Tuesday, 30 July 2013

Berkah Ramadhan: Master Plan Percepatan Pembangunan Kelautan Indonesia

Sejak ditandatanganinya perjanjian Internasional dalam Konvensi PBB Hukum Laut (United Nations Conference on the Law Of the Sea/UNCLOS) pada 1982 di Montego Bay, Jamaika, masyarakat dunia mengakui bahwa Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki wilayah laut yang sangat luas, mulai dari laut teritorial, zona tambahan (contiguous zone), Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sampai dengan Landas Kontinen (continental shelf).

Dengan kekayaan alam melimpah, jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa, dan posisi geoekonomi sangat strategis, Indonesia yang akan  merayakan 68 tahun merdeka, seharusnya sudah menjadi bangsa besar yang maju dan makmur.

Bersama Para Founders Forsalim di Pangandaran
Namun, hingga kini Indonesia masih sebagai negara berkembang dengan angka pengangguran dan kemiskinan yang tinggi serta daya saing rendah. 

Banyak faktor yang menyebabkan kita terbelakang, mulai dari karut-marutnya sistem politik dan hukum sampai lemahnya penguasaan IPTEK.
Namun, salah satu penyebab utamanya adalah karena paradigma pembangunan nasional terlalu berorientasi pada daratan (land-based development), sedangkan laut hanya diperlakukan sebagai tempat eksploitasi SDA secara ekstraktif, pembuangan limbah, dan berlangsungya berbagai kegiatan ilegal.
Padahal, Nusantara ini merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau tak kurang dari 17.840 dan total luas perairannya mencapai lebih kurang 5.800.000 km persegi.

Bahkan dengan diberlakukannya Perjanjian Hukum Laut Tahun 1982 (disahkan tahun 1985), total luas wilayah perairan Indonesia bertambah menjadi sekitar 8.800.000 km persegi. Sebagai tambahan bahwa total panjang garis pantai terluar Indonesia yang mencapai 95.181 km ini merupakan yang terpanjang ke-2 di dunia setelah Kanada.

Dalam wilayah pesisir dan lautan itu terdapat potensi berbagai SDA dan jasa-jasa lingkungan yang sangat besar, yang hingga kini belum dimanfaatkan secara optimal.

Total Potensi Ekonomi Kelautan Indonesia dapat mencapai US$ 12 Trilyun dalam 10 Tahun Pertumbuhan.

Sedikitnya ada 11 sektor ekonomi kelautan yang dapat dikembangkan:

(1) Perikanan tangkap, (2) Perikanan budidaya, (3) Industri pengolahan hasil perikanan, (4) Industri bioteknologi kelautan, (5) pertambangan dan energi, (6) pariwisata bahari, (7) kehutanan, (8) perhubungan laut, (9) sumberdaya pulau-pulau kecil, (10) industri dan jasa maritim, dan (11) SDA non-konvensional.


Potensi produksi lestari sumberdaya ikan laut Indonesia mencapai 6,4 juta ton/tahun atau 8% dari potensi lestari ikan laut dunia. Saat ini tingkat pemanfaatannya baru mencapai 4,5 juta ton. Potensi produksi budidaya laut diperkirakan mencapai 45 juta ton/tahun, dan budidaya perairan payau (tambak) sekitar 5 juta ton/tahun. Sementara itu, total produksi budidaya laut dan tambak baru sebesar 2,5 juta ton (5% potensi produksi) pada 2007.

Dengan Percepatan Pembangunan Ekonomi Kelautan Potensi ini dapat dilipatkan gandakan hingga 5 kali.

Potensi Bioteknologi Kelautan

Indonesia juga memiliki potensi industri bioteknologi kelautan sangat besar berupa industri makanan dan minuman, farmasi (seperti Omega-3, squalence, viagra, dan sun-chlorela), bioenergi, bioremediasi, genetic engineering, dan beragam industri lainnya yang hingga kini hampir belum tersentuh pembangunan. Potensi ekonomi perikanan dan bioteknologi kelautan diperkirakan mencapai US$ 100 milyar setiap tahunnya.

Potensi Ekonomi Pariwisata Bahari

Kendati belum ada perhitungan tentang potensi ekonomi pariwisata bahari. Namun jika dibandingkan dengan Queensland, Australia dengan panjang garis pantai yang hanya 2100 km mampu menghasilkan devisa pariwisata bahari sebesar US$ 2 miliar/tahun, maka sejatinya potensi ekonomi pariwisata bahari Indonesia sangat besar. Indonesia dapat mencapai US $ 50 miliar/tahun.

Potensi Migas & Pertambangan Lepas Pantai

Sekitar 70% produksi minyak dan gas bumi berasal dari kawasan pesisir dan lautan. Dari 60 cekungan yang potensial mengandung migas, 40 cekungan terdapat di lepas pantai, 14 di pesisir, dan hanya 6 yang di daratan. Dari seluruh cekungan tersebut diperkirakan potensinya sebesar 11,3 miliar barel minyak bumi. Cadangan gas bumi diperkirakan sebesar 101,7 triliun kaki kubik.

Kawasan ini juga kaya akan berbagai jenis bahan tambang dan mineral, seperti emas, perak, timah, bijih besi, dan mineral berat.

Belum lama ini ditemukan jenis energi baru pengganti BBM berupa gas hidrat dan gas biogenik di lepas pantai Barat Sumatera dan Selatan Jawa Barat serta bagian utara Selat Makassar dengan potensi yang sangat besar, melebihi seluruh potensi minyak dan gas bumi (Richardson, 2008). Potensinya dapat mencapai Puluhan Trilyun Dolar.

Potensi ekonomi perhubungan laut diperkirakan sebesar US$30 miliar/tahun. Ini berdasarkan pada perhitungan bahwa sejak 15 tahun terakhir kita mengeluarkan devisa sekitar US$ 15 miliar/tahun untuk membayar armada pelayaran asing yang mengangkut 97% dari total barang yang diekspor dan diimpor ke Indonesia, dan yang mengangkut 50% total barang yang dikapalkan antar pulau di wilayah Indonesia.

Potensi Ekonomi dari Industri dan Jasa Maritim

Belum lagi potensi ekonomi dari industri dan jasa maritim (seperti galangan kapal, coastal and offshore engineering, pabrik peralatan dan mesin kapal serta perikanan, dan teknologi komunikasi dan informasi), pulau-pulau kecil, dan SDA non-konvensional yang sangat besar.

Bila Indonesia mampu meningkatkan kemampuannya dalam industri dan jasa maritim setara Korea Selatan dan Singapura, maka potensi ekonominya dapat mencapai sekitar US$ 4 Triliun per 10 tahun pembangunan.

SDA non-konvesional

Adalah SDA yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan, tetapi karena belum ada tekonologinya atau secara ekonomi belum menguntungkan, sehingga belum bisa dimanfaatkan.

Contohnya adalah:
Deep sea water industries, gas hidrat dan biogenik, bioenergi dari algae laut, energi gelombang, energi pasang surut, OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion), sumber-sumber mata air tawar di dasar laut (Becker and Carlin, 2004), energi listrik dari ion Na+ dan Cl- , energi nuklir, dan mineral laut.

Lautan merupakan gudang terbesar di planet bumi yang mengandung sekitar 50.000 triliun ton berbagai logam dan garam mineral, seperti emas, tembaga, perak, mangan, lithium, bromium, magnesium, chlor, yodium, fosfor, sulfur, borium, sodium khlorida, magnesium khlorida, magnesium sulfat, kalsium sulfat, dan potassium sulfat. Setiap mil kubik air laut mengandung 4 juta ton magnesium, emas senilai 93 juta dolar AS, dan perak senilai 8,5 juta dolar AS.

Kang Fadly Fauzie Firdausi, Assistant of Lecturer Civil Enginnering at Universitas Muhamadiyah Yogyakarta
dan Ketua Forsalim di Pantai Pangandaran

Di dalam lautan juga terdapat sekitar 10 triliun ton deuterium, sejenis isotop hidrogen yang mudah dipisahkan dari air laut dan merupakan bahan bakar utama bagi reaktor pembangkit energi sistem nuklir fusi, yang lebih aman ketimbang sistem nuklir fisi. 

Dengan teknologi nuklir yang relatif aman ini, lautan sesungguhnya dapat mencukupi kebutuhan energi bagi umat manusia sejagat raya secara berkelanjutan (Carson, 1973).

Potensi total ekonomi kesebelas sektor kelautan Indonesia diperkirakan mencapai US$ 1,2 Trilyun Per Tahun atau lebih dari sembilan kali lipat APBN 2009 dan satu setengah kali PDB saat ini.

Sedangkan, kesempatan kerja yang dapat dibangkitkan mencapai 40 juta orang lebih. Ekonomi kelautan semakin strategis bagi Indonesia, seiring dengan pergeseran pusat ekonomi dunia dari Poros Atlantik ke Asia-Pasifik.

Dewasa ini, 70% perdagangan dunia berlangsung di kawasan Asia-Pasifik. Sekitar 75% produk dan komoditas yang diperdagangkan di transportasi melalui laut Indonesia dengan nilai sekitar US$ 1,3 triliun per tahun.

Bagaimana Menyusun Master Plan Percepatan Pembangunan Kelautan Nusantara agar semua potensinya dapat tergali?

Bersama Kawan-Kawan di Pantai Sayang Heulang Garut Selatan.

To Be Continued

Sumber:

Center For Coastal and Marine Resources Studies
Bogor Agricultural University

Ocean Paradigm Study Group

Kementrian Kelautan dan Perikanan

LIPI

Semoga Bermanfaat

Indonesia Bisa!

No comments: