baru


Ini adalah awal dari kebangkitan besar. 

Orang-orang yang sudah belajar itu akan memulai menyebarkan ilmunya kepada dunia. 

Dimulai dari satu orang menjadi dua orang, lalu puluhan, ratusan, ribuan, dan jutaan, bahkan sekarang milyaran. 

Nantinya, seluruh peradaban akan segera mengalami proses refresh, rejuvenation. 

Akumulasi kecerdasan yang besar dan intens akan terbentuk. 

Kecerdasan yang bersifat masal dan strategis mencakup seluruh bangsa dan setiap manusia.

Ini adalah buah dari kecerdasan dan kerjasama kolektif orang-orang yang mengabdi kepada kemanusiaan, kepada harapan akan keadaan nasib bumi yang lebih baik di masa depan. 

Masalah-masalah yang super sulit, pelik dan tadinya dipandang tak mungkin terpecahkan, lambat laun akan terurai dan terselesaikan. 

Harapan-harapan baru akan muncul dan tercipta. Sebuah kesadaran baru akan hadir. Sebuah peradaban akan segera lahir, rumah bagi segala manusia dengan rasa tentram dan damai. 

Penuh dengan keadilan dan kesejahteraan, gemah ripah loh jinawi tata tingtrim kertaraharja. 



Mulai dengan Belajar 

Tidak peduli seberapa bodohnya kita, ketika kita belajar, manusia akan menjadi lebih baik dan lebih kuat. 

Ketika umat manusia belajar, kita bisa menciptakan kekayaan yang berlimpah-limpah, mengobati penyakit-penyakit yang sebelumnya tidak bisa disembuhkan, atau membelah atom dan bahkan terbang ke-Bulan, ke-Mars atau mengarungi lautan Kosmos bisa dilakukan pula. 

Ketika kita belajar dengan menyenangkan dan sungguh-sungguh sesuatu yang besar akan terjadi, keajaiban akan muncul. 

Manusia memang diberikan Tuhan sebuah anugrah yang luar biasa, yakni kemampuan untuk belajar dan berubah.

Kita bisa berbuat baik dan menjadi makin baik. 

Walaupun 1000 Tahun lamanya manusia akhirnya akan belajar. 

Tuhan juga pada waktunya akan memberikan sedikit ujian untuk mendorong manusia supaya berubah demi kebaikan. 

Merasakan segarnya udara, hijaunya panorama, gemercik air yang mengalir, semilir angin kehidupan, nikmatnya persaudaraan dan lezatnya buah-buahan yang disediakan oleh Sang Pencipta melalui tangan Alam, membuat kita bersyukur dan bertafakur.

Hidup harus berpikir, jika tidak, kehadiran kita di tengah-tengah manusia menjadi sama sekali tak berarti. Keberadaan kita justru akan menyulitkan mereka.

Melihat pohon-pohon tetap tegap meski badai melanda, berkembang dan berbuah walau panas menerpa. Sungguh begitu luar biasa karuniaNya.

Manusia dapat menjadi mulia karena memiliki akal yang digunakan untuk kemaslahatan sesama.

Kemampuan berpikir yang merupakan kado istimewa pemberian Allah SWT menjadi pembeda dengan makhluk lain, seperti angin, batu, api, air, tumbuhan dan binatang.

Sebuah karya besar merupakan realisasi dari hasil pemikiran. Karena itu banyak para bijak bertuah:

Merenung dan berpikirlah sejenak, mungkin kita akan mendapatkan petunjuk dan keberuntungan dalam beberapa waktu kedepan.



Ya Rabbana, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang baik dan membaikan, yang khusnul khatimah. 

Yang mencintai ilmu dan menggunakannya untuk kebaikan semua. 

Bangkitlah Negeriku Harapan Itu Masih ada. 

Semangat. 

Sumber: 

Arip Nurahman Notes
Imperium Indonesia: Zaman Kebangkitan Besar.

Saturday, 29 December 2012

Oleh-Oleh e-Buku dari NASA

NASA's Vision:

"To reach for new heights and reveal the unknown so that what we do and learn will benefit all humankind"




National Aeronautics and Space Administration (NASA) (didirikan 1958) adalah agensi pemerintah Amerika Serikat yang bertanggung jawab atas program angkasa AS dan riset aerospace umum jangka panjang. Dia merupakan organisasi masyarakat yang melakukan riset bagi sistem ruang angkasa masyarakat dan militer.
Seorang Ilmuwan dari NASA sedang Menjelaskan Science and Technology Sederhana untuk Para Guru.
Kerjasama LAPAN dan NASA, di Indonesia



Allhamdulilah penulis mendapatkan beberapa e-buku dari NASA semoga bermanfaat.

Unduh beberapa e-buku dari NASA:



Antariksawan (lazim disebut astronot) adalah sebutan bagi orang yang telah menjalani latihan dalam program penerbangan antariksa manusia untuk memimpin, menerbangkan pesawat, atau menjadi awak pesawat antariksa. Istilah "astronot" juga kadang digunakan untuk merujuk secara spesifik kepada antariksawan yang berasal dari Amerika Serikat atau negara sahabat, berbeda dengan seorang kosmonot yang berasal dari Uni Soviet/Rusia. Kosmonot pertama adalah Yuri Gagarin. Semenjak tahun 2003 dikenal pula istilah taikonot (meski bukan istilah resmi pemerintah Tiongkok), antariksawan dari Tiongkok. Taikonot pertama adalah Yang Liwei.

Antariksawan-antariksawan pertama, baik di AS maupun Uni Soviet, biasanya merupakan pilot pesawat tempur  umumnya pilot-pilot penguji  dengan latar belakang militer. Antariksawan militer biasanya menerima tanda kualifikasi khusus, dikenal di AS dengan nama Astronaut Badge setelah menyelesaikan latihan dan mengikuti penerbangan ke luar angkasa.

Lebih dari 32 negara sudah pernah mengirimkan antariksawannya ke luar angkasa. Hingga kini, sembilan belas antariksawan telah tewas dalam misi perjalanannya, dan setidaknya sepuluh antariksawan telah meninggal dalam kecelakaan latihan di darat.

Sebuah Lagu dari D'Masiv, menggambarkan bahwa di masa depan ada seorang astronot dari Indonesia.
Lagu dan Video Klip yang menginspirasi.


Badan Antariksa Nasional Menyatakan Bahwa
Estelle Linden
LULUS
Sebagai ASTRONOT




Pergilah kasih
Kejarlah keinginanmu
Selagi masih ada waktu
Jangan hiraukan diriku
Aku rela berpisah demi untuk dirimu
Smoga tercapai sgala keinginanmu

Lihat Juga:

Ucapan Terima Kasih:

Kepada seluruh masyarakat Indonesia yang mendambakan akan kemajuan bangsa dalam penguasaan Iptek Antariksa

Kunjungi Sekolah Kami:

Indonesian University Space Research Association

1. http://asosiasiuniversitasrisetantariksa.blogspot.com/

Indonesian Space Science & Technology School
2. http://sekolahiptekkeluarangkasaan.blogspot.com/

Friday, 28 December 2012

Masterplan Percepatan Pembangunan dan Perluasan Pendidikan SAINTEKS Indonesia


Presiden Dr. Susilo Bambang Yudhoyono (keempat kiri) didampingi Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono (kelima kiri), Mendikbud, Prof.  Muhammad Nuh (ketiga kiri), Gubernur Jabar Dr. Ahmad Heryawan (kedua kiri) dan Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Dr. Sulistyo (kiri) menghadiri acara puncak peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2012 dan HUT ke-67 PGRI di Sentul International Convention Centre, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/12/2012). 

Tema peringatan tahun ini adalah:
"Memacu Profesionalisasi Guru Melalui Peningkatan Kompetensi dan Penegakan Kode Etik".


Masterplan Percepatan Pembangunan dan Perluasan Pendidikan Indonesia
Bisakah Bidang Pendidikan Bangsa ini menjadi yang terbaik dan terhebat di dunia? 
Apakah anak-anak Indonesia setara kecerdasannya dengan anak-anak bangsa-bangsa maju di dunia?
Apakah Anak-anak Indonesia lebih unggul, lebih cerdas, lebih genius dibanding anak-anak dari bangsa-bangsa lainnya, termasuk dari bangsa-bangsa maju?
Bagaimana caranya menjadi Bangsa Terhebat di Dunia dalam bidang pendidikan dan kebudayaan? 
Infrastruktur Pendidikan Kita mesti terus diperbaiki yang meliputi:

Ketersediaan Meningkatkan KETERSEDIAAN layanan pendidikan. Sebagai upaya menyediakan sarana-prasarana dan infra struktur satuan pendidikan (sekolah) dan penunjanglainnya.

Keterjangkauan Memperluas KETERJANGKAUAN layanan pendidikan. Mengupayakan kebutuhan biaya pendidikan yang terjangkau oleh masyarakat. 
Kualitas Meningkatkan KUALITAS/MUTU dan relevansi layanan pendidikan. Sebagai upaya mencapai kualitas pendidikan yang berstandar nasional dalam rangka meningkatkan mutu dan daya saing bangsa.

Kesetaraan Mewujudkan KESETARAAN dalam memperoleh layanan pendidikan. 
Tanpa membedakan layanan pendidikan antarwilayah, suku, agama, status sosial, negeri dan swasta, serta gender.
Kepastian Jaminan Menjamin KEPASTIAN memperoleh layanan pendidikan.

Adanya jaminan bagi lulusan sekolah untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya atau mendapatkan lapangan kerja sesuai kompetensi. Indonesia harus memiliki sistem pendidikan dan sekolah-sekolah terbaik di dunia.

Pembenahan Kurikulum dan Sistem Pendidikan di Tanah Air

Kurikulum pendidikan baru yang akan diterapkan tahun depan ternyata tidak sepi dari pro dan kontra. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menilai kurikulum tersebut sebagai bentuk kekerasan dalam pendidikan. "Kurikulum 2013 adalah bentuk pemaksaan dan kekerasan dalam pendidikan, karena kualitas guru sendiri masih rendah," Koordinator FSGI Retno Listyarti dalam jumpa pers di kantor Indonesian Corruption Watch (ICW), Jalan Kalibata Timur 4D No 6, Jakarta Selatan, Kamis (27/12/2012). 

FSGI mendatangi ICW untuk melaporkan transparansi kebijakan publik terkait kebijakan pemerintah bidang pendidikan. Untuk itu, Retno mengatakan FSGI mendorong Presiden SBY untuk mengganti mendikbud. 

Karena menurutnya, daripada mengganti kurikulum, lebih baik mengganti menteri. Retno mengatakan akibat kebijakan pemerintah yang keliru, kualitas guru di Indonesia sangat rendah.

Kualitas guru Indonesia berdasarkan hasil Uji Kompetensi Guru 2012 hanya mencapai nilai 4,20 dalam skala 0-10. Sementara nilai ujian nasional murid terakhir rata-rata 70-80.

"Banyak pihak mensinyalir ujian nasional penuh kecurangan. Sementara peningkatan kualitas guru tidak diperhatikan pemerintah. Penelitian World Bank 2011 menyatakan kualitas guru Indonesia rendah. Tapi pemerintah hanya mengkambinghitamkan guru sebagai penyebab kualitas pendidikan yang rendah," ucapnya. 

Padahal menurutnya, kualitas guru rendah karena regulasi tidak berpihak pada penguatan pendidikan guru. 

Dia mencontohkan dihapuskannya Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan Institut Keguruan Ilmu Pendididikan (IKIP). "Sekarang lulusan fakultas keguruan diadang oleh Program Pendidikan Guru (PPG) di mana semua lulusan universitas bisa menjadi guru hanya dengan mengambil mata kuliah PPG selama 2 semester," imbuh Retno. "Ini mengakibatkan kualitas guru secara pedagogik dan akademik menurun. 

Berdasarkan data FSGI, 62 % guru SD tidak pernah ikut pelatihan. Yang ikut pelatihan malah diseleksi guru-guru yang pintar. Sementara guru-guru yang bodoh malah tidak diikutkan pelatihan," tambahnya. Sedangkan guru di kota besar, lanjut Retno, rata-rata hanya ikut pelatihan satu kali dalam 5 tahun. Cara peningkatan kualitas guru melalui pelatihan yang berkualitas, seperti pelatihan teknologi, pedagogik, latihan metode pembelajaran secara praktis karena pelatihan selama ini cenderung teoritis. "Guru-guru juga perlu pelatihan-pelatihan menulis supaya bisa menghasilkan karya tulis yang baik," ujarnya. 

Retno juga menyinggung kesejahteraan guru honorer masih rendah, baik di negeri maupun swasta. Menurut dia, perubahan kurikulum bukan jawaban atas rendahnya kualitas guru. "Rekomendasi kami, Kemendikbud harus punya grand design yang jelas untuk mewujudkan pendidikan berkualitas. Ini 5 tahun Muhammad Nuh (Mendikbud,red), target pendidikanya nggak jelas. Harusnya misalnya kayak Obama, bikin program dalam 5 tahun bikin guru sains 150 ribu Orang. Indonesia nggak ada. Malah IPA-IPS mau dihapus di SD," cetusnya.

"Pemerintah harus menghentikan segala kebijakan pendidikan yang berorietasi proyek," pungkas Retno.

Para Anak Muda Hebat Calon Pengubah Dunia

School Reform (Reformasi Sekolah)
1% Penduduk Indonesia Ilmuwan berkualitas International

2% Penduduk Indonesia adalah Entrepreneur Unggul

Project 1 Juta Guru Profesional: 
(1 Juta Guru di Indonesia Bergelar Doktor) 

25 Tahun Mendatang Indonesia Mempunyai


18 Universitas Berkualitas Dunia


(Masuk Jajaran 100 Universitas Terbaik Dunia)

 
Ditiap Kabupaten Kota Terdapat Universitas yang Berkualitas dan Semuanya Berstandar Asia

Dibangunnya Jaringan Indonesian Institute of Sciences & Technology
(IUST) 10 Buah di Seluruh Indonesia



Kampus Induk di Serpong (Institute Teknologi Indonesia)

Fokus Kampus I
(Kedirgantaraan dan Keluarangkasaan)

Fokus Kampus II
(IPTEK Kelautan)

Fokus Kampus III
(Otomasi Kendali & Robotics)

Fokus Kampus IV
(Electronics, Komputer & TIK)

Fokus Kampus V
(Nuclear Technology)

Fokus Kampus VI
(Material & Nanotechnology)

Fokus Kampus VII
(Health Sciences Technology & Biotechnology)

Fokus Kampus VIII
(Automotive Technology)

Fokus Kampus IX
(Food, Clothes and House Science Technology)

Fokus Kampus X
(Defense Technology)





Seluruh Sekolah Dasar dan Menengah di Indonesia Berstandar Nasional

dan 70%nya sudah Bertaraf Internasional


Program Pengiriman 1 juta Pelajar Indonesia Ke Universitas-Universitas Top Dunia

RENCANA STRATGIS sampai Tahun 2045

Mengirimkan 1 Juta Pelajar Indonesia ke:



Tahap I (2010-2015)

Tahap II (2015-2020)

Tahap III (2020-2025)

Tahap IV (2025-2030)

Tahap V (2030-2035)

Tahap VI (2035-2040)

Tahap VII (2040-2045)


1. Tiap Kabupaten Kota di Indonesia Mengirimkan Pelajarnya
Minimal 100 orang pertahun ke Universitas-universitas Top Tersebut

2. Tiap Provinsi di Indonesia Mengirimkan para Pelajarnya Minimal 1000 orang
pertahun ke Universitas-universitas Top Tersebut

3. Setiap Universitas atau PT di Seluruh Indonesia mengirimkan Minimal 100 orang ke Univeritas
-universitas Top Tersebut

4. Setiap Sekolah Bertaraf Internasional di Indonesia mengirimkan minimal 18 orang pelajar tiap tahun ke Universitas-UniversitasTop tersebut

5. Setiap perusahaan besar di Indonesia wajib mengirikan minimal 100 orang pegawainya yg berprestasi pertahun untuk mengenyam pendidikan atau pelatihan di universitas-universitas Top Tersebut



Anak-anak di sekolah kita dipersiapkan untuk mampu menembus kampus-kampus terbaik di dunia, seperti Al-Azhar, Harvard, Princeton, Cambridge, Stanford, Tokyo University, Université Paris-Sorbonne, MIT dan lain-lain. Menciptakan Para Guru dan Pendidik Super Dan selanjutnya tentu nanti guru-guru super ini akan menularkan ilmunya yang unggul ke jutaan anak-anak di seluruh Indonesia. 

Guru dan Pendidik ini jelas mempunyai keunggulan visi, kemampuan strategis, dan determinasi untuk menciptakan jutaan anak-anak genius di seluruh Indonesia. Suatu hari nanti, ketika sudah cukup banyak guru-guru yang terinspirasi, sudah cukup banyak anak-anak di seluruh Indonesia yang terinspirasi, maka critical mass akan tercipta. Dan Indonesia akan bangkit menjadi bangsa yang cerdas dan unggul. 

Mari kita lahirkan dan ciptakan anak-anak super genius: Biasanya anak-anak Genius mereka punya pembimbing yang menyenangkan. Orangtua mereka mengajarkan mereka keasyikan pengetahuan, sains teknologi, seni budaya dan etika. Mereka punya teman, kakak, paman, dan guru-guru di sekolah yang juga menyenangkan dan mengajarkan bahwa alam semesta itu penuh dengan keajaiban. 

Karena senang, intensitas belajarnya jadi tinggi, itu saja. Seluruh dunia jadi terbuka buat mereka, indah, ringan, menyenangkan, dan gampang. Dan mereka mendapat gelar, anak-anak cerdas dan bahkan super genius. 

Amin Ya Rabbalalamin Semoga!



"Jika kita menginginkan kemajuan suatu bangsa dan suatu masyarakat namun kita mengabaikan bidang pendidikan, mungkin keinginan itu hanyalah khayalan belaka."
~Arip Nurahman~

Pesan Ki Hadjar Dewantara:

Semboyan "Tut wuri handayani", atau aslinya: ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Arti dari semboyan ini adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik). 

Thursday, 27 December 2012

Masa Depan Pengembangan Reaktor Riset dan PLTN di Indonesia

“The discovery of nuclear reactions need not bring about the destruction of mankind 
any more than the discovery of matches”
~ Albert Einstein~

 Forum for Nuclear Cooperation in Asia (FNCA)
13th Ministerial Level Meeting

Semua orang mungkin paham bahwa nuklir merupakan salah satu teknologi tinggi buah karya anak manusia. Penguasaan sebuah negara terhadap teknologi tinggi dapat menjadi indikator kemajuan negara yang bersangkutan. Hampir semua negara maju di dunia saat ini menguasai dan memiliki keunggulan teknologi maju.

Teknologi maju mendorong manusia untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi secara lebih cepat, efektif, dan efisien. Dengan demikian, teknologi menjadi pemercepat pencapaian kesejahteraan sebuah bangsa. Perkenalan manusia dengan pengetahuan nuklir diawali dengan pengungkapan fenomena radioativitas ketika fisikawan Prancis, Antonie Henry Becquerel, menemukan unsur uranium pada 1896. Dari pengamatannya diketahui bahwa unsur uranium memancarkan radiasi yang dapat menghitamkan pelat film fotografi.

Gejala pemancaran radiasi dari suatu unsur yang tidak stabil selanjutnya dikenal sebagai radioaktivitas sedangkan unsur yang memancarkan radiasi disebut zat radioaktif atau radionuklida. Dalam perkembangan lebih lanjut, diketahui oleh Otto Hahn dan Fritz Strassmann pada 1938, unsur U-235 dapat mengalami reaksi fisi atau pembelahan inti atom berantai apabila ditembaki dengan netron termal.

Peristiwa inilah yang mendasari penemuan bom nuklir dan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Bom nuklir terjadi apabila reaksi fisi yang terjadi secara sengaja tidak dikendalikan. Adapun di dalam sistem PLTN, reaksi fisi yang terjadi dikendalikan sedemikian rupa sehingga energi yang dibangkitkan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik.

Dewasa ini telah beroperasi 430 PLTN di seluruh dunia yang beroperasi di 32 negara. Nuklir memberikan kontribusi listrik dunia mencapai 16 persen, sebuah angka yang sangat signifikan. Keunggulan nuklir dibandingkan pembangkit listrik yang lain adalah bahan bakar yang hemat dengan harga yang cukup stabil, serta zero greenhouse gases emmission.

The Hon. Prof. Dr. Gusti Muhammad HATTA, the State Minister for Research and Technology, the Ministry of Research and Technology of Indonesia, delivered the opening welcoming remarks, in which he expressed welcome to all the participants, and emphasized the importance of regional cooperation through FNCA.

The Hon. Mr. Shinkun HAKU

The Hon. Prof. Dr. Gusti Muhammad HATTA
The Hon. Mr. Shinkun HAKU, Senior Vice-Minister of Japan, delivered the address as Co-chair in which he mentioned appreciation for joining FNCA MM meeting and introduced the current status Japanese nuclear policy in light of the experience at the TEPCO'S Fukushima Daiichi Nuclear Power Station (hereafter "the Fukushima accident"). 

Masa Depan Pengembangan Reaktor Riset di Indonesia


Research reactors are nuclear reactors that serve primarily as a neutron source. They are also called non-power reactors, in contrast to power reactors that are used for electricity production, heat generation, or maritime propulsion.

Purpose 
 
The neutrons produced by a research reactor are used for neutron scattering, non-destructive testing, analysis and testing of materials, production of radioisotopes, research and public outreach and education. Research reactors that produce radioisotopes for medical or industrial use are sometimes called isotope reactors. Reactors that are optimised for beamline experiments nowadays compete with spallation sources.

Technical Aspects
 

Research reactors are simpler than power reactors and operate at lower temperatures. They need far less fuel, and far less fission products build up as the fuel is used. On the other hand, their fuel requires more highly enriched uranium, typically up to 20% U-235, although some use 93% U-235; while 20% enrichment is not generally considered usable in nuclear weapons, 93% is commonly referred to as "weapons grade".

They also have a very high power density in the core, which requires special design features. Like power reactors, the core needs cooling, typically natural or forced convection with water, and a moderator is required to slow down the neutrons and enhance fission. As neutron production is their main function, most research reactors benefit from reflectors to reduce neutron loss from the core.

Componets

The key components common to most types of nuclear power plants are:

Bagaimana Pengembangan Reaktor Riset di Indonesia? 

Inilah topik bahasan dalam acara “Diskusi Perekayasaan Reaktor Inovatif”  yang diselenggarakan oleh Forum Group Diskusi Reaktor Riset dan Reaktor Daya - BATAN pada 21 dan 22 Desember 2012 di PTNBR BATAN Bandung.

Kegiatan yang di selenggarakan oleh Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir (PRPN) bekerja sama dengan Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri (PTNBR) BATAN diikuti oleh lebih dari 30 orang praktisi Reaktor dari 10 satuan kerja yang ada di BATAN.

Kepala BATAN Prof. Dr. Djarot Sulistio Wisnubroto, berharap para peneliti di bidang reaktor dapat terus mengembangkan penelitian dan inovasi baru yang berkaitan dengan pemanfaatan reaktor riset dan reaktor daya demi untuk kemajuan Indonesia.

Kegiatan diskusi pada hari pertama diisi dengan presentasi dari peneliti-peneliti bidang reaktor yang terkait dengan pemanfaatan dan pengembangan reaktor riset dalam berbagai hal. Diawali dengan “Pembelajaran dari Strategi Pengembangan Reaktor Riset di negara Jepang, Korea dan Cina serta tren perkembangan Teknologi Reaktor Dunia” yang disampaikan oleh PRPN BATAN.
Kemudian pembahasan mengenai status dari 3 buah reaktor riset yang ada di Indonesia (Reaktor TRIGA 2000 Bandung, Reaktor Kartini Yogyakarta dan Reaktor G.A. Siwabessy, Serpong).

Dibahas pula mengenai pemanfaatan reaktor riset untuk produksi radioisotop dan radiofarmaka, serta karakterisasi dan uji material nuklir. Yang tak kalah penting adalah pembahasan tentang perkembangan teknologi Reaktor riset, design reaktor riset, trend teknologi reaktor riset, teknologi bahan bakar reaktor riset serta prakiraan teknologi reaktor riset di masa mendatang.
Pada hari kedua, kegiatan diskusi diawali dengan presentasi tentang “Perkembangan Dunia dalam Litbang Reaktor Daya” oleh PTRKN dan PRPN. Dilanjutkan dengan “status Perkembangan IFAR” (PTRKN), “Status Perkembangan Sistem Energi Nuklir Indonesia” (PPEN), “Status Perkembangan NESA Indonesia” (PTBN), “Status Litbang BBN RTT dan program mendatang” (PTAPB), serta “Status Litbang Pemrosesan Mineral Bahan Nuklir” (PPGN).

Akhirnya kegiatan diskusi selama 2 hari ini ditutup oleh Deputi PDT, Dr. Anhar Riza Antariksawan.


Sejarah Singkat Program Pembangunan PLTN di Indonesia 
      
Sampai saat ini Indonesia belum berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), sehingga belum ada sebuahpun PLTN yang dapat dioperasikan untuk mengurangi beban kebutuhan energi listrik yang saat ini semakin meningkat di Indonesia. Padahal energi nuklir saat ini di dunia sudah cukup berkembang dengan menguasai pangsa sekitar 16% listrik dunia.

Hal ini menunjukkan bahwa energi nuklir adalah sumber energi potensial, berteknologi tinggi, berkeselamatan handal, ekonomis, dan berwawasan lingkungan, serta merupakan sumber energi alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dalam Perencanaan Energi Jangka Panjang bagi Indonesia guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

Reactor Types: Classifications

Nuclear Reactors are classified by several methods; a brief outline of these classification methods is provided.

Classification by type of nuclear reaction

Classification by moderator material

Used by thermal reactors:
  • Graphite moderated reactors
  • Water moderated reactors
    • Heavy water reactors
    • Light water moderated reactors (LWRs). Light water reactors use ordinary water to moderate and cool the reactors. When at operating temperature, if the temperature of the water increases, its density drops, and fewer neutrons passing through it are slowed enough to trigger further reactions. That negative feedback stabilizes the reaction rate. Graphite and heavy water reactors tend to be more thoroughly thermalised than light water reactors. Due to the extra thermalization, these types can use natural uranium/unenriched fuel.
  • Light element moderated reactors. These reactors are moderated by lithium or beryllium.
    • Molten salt reactors (MSRs) are moderated by a light elements such as lithium or beryllium, which are constituents of the coolant/fuel matrix salts LiF and BeF2.
    • Liquid metal cooled reactors, such as one whose coolant is a mixture of Lead and Bismuth, may use BeO as a moderator.
  • Organically moderated reactors (OMR) use biphenyl and terphenyl as moderator and coolant.

Classification by generation

The "Gen IV"-term was dubbed by the United States Department of Energy (DOE) for developing new plant types in 2000. In 2003, the French Commissariat à l'Énergie Atomique (CEA) was the first to refer to Gen II types in Nucleonics Week; . First mentioning of Gen III was also in 2000 in conjunction with the launch of the Generation IV International Forum (GIF) plans.



Desain Maket Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Aplikasi Nuklir

BATAN sebagai lembaga pemerintah nonkementerian dalam kegiatan litbangyasa ketenaganukliran hingga saat ini sudah mengoperasikan tiga buah reaktor penelitian nuklir, masing-masing Reaktor Serba Guna GA Siwabessy di Serpong, Reaktor Triga 2000 di Bandung, dan Reaktor Kartini di Yogyakarta. Fokus litbangyasa Batan meliputi bidang energi (teknologi PLTN), aplikasi nuklir di bidang kesehatan, bidang pertanian, dan industri.

Dalam bidang pertanian, radiasi digunakan untuk pemuliaan benih tanaman (padi, kedelai, jarak pagar, kapas, dan pengawetan bahan makanan), serta pengendalian hama melalui teknik pemandulan. Di bidang kesehatan, tenaga nuklir telah banyak diaplikasikan untuk tujuan radiodiagnostik, radioterapi, dan kedokteran nuklir. Adapun aplikasi nuklir untuk industri di antaranya penggunaan radiografi industri (uji tak merusak material), well logging (penelusuran minyak bumi), iradiator industri, dan teknik perunutan.

Pada kesempatan 5 Desember 2012, BATAN telah menapaki 54 tahun perjalanan pengabdiannya. Banyak harapan dari berbagai kalangan untuk lebih mendayagunakan penguasaan dan penerapan teknologi nuklir guna turut mendorong percepatan pembangunan dan kesejahteraan rakyat.

Penguasaan nuklir bagi Indonesia bisa menjadi peluang untuk memajukan Indonesia sejajar dengan negara maju di dunia.

Sumber:

1. Kementrian Riset dan Teknologi
2. BATAN
3. IAEA
4. Portal Energi Wikipedia 
5. Forum for Nuclear Cooperation in Asia

Ucapan Terima Kasih

Kepada seluruh Dosen dan Guru Penulis, Kemenristek, BATAN dan Seluruh Ilmuwan Tanah Air.

Juga Kepada Keluarga dan Sahabat, Maju Terus Ilmu Pengetahuan dan teknologi Indonesia.

Kunjungi Sekolah Kami:

Nuclear Science & Technology School Nuklir Power sebagai pemercepat Kesejahteraan Umat Manusia.

http://nuclearscienceandtechnology.blogspot.com

Wednesday, 26 December 2012

Rencana Penelitian IPTEK Satelit dan Pesawat Antariksa



Saya mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya para tokoh dan cendekiawan di kampus‐kampus serta di lembaga‐lembaga kajian dan penelitian lain untuk secara serius merumuskan implementasi peran iptek dalam berbagai aspek kehidupan bangsa dalam konteks masa kini dan masa depan.
~Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie~

In the context of spaceflight, a satellite is an object which has been placed into orbit by human endeavour. Such objects are sometimes called artificial satellites to distinguish them from natural satellites such as the Moon.
The world's first artificial satellite, the Sputnik 1, was launched by the Soviet Union in 1957. Since then, thousands of satellites have been launched into orbit around the Earth. Some satellites, notably space stations, have been launched in parts and assembled in orbit. Artificial satellites originate from more than 50 countries and have used the satellite launching capabilities of ten nations. 

A few hundred satellites are currently operational, whereas thousands of unused satellites and satellite fragments orbit the Earth as space debris. A fewspace probes have been placed into orbit around other bodies and become artificial satellites to the Moon, MercuryVenusMars,JupiterSaturn, and the Sun.
Satellites are used for a large number of purposes. Common types include military and civilian Earth observation satellites,communications satellites, navigation satellites, weather satellites, and research satellites. Space stations and human spacecraft in orbit are also satellites. Satellite orbits vary greatly, depending on the purpose of the satellite, and are classified in a number of ways. Well-known (overlapping) classes include low Earth orbitpolar orbit, and geostationary orbit.
Satellites are usually semi-independent computer-controlled systems. Satellite subsystems attend many tasks, such as power generation, thermal control, telemetry, attitude control and orbit control.


Tahun 2025, LAPAN Yakin RI Luncurkan Satelit Secara Mandiri


Eksplorasi antariksa negara-negara maju sudah mencapai Planet Mars dan sedang menjajaki untuk mengeksplorasi asteroid dalam waktu beberapa tahun ke depan. Tak mau ketinggalan terlalu jauh, Indonesia rupanya kini mulai ikut mengembangkan teknologi untuk mengeksplorasi antariksa.

Langkah awalnya adalah dengan meluncurkan satelit secara mandiri. Target ini diharapkan bisa dicapai dalam kurun waktu belasan tahun mendatang.

"Tahun 2025, kita sudah akan bisa meluncurkan satelit sendiri. Setelah itu kita menuju program ke Bulan," kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Dr. Bambang S. Tedja.

Dia menerangkan program eksplorasi bulan akan menjadi patokan untuk eksplorasi tingkat lanjut. Ia yakin pada 2025, seiring dengan terwujudnya bandara antariksa nasional, Indonesia dapat meluncurkan satelit yang bakal mengorbit di ketinggian 650 kilometer.

"Kita bisa lah pada waktunya nanti. Apalagi tahun depan kami akan meluncurkan roket untuk ujicoba," ujar Dr. Bambang. 

Keyakinan tersebut didasarkan pada kesiapan LAPAN meluncurkan roket Sonda RX-550 tahun depan. Itu merupakan roket pendorong peluncuran satelit berukuran 6 meter, berdiameter 550 milimeter, dan berat 3 ton.

"Roket itu mampu mencapai ketinggian lebih dari 100 km, dan jangkauannya mencapai 300 km," katanya.

LAPAN telah melakukan uji statis roket RX-550 pada 2011 dan 2012. Uji statis merupakan pengujian di darat untuk mengetahui kinerja dan daya dorong roket saat tinggal landas. Pada 2013 dan 2014 RX-550 akan menjalani uji terbang masing-masing satu tingkat dan dua tingkat.

Meski optimistis pada 2025 nanti Indonesia akan mampu meluncurkan satelit secara mandiri, Bambang mengakui Indonesia harus mengatasi tantangan soal penempatan slot satelit di antariksa.

"Slot itu harus diiisi. Ini saja masih menjadi tantangan," katanya.




Jenis-jenis Satelit

      Pak. Teddy Lesmana, SE. M.M. sedang berada di belakang Pesawat Ulang-Alik Discovery


spacecraft (or spaceship) is a vehicle, vessel or machine designed to fly in outer space

Spacecraft are used for a variety of purposes, 
including communications,  
earth observation,  
meteorologynavigationplanetary exploration and transportation of humans and cargo.

On a sub-orbital spaceflight, a spacecraft enters space and then returns to the surface, without having gone into an orbit. For orbital spaceflights, spacecraft enter closed orbits around the Earth or around other celestial bodies. Spacecraft used for human spaceflight carry people on board as crew or passengers from start or on orbit (space stations) only, while those used for robotic space missions operate either autonomously or telerobotically

Robotic spacecraft used to support scientific research are space probes. Robotic spacecraft that remain in orbit around a planetary body are artificialsatellites. Only a handful of interstellar probes, such as Pioneer 10 and 11Voyager 1 and 2, and New Horizons, are currently on trajectories that leave our Solar System.

Orbital spacecraft may be recoverable or not. By method of reentry to Earth they may be divided in non-winged space capsules and wingedspaceplanes.

Currently, only twenty-four nations have spaceflight technology: Russia (Russian Federal Space Agency), the United States (NASA, the US Air Force, SpaceX (a U.S private aerospace company)), the member states of the European Space Agency, the People's Republic of China (China National Space Administration), Japan (Japan Aerospace Exploration Agency), and India (Indian Space Research Organisation).

Spacecraft and space travel are common themes in works of science fiction.

Subsystems
A spacecraft system comprises various subsystems, dependent upon mission profile. Spacecraft subsystems comprise the spacecraft "bus" and may include: attitude determination and control (variously called ADAC, ADC or ACS), guidance, navigation and control (GNC or GN&C), communications (Comms), command and data handling (CDH or C&DH), power (EPS), thermal control(TCS), propulsion, and structures. Attached to the bus are typically payloads.

Life support 
 
Spacecraft intended for human spaceflight must also include a life support system for the crew.

Attitude control
A Spacecraft needs an attitude control subsystem to be correctly oriented in space and respond to external torques and forces properly. The attitude control subsystem consists of sensors and actuators, together with controlling algorithms. The attitude control subsystem permits proper pointing for the science objective, sun pointing for power to the solar arrays and earth-pointing for communications.
GNC
Guidance refers to the calculation of the commands (usually done by the CDH subsystem) needed to steer the spacecraft where it is desired to be. Navigation means determining a spacecraft's orbital elements or position. Control means adjusting the path of the spacecraft to meet mission requirements. On some missions, GNC and Attitude Control are combined into one subsystem of the spacecraft.
Command and data handling
The CDH subsystem receives commands from the communications subsystem, performs validation and decoding of the commands, and distributes the commands to the appropriate spacecraft subsystems and components. 

The CDH also receives housekeeping data and science data from the other spacecraft subsystems and components, and packages the data for storage on a data recorder or transmission to the ground via the communications subsystem. Other functions of the CDH include maintaining the spacecraft clock and state-of-health monitoring.
Power
Spacecraft need an electrical power generation and distribution subsystem for powering the various spacecraft subsystems. For spacecraft near the Sunsolar panels are frequently used to generate electrical power. Spacecraft designed to operate in more distant locations, for example Jupiter, might employ a Radioisotope Thermoelectric Generator (RTG) to generate electrical power. 

Electrical power is sent through power conditioning equipment before it passes through a power distribution unit over an electrical bus to other spacecraft components. Batteries are typically connected to the bus via a battery charge regulator, and the batteries are used to provide electrical power during periods when primary power is not available, for example when a Low Earth Orbit (LEO) spacecraft is eclipsed by the Earth.
Thermal control 

Spacecraft must be engineered to withstand transit through the Earth's atmosphere and the space environment. They must operate in a vacuum with temperatures potentially ranging across hundreds of degrees Celsius as well as (if subject to reentry) in the presence of plasmas. Material requirements are such that either high melting temperature, low density materials such asberyllium and reinforced carbon-carbon or (possibly due to the lower thickness requirements despite its high density) tungsten or ablative carbon/carbon composites are used. 

Depending on mission profile, spacecraft may also need to operate on the surface of another planetary body. The thermal control subsystem can be passive, dependent on the selection of materials with specific radiative properties. Active thermal control makes use of electrical heaters and certain actuators such as louvers to control temperature ranges of equipments within specific ranges.
Propulsion 

Spacecraft may or may not have a propulsion subsystem, depending upon whether or not the mission profile calls for propulsion. The Swiftspacecraft is an example of a spacecraft that does not have a propulsion subsystem. Typically though, LEO spacecraft (for example Terra (EOS AM-1) include a propulsion subsystem for altitude adjustments (called drag make-up maneuvers) and inclination adjustment maneuvers. 
A propulsion system is also needed for spacecraft that perform momentum management maneuvers. Components of a conventional propulsion subsystem include fuel, tankage, valves, pipes, and thrusters. The TCS interfaces with the propulsion subsystem by monitoring the temperature of those components, and by preheating tanks and thrusters in preparation for a spacecraft maneuver.
Structures
Spacecraft must be engineered to withstand launch loads imparted by the launch vehicle, and must have a point of attachment for all the other subsystems. Depending upon mission profile, the structural subsystem might need to withstand loads imparted by entry into the atmosphere of another planetary body, and landing on the surface of another planetary body.
Payload
The payload is dependent upon the mission of the spacecraft, and is typically regarded as the part of the spacecraft "that pays the bills". Typical payloads could include scientific instruments (camerastelescopes, or particle detectors, for example), cargo, or a human crew.
Ground segment

The ground segment, though not technically part of the spacecraft, is vital to the operation of the spacecraft. Typical components of a ground segment in use during normal operations include a mission operations facility where the flight operations team conducts the operations of the spacecraft, a data processing and storage facility, ground stations to radiate signals to and receive signals from the spacecraft, and a voice and data communications network to connect all mission elements.
Launch vehicle

The launch vehicle propels the spacecraft from the Earth's surface, through the atmosphere, and into an orbit, the exact orbit being dependent upon mission configuration. The launch vehicle may be expendable or reusable.


Tahun 2045 Indonesia Optimis Dapat Membuat dan Meluncurkan Pesawat Antariksa

Akan kami buat pesawat Antariksa untuk Indonesia, Tanah Air ku.


Ucapan Terima Kasih:

Kepada seluruh masyarakat Indonesia yang mendambakan akan kemajuan bangsa dalam penguasaan Iptek Antariksa

Kunjungi Sekolah Kami:

Indonesian University Space Research Association

1. http://asosiasiuniversitasrisetantariksa.blogspot.com/

Indonesian Space Science & Technology School
2. http://sekolahiptekkeluarangkasaan.blogspot.com/