Tuesday, 7 May 2013

Membangun Industri Energi dan Pertahanan di Indonesia

"Apapun Mimpi dan harapan Kita Majulah, Berjuanglah untuk mewujudkannya,
Jangan menunggu bukti, Tapi Jadilah Bukti itu sendiri Mari menjadi teladan bagi diri, keluarga dan masyarakat" 
~Menuju Perubahan~


Hidup kita di Indonesia adalah perjuangan untuk membentuk hidup esok yang lebih baik. Dan perjuangan untuk membentuk hidup esok yang lebih baik itu tiada lain merupakan perjuangan untuk menempa diri: mengembangkan diri menjadi bangsa Indonesia yang modern, mandiri dan berkeunggulan. 

Dalam kerangka inilah kita terlibat dalam proses pembangunan bangsa, yaitu proses yang dilalui suatu bangsa dalam suatu negara dalam usahanya mengembangkan identitas bersama serta falsafah hidupnya, mengembangkan cara hidup serta cara kerjasamanya yang khas, dan merealisasikan potensi ekonomi, potensi kebudayaan serta potensi politiknya sebagai suatu kesatuan nasional yang khas. 

Di dalam arti ini, "kebangsaan" jauh lebih luas daripada sekadar terpenuhinya persyaratan formal kemerdekaan politik. Di dalam arti ini, kebangsaan ditandai oleh kemampuan berdiri sendiri secara ekonomis, keberhasilan mempertahankan identitas kebudayaan bangsa, serta kekuatan mempertahankan integritas politik. 

Di bidang ekonomi, kebangsaan berarti kemampuan menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan sendiri serta barang dan jasa yang dibutuhkan di pasar dunia untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang diperlukan, tetapi yang tidak dapat, atau tidak ekonomis jika dihasilkan sendiri. Itulah sebabnya, kemampuan untuk menguasai serta mengembangkan teknologi sangat penting. 

Tanpa kemampuan ini, kekayaan alam yang berlimpah sekalipun tak akan pernah merupakan harta yang terkuasai. Sedangkan dengan dikuasainya ilmu pengetahuan dan teknologi, langkanya sumber daya alam tidaklah menjadi hambatan yang tak teratasi.

"Bersama Keponakan Muhammad Ihsan Menggengam Bola Dunia"
Benua Afrika-nya terbalik he.,he.,he., #_#

Daftar Perusahaan Pertahanan Terbaik Dunia:

Industri pertahanan, juga disebut industri militer, terdiri dari pemerintah dan industri komersial yang terlibat dalam penelitian, pengembangan, produksi, dan pelayanan peralatan dan fasilitas militer.














"Bandung memang mempunyai arti dan peran yang khusus bagi bangsa Indonesia. Bukan saja sebagai kota pendidikan, kota pariwisata atau kota perjuangan, namun Bandung juga kota yang menampung dan membina pusat‐pusat keunggulan Iptek, sebagai penggerak utama proses nilai tambah industri yang memanfaatkan teknologi tinggi (high tech)."
~Prof. Habibie~

Lockheed Martin - The Next 100 Years



Daftar Perusahaan Energi Terbaik Dunia:


Industri Harapan 

Oleh: Pak Dahlan Iskan

[Mentri BUMN Fenomenal]


Membuat Pertamina Tidak Diejek-ejek Sepanjang Masa: Hampir saja saya merasa bahagia yang berkepanjangan. Yakni, ketika mengetahui bahwa laba PT Pertamina (Persero) berhasil mencapai Rp 25 triliun. Itulah laba terbesar dalam sejarah Pertamina. Juga laba terbesar di lingkungan BUMN. Bahkan, laba terbesar yang bisa dicapai sebuah perusahaan apa pun di Indonesia sepanjang 2012.

Saya pun minta agar Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan mengumumkannya. Agar capaian yang hebat itu bisa membuat masyarakat bangga pada Pertamina. Setidaknya bisa mengurangi ejekan sinis masyarakat kepada Pertamina. Maka, pada laporan keuangan kepada publik bulan lalu, disertakanlah judul ini: Pertamina berhasil memperoleh laba terbesar dalam sejarahnya.

Manufacturing hope. Yakni, bahwa perbaikan dan kerja keras yang dilakukan jajaran Pertamina sudah mulai memberikan hasil nyata. Ini berarti kalau perbaikan, efisiensi, dan kerja keras terus dilakukan, hasilnya akan lebih hebat lagi.


http://www.shell.com/


http://www.exxonmobil.com/Corporate/


http://www.bp.com/


http://www.sinopecgroup.com/Pages/index.html


http://www.cnpc.com.cn/cn/


http://www.chevron.com/


http://www.sgcc.com.cn/


http://www.conocophillips.com/EN/Pages/index.aspx


http://www.total.com/


Sekarang ini Pertamina baru bisa menghasilkan 500 ribu barel minyak per hari. Jauh dari kelas perusahaan minyak tingkat ASEAN sekali pun. Karena itu, tahun ini Pertamina membentuk Brigade 300K. Mereka terdiri atas anak-anak muda Pertamina yang umurnya maksimum 29 tahun.

Brigade ini bertugas menambah produksi minyak Pertamina 300 ribu barel lagi per hari. Inilah brigade yang akan membuat produksi total Pertamina menjadi 800 ribu barel. Target itu pun harus tercapai akhir tahun depan. Di dalamnya dihitung produksi energi geotermal yang disetarakan dengan minyak.

Tapi, semua itu belum cukup. Harapan masyarakat terhadap Pertamina memang sangat besar. Pengumuman mengenai besarnya laba yang berhasil dicapai Pertamina itu, misalnya, ternyata belum bisa membahagiakan masyarakat. Mereka menginginkan Pertamina jauh lebih hebat. Mereka tidak mempersoalkan laba, omzet, dan sebangsanya. Masyarakat menginginkan Pertamina yang membanggakan.

Masyarakat ternyata langsung membandingkannya dengan Petronas, Malaysia. “Laba Petronas Rp 160 triliun!”.

Saya pun tersadar dari lamunan kebahagiaan. Terbangun. Kebahagiaan saya akan prestasi Pertamina itu ternyata hanya berlangsung kurang dari lima menit. Padahal, semula saya mengira kebahagiaan itu akan berlangsung setahun penuh. Lalu disambung dengan kebahagiaan berikutnya manakala melihat hasil kerja jajaran Pertamina 2013.

Ternyata hukum kebahagiaan tidak seperti itu. Bahagia itu bisa naik dan tiba-tiba bisa anjlok. Kebahagiaan saya itu langsung lenyap saat membaca twit pembandingan antara laba Pertamina dan laba Petronas.

Saya utak-atik berbagai kemungkinan untuk bisa mengejar Petronas. Saya browsing di internet. Saya pelajari angka-angka. Kekalahan Pertamina atas Petronas itu ternyata sudah sangat lama. Sudah lebih 30 tahun. Grafiknya pun kian memburuk.

Tapi, apa yang bisa diperbuat? Sungguh tidak mudah menemukan jalannya. Padahal, soal kekalahan Pertamina ini sudah bukan lagi soal kekalahan sebuah perusahaan biasa. Ini sudah menyangkut harga diri negara dan bangsa. Ini sudah soal Merah Putih. Pertamina sudah menjadi lambang negara.




Bersama Para Sahabat "Aneh" Mengunjungi PT. Indonesia Power

Di bidang sawit kita sudah bisa mengejar Malaysia. Garuda Indonesia sudah mengalahkan Malaysia Airlines. Semen dan pupuk kita sudah jauh di depannya. Di bidang pelabuhan kita sedang mengejarnya dengan proyek PT Indonesia Port Corporation (Pelindo II) yang insya Allah pasti bisa.

Tapi, kita belum bisa menemukan jalan untuk Pertamina. Program-program Pertamina yang ada sekarang memang ambisius, tapi baru bisa membuat Pertamina masuk ke jajaran perusahaan minyak kelas regional. Masih jauh dari prestasi Petronas.

Memang ada jalan pintas. Bahkan, sangat cepat. Semacam jalan tol di Jerman. Maksudnya, jalan tol yang tidak pakai bayar. Dengan jalan ini Pertamina bisa mengalahkan Petronas hanya dalam waktu empat tahun. Setidaknya bisa membuatnya sejajar dengan Petronas.

Tapi, saat saya menulis naskah ini, di sebuah ruang check-up Rumah Sakit Tianjin, saya terpikir akan kesulitan-kesulitannya: “jalan tol” itu bukan milik Pertamina. “Jalan tol” itu milik perusahaan luar negeri yang akan habis izinnya pada 2017:  Blok Mahakam.

Saya pun minta Dirut Pertamina Karen Agustiawan membuat kalkulasi ini: seandainya Blok Mahakam kembali sepenuhnya ke negara, dan negara menyerahkannya ke Pertamina, berapa laba Pertamina pada 2018?

Dan tahun-tahun berikutnya?

Dengan cepat jawaban Karen masuk ke HP saya:

Rp. 171 triliun.

Saya tidak tergiur dengan angka itu.

Saya lebih tergiur pada bayangan betapa bangganya kita memiliki Pertamina yang tidak lagi diejek-ejek sepanjang masa.

Kalau sebuah hope bisa membuat hidup kita lebih bergairah, lebih bersemangat, dan lebih baik mengapa kita tidak membangun industri harapan?

Bahan bakunya gampang didapat:

Niat Baik, Ikhlas, Semangat, Kreativitas, Tekad, dan Totalitas.

Semuanya bisa diperoleh secara gratis!

Indonesia Bisa!

No comments: