Memahami Uang
Para ekonom senantiasa membohongi publik bahwa resesi dan depresi adalah bagian alami dari siklus bisnis. Namun kenyataan yang sebenarnya tidaklah seperti itu. Resesi dan depresi selalu terjadi bila Bank Sentral memanipulasi jumlah uang beredar, yang tujuan akhirnya adalah memastikan semakin banyak kekayaan yang ditransfer dari masyarakat ke tangan mereka. Bank Sentral sendiri merupakan metamorfosa dari pedagang uang di zaman dahulu.
Setelah melewati zaman barter, perjalanan uang menemani kita sebagai manusia dalam menciptakan peradaban di dunia. Ada berbagai alat yang pernah digunakan sebagai uang, misalnya garam, kerang, ranting pohon, sampai ke logam, dan tentu saja kertas, dan yang terakhir angka digital di komputer.
Satu hal yang diketahui oleh sekelompok kecil manusia yang sangat kaya, yaitu mereka bisa memiliki semua uang di dunia dengan mengambil alih hak penciptaan uang, dan mengenakan bunga atas uang yang mereka ciptakan.
Setelah melewati zaman barter, perjalanan uang menemani kita sebagai manusia dalam menciptakan peradaban di dunia. Ada berbagai alat yang pernah digunakan sebagai uang, misalnya garam, kerang, ranting pohon, sampai ke logam, dan tentu saja kertas, dan yang terakhir angka digital di komputer.
Satu hal yang diketahui oleh sekelompok kecil manusia yang sangat kaya, yaitu mereka bisa memiliki semua uang di dunia dengan mengambil alih hak penciptaan uang, dan mengenakan bunga atas uang yang mereka ciptakan.
"SIAPA MENGENDALIKAN BAHAN PANGAN, DIALAH YANG MENGENDALIKAN MANUSIA. SIAPA MENGENDALIKAN MINYAK, DIALAH YANG MENGENDALIKAN BENUA. SIAPA MENGENDALIKAN UANG, DIALAH YANG MENGENDALIKAN DUNIA."
*Henry Kissinger*
Henry Kissinger is a German-born American writer, political scientist, diplomat, and
businessman. A recipient of the Nobel Peace Prize, he served as National Security
Advisor and later concurrently as Secretary of State in the
administrations of Presidents Richard
Nixon and Gerald Ford.
He received his A.B. degree summa cum laude in political science
at Harvard College in 1950, where he lived in Adams House and studied
under William Yandell Elliott. He received his M.A. and Ph.D. degrees at Harvard University in 1952 and 1954, respectively.
Profesor Joseph Stiglitz, mantan Ketua Ekonom World Bank, dan mantan Ketua Penasehat Bill Clinton, mengakui di publik “Empat Langkah Strategi” World Bank untuk memperbudak negara demi keuntungan bankir.
Langkah Satu : Privatisasi. Pemimpin nasional akan ditawarkan 10% komisi untuk menjual aset-aset nasional. Uang akan disimpan dengan aman di rekening mereka di Swiss.
Langkah Dua : Liberalisasi Pasar Modal. Stiglitz menyebutnya siklus uang panas. Dana dari luar negeri harus dibiarkan bebas masuk untuk berspekulasi di real estate dan mata uang. Saat keadaan tampak menjanjikan, uang ditarik keluar untuk menciptakan kekacauan ekonomi.
Negara bersangkutan kemudian akan meminta bantuan dari IMF dan IMF kemudian mensyaratkan untuk menaikkan suku bunga bank antara 30% sampai 80%.
Ini terjadi di Indonesia, Brazil, dan juga negara-negara Asia dan Latin lainnya. Suku bunga tinggi ini menyebabkan kemiskinan bangsa, menurunkan nilai properti, menghancurkan produksi industri dan mengeringkan tabungan nasional.
Langkah Tiga : Penentuan Harga Pasar. Harga makanan, air, dan gas dinaikkan yang menyebabkan keresahan sosial yang berujung ke kerusuhan. Ini dikenal dengan istilah “kerusuhan IMF”. Kerusuhan akan menyebabkan pelarian modal dan kebangkrutan pemerintah. Ini menguntungkan korporasi luar negeri karena aset-aset negara tersebut sekarang bisa dibeli dengan harga amat murah.
Langkah Empat : Perdagangan Bebas. Ini adalah tahap di mana korporasi internasional akan memasuki pasar Asia, Latin Amerika, dan Afrika pada saat mereka sendiri tetap mengenakan tarif masuk bagi produk agrikultur negara dunia ketiga. Mereka mengenakan harga yang sangat tinggi untuk obat bermerek dan menyebabkan tingkat kematian dan penyakit yang sangat tinggi.
Akan ada banyak orang yang kalah dalam sistem ini, dan sangat sedikit pemenang, yaitu para bankir dan penguasa keuangan. Sesungguhnya penjualan utilitas seperti listrik, air, telepon, dan gas adalah prasyarat untuk mendapatkan pinjaman oleh negara berkembang. Aset-aset ini diperkirakan senilai Puluhan Trilyun dolar.
Bulan September 2001, Prof. Stiglitz diberikan hadiah Nobel dalam bidang ekonomi.
Memahami Sektor Keuangan dengan Ekonofisika
Aneh sekali!
Mana mungkin menghubungkan Fisika dan uang?
Umumnya orang berpandangan bahwa hubungan fisika dengan uang adalah seperti langit dan bumi.
Fisika dianggap jurusan kering yang tidak menghasilkan banyak uang sehingga seringkali ada olok-olok mengatakan bahwa orang-orang yang masuk jurusan fisika adalah orang-orang yang emdees (masa depan suram).
Namun perkembangan cepat dalam dunia ini sedikit demi sedikit merubah dikotomi fisika dan uang ini. Makin lama fisika makin dekat dengan uang.
Analisa-analisa di Pasar uang internasional yang semakin rumit membutuhkan banyak jasa fisikawan. Pasar-pasar uang ini telah membuktikan bahwa lebih menguntungkan jika dapat memanfaatkan fisikawan dengan teori fisikanya untuk menganalisa suatu sistem dinamis yang rumit seperti saham, efek, valas ataupun derivatif.
Sekarang ini banyak Bank dan institusi keuangan memperkerjakan fisikawan. Dengan kemampuan matematika, kemampuan komputer dan logikanya, para fisikawan ini mampu menganalisa masalah-masalah keuangan yang sangat kompleks. Untuk pekerjaan yang rumit ini fisikawan mendapat imbalan yang sangat bagus. Fisikawan yang bekerja di bidang keuangan (dikenal sebagai quants atau quantitave analyst) dikenal karena gajinya yang sangat tinggi.
Salah satu iklan di suatu majalah menuliskan “Wanted: an organized physicist with good modelling and programming skills, and a flair for communication. Salary: £40 000 rising to £150 000 after one year.”
Tidak heran kalau kini fisikawan (termasuk John Sleath pemenang astronomy prize) banyak yang memasuki sektor-sektor keuangan. Disamping sebagai analis, para fisikawan ini ada pula yang membuka perusahaan sendiri dan menjadi enterpreneur seperti J.P Bouchaud, Doyne Farmer dsb.
Jika ekonofisika sebagai sebuah perangkat sains dan teknologi dapat memberikan penajaman dalam memandang berbagai permasalahan ekonomi dan riset ekonofisika dapat memberikan analisis yang lebih baik dalam mengasah kebijakan ekonomi yang lebih komprehensif tanpa terpaku pada berbagai teori dan ideologi ekonomi tradisional, maka peluang ekonofisika dalam mengatasi permasalahan ekonomi di negeri kita tentu menjadi semakin besar.
Harga yang mesti dibayar melalui penyusunan kebijakan dan analisis melalui ekonofisika memang agak mahal, yakni penggunaan berbagai metodologi non-linier yang cenderung lebih rumit secara matematis. Namun harga ini menjadi pantas, sebab hasil pendekatan ini adalah kebijakan ekonomi dan keuangan yang lebih komprehensif, yang alhasil memperbaiki keadaan ekonomi kita saat ini.
Mengingat permasalahan ekonomi kita yang memang telah cukup kronis dan bahwa pendekatan konvensional memang bahkan secara teoretis sulit untuk memberikan solusi yang komprehensif, tak ada salahnya jika peluang ekonofisika sebagai solusi alternatif menjadi semakin luas. Jika kita sekadar bertumpu pada pendekatan ekonomi konvensional hal ini menjadi seolah magis, the magic of advanced physics and mathematics.
Kita mungkin jadi teringat ungkapan novelis non-fiksi kenamaan, Arthur C. Clarke,
"All sufficiently advanced science & technology is indistinguishable from magic"
Semoga Sektor Ipteks, Perekonomian dan Keuangan Rakyat serta Bangsa Kita Semakin Maju.
Diolah dari berbagai sumber.
Semangat
Amin.
Insha Allah.
No comments:
Post a Comment