"Yang Penting adalah Keseimbangan antara kepentingan manusia dan kehidupan flora-fauna kalau keseimbangan itu diganggu akan terjadi bencana"
~Prof. Habibie~
Sebuah tayangan yang cocok kita nikmati bersama keluarga dan sahabat serta orang-orang terkasih kita.
Selamat Menyaksikan.
Mendirikan PT PAL Indonesia: Visi Maritim Indonesia
PT PAL INDONESIA (PERSERO), bermula dari sebuah galangan kapal yang bernama MARINE ESTABLISHMENT (ME) dan diresmikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1939. Setelah kemerdekaan, Pemerintah Indonesia menasionalisasi Perusahaan ini dan merubah namanya menjadi Penataran Angkatan Laut (PAL). Pada tanggal 15 April 1980, Pemerintah mengubah statusnya dari Perusahaan Umum menjadi Perseroan Terbatas sesuai. Jabatan Direktur Utama sejak PAL berstatus Perum di pegang Habibie sampai pada Maret 1998.
Industri Perkapalan Indonesia sampai era 1970-an masih terbelakang. Galangan-galangan di sini baru menghasilkan kapal-kapal bertonase 1000 ton ke bawah. Mereka pun lebih berkonsentrasi pada pemeliharaan dan perbaikan kapal (harkan). Sementara perusahaan-perusahaan pelayaran nasional skeptis terhadap kemampuan galangan lokal, sehingga lebih suka memanfaatkan jasa galangan pembangun dan harkan di mancanegara.
Di tengah kondisi demikian, sejak 1977, Suleman Wiriadidjaja menjadi aktor di belakang B.J. Habibie dalam mengembangkan Penataran Angkatan Laut (PAL), Surabaya, menjadi pusat keunggulan dan ujung tombak industri perkapalan di Indonesia. Guna memacu dan mempromosikan kemampuan galangan dalam negeri.
Habibie bertujuan mendirikan PT PAL sebagai salah satu industri strategis dengan dengan harapan pada galangan inilah nantinya akan dibuat kapal teknologi canggih dan sesuai dengan kebutuhan kapal di Indonesia. Beliau berkali kali menekankan bahwa pada bidang maritim hanyalah jalan untuk meningkatkan ekonomi bagi daerrah daerah terpencil di dindonesia khususnya pada kawasan terpencil.
Fasilitas Ship Building Plant (SBP) di PT PAL adalah yang tercanggih di Asia Tenggara. Bahkan sejumlah pakar perkapalan menilai disainnya nyaris sempurna. Jerman yang industri maritimnya lebih tua saja baru belakangan membangun SBP secanggih yang dimiliki PT PAL.
Performa SBP yang mulai dibangun pada tahun 1984 itu tak lepas dari peran Habibie dan Suleman. Mereka tak sekadar menuangkan ide untuk membangunnya, tapi juga gigih memperjuangkan idenya sampai menjadi kenyataan. Habibie dan Suleman meyakinkan para penentu keputusan (baik keputusan politik maupun keputusan soal pembiayaan) bahwa proyek SBP tersebut rasional.
Sesuai dengan kebutuhan PT PAL untuk memproduksi kapal secara efisien. Sejalan pula dengan upaya mengangkat PT PAL sebagai pusat keunggulan industri maritim di Asia Tenggara.
Selama di Direksi PAL, Suleman, pada saat itu memegang jabatan Koordinator Kegiatan, memperoleh kepercayaan penuh dari Habibie untuk mengendalikan operasional dan mengambil langkah-langkah guna mengembangkan PAL.
Habibie bersama Suleman, menyiapkan proyek pertama pembuatan kapal berskala nasional. hasilnya dalam pembangunan kapal barang umum dengan ukuran 3000DWT. Pada saat itu PT PAL masih dalam taraf dalam belajar dalam memproduksi barang sehingga dilakukan kerjasama dengan Mitsui Engineering dan Shipbuilding Jepang untuk membangun kapal skala nasional tersebut.
KAPAL PATROLI CEPAT BUATAN PT PAL
Specifications :
Length Overall: 58,10 m
Length Waterline : 54.20 m
Breadth: 7.62 m
Depth: 4.75 m
Speed Max: 30 knots
Displacement: 454 Ton
Complement: 42 persons
Main Engine: 2 X 4130 HP
Proyek yang digagas oleh Habibie dan Suleman ini menghasilkan produk unggulan kapal buatan dalam negeri, yakni kapal kelas Caraka Jaya dan kapal kelas Palwo Buwono.
Kapal Caraka Jaya General Cargo 3.650 DWT, kini menjadi tulang punggung industri pelayaran nasional.
Selain mendirikan PT PAL dan industri teknologi tinggi lain, B.J. Habibie selaku Menristek/Ketua BPPT mengemukakan pemikirannya bahwa untuk memajukan industri, perlu optimalisasi riset dalam bidang industri yang bersangkutan. Untuk mendukung industri perkapalan nasional, dirasa perlu untuk membangun laboratorium hidrodinamika skala nasional. Habibie menyetujui proposal dari ITS agar LHI dibangun di dekat kampus ITS Sukolilo, Surabaya. Pertimbangannya, LHI akan lebih efektif karena dekat dengan lingkungan kampus (yang memiliki Fakultas Teknologi Perkapalan).
Kalau LHI dibangun di Sukolilo, berarti memudahkan mahasiswa ITS untuk melakukan kerja praktek dalam pengujian hidrodinamika. Dan staf ITS bisa melakukan penelitian di LHI, tanpa meninggalkan tugas mengajarnya. Pertimbangan lain, dekat pula dengan PAL yang kala itu dalam proses pengembangan untuk menjadi sentra industri perkapalan di Indonesia.
Kalau LHI dibangun di Sukolilo, berarti memudahkan mahasiswa ITS untuk melakukan kerja praktek dalam pengujian hidrodinamika. Dan staf ITS bisa melakukan penelitian di LHI, tanpa meninggalkan tugas mengajarnya. Pertimbangan lain, dekat pula dengan PAL yang kala itu dalam proses pengembangan untuk menjadi sentra industri perkapalan di Indonesia.
Deklarasi Bunaken:
Mengembalikan Kejayaan Maritim Indonesia Pada tanggal 26 september 1998 di atas kapal “KRI Teluk Banten” Presiden Republik Indonesia pada saat itu , BJ Habibie mendeklarasikan sebuah gerakan perubahan visi dan misi pembangunan indonesia yang lebih dikenal dengan nama deklarasi bunaken yang berisi sebagai berikut:
Laut adalah karunia Tuhan yang harus kita lindungi, pelihara dan lestarikan lingkungannya.
Laut Nusantara bersama darat dan udara diatasnya merupakan ruang dan wadah kesatuan dan persatuan bangsa yang harus kita bela dan pertahankan keutuhannya.
Laut yang mengandung kekayaan alam beraneka ragam merupakan potensi yang harus dimanfaatkan se-optimal mungkin untuk kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.
Laut adalah peluang, tantangan dan harapan untuk masa depan persatuan, kesatuan dan pembangunan bangsa Indonesia.
Maka dengan ini, atas nama seluruh bangsa Indonesia, saya menyatakan bahwa:
Mulai saat ini Visi Pembangunan dan persatuan nasional Indonesia harus juga berorientasi kelaut.
Semua jajaran pemerintah dan masyarakat hendaknya juga memberikan perhatian untuk pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan potensi kelautan Indonesia.
Salam Indonesia Bisa.
Bung Deni Nugraha, Seorang Sahabat sedang mengunjungi Pantai Santolo
Kunjungi Juga:
http://www.pal.co.id/v5/index.php [PT PAL]
http://www.its.ac.id/ [ITS]
Ucapan Terima Kasih Kepada:
1. Andri Yudhi Prawira, Studied Marine Engineering at Sepuluh November Institute of Technology in Surabaya, Indonesia.
2. Ridwan Firdaus, S.Pd., Studied Geography Education at Jakarta State University in Jakarta, Indonesia.
No comments:
Post a Comment