Friday, 18 May 2012

Mengoptimalkan Pemanfaatan Energi di Indonesia

Oleh: Prof. Ir. Widjajono  Partowidagdo,  MSc. MSOR, MA, Ph.D.


"Negara yang baik membutuhkan adilnya Pemimpin, amalnya Pengusaha, ilmunya Akademisi (Ulama) serta kesabaran, kemandirian dan kepedulian Masyarakat."
~Alm. Prof. Widjajono~ 

"Saya seorang dosen, kalau gak niat ngebenerin bangsa ini, buat apa saya terjun ke pemerintahan"

Produksi dan Cadangan Minyak kita terbukti turun terus. Walaupun cadangan  gas kita empat kali lipat cadangan Minyak tetapi program konversi Minyak ke Gas Domestik terbukti tidak berjalan mulus. Program 10.000 MW PLTU (Uap) Batubara tidak berjalan mulus dan sebagian besar produksi batubara kita diekspor.

PLTA (Air)  di luar Jawa kurang berkembang.

Program Bahan Bakar Nabati tidak berjalan seperti yang diharapkan. 

PLTS (Surya) dan PLTB (Bayu) banyak yang tidak berfungsi lagi.

Berarti ada yang tidak pas di Negeri ini.

Marilah kita evaluasi satu per satu.



Minyak kurang berkembang karena sistem fiskal dan iklim investasi yang kurang menarik. Gas kurang termanfaatkan untuk domestik karena harga domestik yang tidak menarik dan tidak disiapkannya infrastruktur dimasa lalu.

Batubara 10.000 MW kurang berkembang karena terdapat masalah  negosiasi, birokrasi dan koordinasi.

Kebanyakan batubara diekspor karena harga domestik yang kurang menarik dibandingkan harga ekspor.

PLTA kurang berkembang karena masalah birokrasi, koordinasi, promosi dan kemauan politik untuk mengembangkan industri di luar Jawa.

Panasbumi kurang berkembang karena harga domestik yang tidak menarik di masa lalu.

Bioenergi kurang berkembang karena masalah harga, peraturan, insentif, birokrasi, koordinasi  dan litbang.

Surya dan bayu tidak terawat karena kurang dikembangkan litbang dan Kemampuan Nasional disamping masalah birokrasi dan koordinasi. Konservasi kurang berhasil karena harga energi murah, peraturan (kurangnya insentif untuk penghematan energi) dan kurangnya dukungan bagi litbang serta kurangnya peningkatan kemampuan nasional untuk itu.

Menurut International Sustainable Energy Organization (ISEO) Biaya Energi Terbarukan seperti Energi Surya, Energi Angin, Panasbumi, Arus Laut dan Hidrogen akan turun di masa depan, sedangkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) akan naik (walaupun masih tetap rendah). Biaya Energi Tak Terbarukan seperti Minyak, Gas, Batubara dan Nuklir akan naik  di masa depan.

German Working Party, 2004 memperkirakan Biaya Energi sampai tahun 2050 termasuk menggunakan Geocogen (Geothermal deepwell energy cogeneration) dan SBSP (Space Based Solar Power). Juga diperkirakan True Energy Cost dengan memperhitungkan Resiko, Biaya Lingkungan dan Carbon Credit (Sumber: Gustav R. Grob (ISEO Executive Secretary dan ICEC President).

ISEO adalah International Sustainable Energy Organization sedangkan ICEC adalah International Clean Energy Consortium. Judul makalahnya adalah “Energy Status Quo and Technology towards Clean Energy”, Chengdu, China, September 28, 2010).

Batubara bisa lebih bersih lingkungan, konsekuensinya biayanya lebih mahal. Batubara bisa dibuat cair (Coal To Liquid atau CTL) atau dijadikan gas. Gas bisa dibuat cair (Gas To Liquid atau GTL). Gas bisa diperoleh dari Gas Alam (Potensi 335 TCF), dari CBM (Potensi 454 TCF), Shale Gas dan dari Methane Hydrate (Potensi 625 TCF) . Nuklir dari Uranium dan Thorium (FISI) adalah Tak Terbarukan.

Tidak benar kalau energi nuklir sangat aman karena disamping Chernobyl dan Three Mile Island, di Amerika Serikat 27 dari 104 reaktor nuklirnya pernah bocor (Tobi Raikkonen, 12 Maret 2010). Menurut USA Today 17 Juli 2007 di Jepang terjadi kebocoran nuklir 1997-2007 sebanyak 8 kali. Apalagi kemudian terjadi tragedi Fukushima (2011).

Banyak Negara-negara Eropa yang menutup PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) nya 2020.

Penanganan dan penyimpanan limbah Uranium yang benar adalah mahal dan kalau tidak benar berbahaya.

Perancis bisa membantu  memproses limbah Uranium tetapi limbah terakhirnya tetap dikirim ke Negara asal yang mempunyai PLTN.

Konsorsium Uni Eropa, Jepang, Cina, India, Korsel, Rusia dan Amerika Serikat membiayai Pengembangan Nuklir FUSI yaitu ITER (International Thermonuclear Experimental Reactor) TOKAMAK di Perancis Selatan.

(ITER) TOKAMAK tersebut diharapkan bisa dikembangkan secara komersial pada tahun 2020 an dan dibuat dari reaksi FUSI antara Detrium dan Tritium yang limbahnya relatif aman (dibandingkan Uranium).




Indonesia sebaiknya fokus pada FUSI.

Andai kata Nuklir FISI ingin dikembangkan segera maka paling cepat  dioperasikan pada 2021 karena memerlukan 10 tahun untuk merealisasikan PLTN  seperti  di Malaysia. Sebaiknya Indonesia bekerjasama dengan Singapura dan Malaysia (lebih baik bila juga dengan Negara-negara Asean lainnya).

Lokasi pembangkitannya bisa di Pulau kosong di Indonesia dekat Singapura. Makin banyak Negara-negara yang mengawasi diharapkan makin aman dan makin banyak Negara-negara yang memakai makin murah.

Urutan Global Innovation Index (Maret 2009) dari beberapa Anggota Asean dan Negara Maju adalah sebagai berikut:

1. Singapore, 2. South Korea, 8. US, 9. Japan, 15. UK, 19. Germany, 20. France, 21. Malaysia, 27. China, 44. Thailand, 46. India, 49. Russia, 71. Indonesia.

Tidak benar kalau nuklir adalah energi yang paling murah. International Energy Agency atau IEA di Paris tahun 2010 memberikan Electricity Generation Costs  2010 dan Perkiraan 2050 (Tabel 1) yang menunjukkan energi lain kecuali minyak dan matahari tidak lebih mahal saat ini (2010) dan justru lebih murah di 2050 kecuali minyak.

Kita masih bisa mencukupi kebutuhan energi sampai 2030 dengan menggunakan Energi Domestik
(Minyak, Gas, CBM, Shale Gas,  Batubara, Panasbumi, Air, Surya, Angin, Laut, Biofuel dan Biogas) serta mengembangkan Kemampuan Nasional untuk memproduksikan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi.

Bahkan kalau perlu mengimpor gas dan batubara (yang lebih murah dari BBM) serta  mengusahakan migas di luar negeri.

Perlu Kebijakan Harga dan Infrastruktur serta Peningkatan Iklim Investasi dan Peningkatan Kemampuan Nasional  yang mendukung untuk mengoptimalkan penggunaan Energi Domestik. Untuk mencukupi kebutuhan energi 2030-2050 perlu dilihat perkembangan Teknologi dan Biaya Energi pada 2020.

Diharapkan Pertamina dan Perusahaan-perusahaan Nasional Migas lain dapat meningkatkan produksi migasnya baik di dalam dan di luar negeri seperti Petronas disamping perlu perbaikan Sistem Fiskal dan Iklim Investasi serta Sistem Informasi untuk meningkatkan Investasi Internasional Migas di Indonesia.

Terobosan Teknologi (Nano) menyebabkan Energi Terbarukan lebih murah dimasa depan. Konservasi atau Penghematan Energi mengurangi Pemakaian dan Pasokan Energi serta mengurangi Polusi. Pemakaian mobil irit bensin seperti yang dihasilkan ITS dan penghematan energi lainnya perlu didukung dan dikembangkan secara Nasional.

Peningkatan Kemampuan energi Nasional wajib dilakukan . Dana dapat diperoleh dari Penghematan yang diperoleh dari digantikannya BBM (Bahan Bakar Minyak) yang mahal dan sudah diimpor dengan energi lain yang lebih murah dan tersedia di dalam negeri (gas, batubara, panasbumi dan energi terbarukan lain).

Untuk menghindari krisis energi dimasa datang perlu dioptimalkan pemanfaatan energi di Indonesia baik dari sisi pemanfaatan sumberdaya maupun pemanfaatannya.

Untuk itu dibutuhkan kerjasama dan kasih sayang, kejujuran dan keterbukaan, kerja keras dan cerdas dari seluruh Bangsa Indonesia. Kita perlu melakukan hal-hal yang benar untuk Negeri ini.


Ketika Harry Potter "selamat" dari Voldemore (Musuhnya), Dumbledore (Kepala Sekolahnya): mengatakan:


"Someday, you will have to choose between what is right and what is easy." 


Pilihan kita, mau "benar" tetapi ,walaupun sulit, "berhasil" di jangka panjang atau mau "gampang" tetapi "standstill" tidak kemana mana.

Menurut Yasadipura (kakek Ranggawarsita) mengatakan:

"Waniya ing gampang, wediya ing pakewuh, sabarang nora tumeka." artinya: sukailah kemudahan, takutilah kesulitan, maka tidak ada yang diperoleh.

Persoalan energi dan bangsa tidak bisa hanya diselesaikan oleh Pemerintah saja.

Negara yang baik membutuhkan adilnya Pemimpin, amalnya Pengusaha, ilmunya Akademisi (Ulama) serta kesabaran, kemandirian dan keperdulian Masyarakat.

Daftar Pustaka

1.    Economics and Development Resource Center, Guidelines for the Economic Analysis of Project, ADB (Asian Development Bank), Manila, 1997.
2.    Gustav R. Grob, Energy Status Quo and Technology towards Clean Energy, Chengdu, China, September 28, 2010.
3.    IEA (International Energy Agency), Energy Thecnology Prespectives, Scenarios & Strategies to 2050, Paris, 2010.
4.    Partowidagdo, W, Migas dan Energi di Indonesia, Permasalahan dan Analisis Kebijakan, Development Studies Foundation, Bandung, 2009.
5.    Partowidagdo, W., Mengenal Pembangunan dan Analisis Kebijakan, Bandung, Development Studies Foundation, 2010.
6.    Petronas, Profitability Based Revenue-over-Cost (R/C) PSC, Manila, Philippines, 14 – 19 March 2005.
7.    The Goldman Sachs Group, Inc., 125 Projects to Change The World, New York, 2006.

No comments: