Thursday, 25 July 2013

Cara Membuat Kapal Layar Terbesar di Dunia

BIG BIGGER BIGGEST: Cruise Ship



Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menyiapkan peta jalan (road map) pembangunan industri perkapalan di Indonesia tahun 2012-2025.

Industri ini pun diharapkan bisa memproduksi dan mereparasi semua jenis kapal dari yang berukuran kecil hingga besar.

Salah satu sasarannya, pada 2020, klaster industri perkapalan nasional sudah mampu memproduksi kapal berkapasitas 200 ribu ton bobot mati (dead weight tonnage/DWT).

"Semua jenis kapal, mulai dari kapal barang, kapal penumpang, dan kapal tanker bisa diproduksi. Segmen reparasi juga harus sudah bisa mempunyai kemampuan untuk 200 ribu DWT,"
kata Menteri Perindustrian MS Hidayat di Jakarta, Rabu (26/12).

Sementara itu, lanjut dia, pemerintah akan meningkatkan kemampuan desain dan rekayasa kapal guna mendukungnya, melalui pengembangan Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional (PDRKN). Industri bahan baku dan komponen lokal, serta pengembangan pusat peningkatan keterampilan SDM perkapalan juga terus ditingkatkan.

Pemerintah pun akan mengamankan dan mengoptimalkan pemanfaatan pasar dalam negeri sebagai base load untuk pengembangan industri perkapalan. Selain itu, kerja sama dengan industri perkapalan di negara lain yang sudah maju juga akan terus didorong.

Kawasan khusus industri galangan kapal juga akan dikembangkan untuk menarik investor asing dan lokal. "Dukungan lainnya, terkait kebijakan perbaikan iklim usaha, seperti soal pajak, suku bunga, dan tata niaga," kata Hidayat.

Dalam peta klaster industri perkapalan nasional, Kemenperin menetapkan, pada 2015-2020, produksi pelat dengan ketebalan hingga 30 milimeter (mm) sudah harus tumbuh dan berkembang di dalam negeri. Selain itu, PDRKN ditargetkan mampu menyuplai kebutuhan desain galangan kapal nasional.

Industri Galangan Kapal

Pada 2015, Indonesia diharapkan sudah memiliki kemampuan mereparasi kapal berkapasitas 150 ribu DWT. "Tahun 2015, kita sudah harus mampu membangun kapal berbagai jenis tipe dengan kapasitas hingga 85 ribu DWT," imbuh dia.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemenperin Anshari Bukhari menuturkan, guna mendukung industri perkapalan nasional, pemerintah akan memberikan insentif bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP). Kebijakan ini diperlukan agar industri perkapalan di Tanah Air berkembang pesat.

Selama ini, importasi kapal secara utuh tidak dikenakan bea masuk (BM), sedangkan impor bahan bakunya dikenakan BM. Kondisi tersebut mengakibatkan industri di dalam negeri tertekan dan kurang berkembang.

Karena itu, program insentif BMDTP untuk impor bahan baku kapal yang belum bisa diproduksi di dalam negeri akan diberikan. "Pemberian insentif BMDTP dibutuhkan karena investasi di sektor hulu industri galangan kapal memerlukan modal besar," katanya.

Investasi dan Perkembangan

Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kemenperin Budi Darmadi pernah menuturkan, industri komponen galangan kapal di dalam negeri membutuhkan investasi sekitar Rp 10 triliun pada tier I dan II. Saat ini, sebagian besar industri utama galangan kapal nasional juga umumnya merangkap sebagai pembuat komponen.

Secara bertahap, semua pekerjaan komponen yang selama ini dipegang industri utama harus dialihkan sepenuhnya ke industri komponen murni. Dengan demikian, industri utama galangan kapal bisa memacu produktivitasnya atau melakukan reparasi.

"Untuk skala ekonomis, setiap pelaku industri perkapalan setidaknya butuh investasi tambahan Rp 50-100 miliar per unit," kata Budi.

Hyundai Heavy Industries Ulsan Shipyard, in South Korea, is currently the largest in the world and has the capability to build a variety of vessels including Commercial Cargo, Offshore and Naval vessels.

 Maket Kompleks Industri Galangan Kapal Hyundai di Korea Selatan
http://www.hhi.co.kr/

Divisions

    Shipbuilding
    Offshore & Engineering
    Industrial Plant & Engineering
    Engine & Machinery
    Electro Electric Systems
    Construction Equipment
    Green Energy

Products

    Shipbuilding: Containership, Drillship, LNG Carrier, Naval ship
    Offshore & Engineering: FPSO, Semi-submersible
    Industrial Plant & Engineering: Power plant, Oil & Gas production facility, Desalination plant
    Engine & Machinery: Marine engine, Steam turbine, Industrial robot
    Electro Electric Systems: Transformer, Gas Insulated Swichgear, Substation
    Construction Equipment: Excavator, Wheel loader, folklift
    Green Energy: Wind turbine, Solar module


Saat ini, jumlah pelaku industri galangan kapal nasional telah mencapai 250 perusahaan, dengan potensi kapasitas produksi mencapai 700 ribu DWT. Sedangkan segmen reparasi sebenarnya sudah mampu melayani kapal hingga kapasitas 10 juta DWT.

Namun, industri kapal nasional baru mampu membangun kapal berukuran 50 ribu DWT dan reparasi untuk 150 ribu DWT. "Padahal, potensi industri perkapalan nasional kita sangat besar. Karena itu, daya saingnya masih perlu ditingkatkan," lanjut Hidayat.

Ketua Bidang Kerja Sama dan Hubungan Luar Negeri Indonesian National Shipowner's Association (INSA) Djoni Sutji menyampaikan, investasi pengadaan armada kapal di Indonesia sepanjang tahun 2005-2014 mencapai US$ 14 miliar (Rp 135,28 triliun).

Angka tersebut masih akan terus bertambah karena kebijakan pelayaran di dalam negeri harus dilayani kapal berbendera nasional (cabotage).

Menurut dia, hingga sebelum diberlakukannya asas cabotage pada Mei 2011, jumlah kapal yang beroperasi di dalam negeri baru berjumlah sekitar 6 ribu unit dengan kapasitas 6 juta gross tonage (GT).

Sekarang, jumlahnya telah meningkat menjadi 11.600 unit dengan kapasitas 18,4 juta GT.

"Investasi perkapalan akan terus bertambah, terutama karena semakin banyaknya permintaan di sektor offshore (lepas pantai). Apalagi, 70% kegiatan migas kita itu ada di laut," kata Djoni.

HUT Republik Indonesia di Kampung Laut Ci Lacap, Jawa Tengah
Foto oleh: Kang Erik Nurdiansyah, S.Pd.

Pemberdayaan Nelayan Nusantara

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki sebanyak 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 kilometer, dengan wilayah laut seluas 5,8 juta kilometer persegi atau lebih dari 70 persen luas seluruh wilayah Indonesia.

Tentunya dengan sumber kekayaan alam yang melimpah itu menjadi berkah bagi rakyat Indonesia khususnya para nelayan di kawasan pesisir, namun ironisnya kekayaan negeri (katanya) bahari tersebut tidak dirasakan oleh nelayan.

Data Badan Pusat Statistik mencatat jumlah nelayan miskin di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 7,87 juta orang atau 25,14 persen dari total penduduk miskin nasional yang mencapai 31,02 juta orang.

Sungguh memprihatinkan fakta tersebut yang berbanding terbalik dengan kekayaan laut di negeri tercinta dan kebanggaan bangsa Indonesia yang menganggap nenek moyangnya seorang pelaut terkesan hanya mitos dan menjadi kenangan belaka.

Bagaimana kalau kita membuat banyak kapal modern untuk Nelayan Kita?

Program 1.000.000. Kapal Modern untuk Nelayan


Indonesia Bisa!

Ucapan Terima Kasih Kepada: 

1. Andri Yudhi Prawira, Studied Marine Engineering at Sepuluh November Institute of Technology in Surabaya, Indonesia.

2. Ridwan Firdaus, S.Pd., Studied Geography Education at Jakarta State University in Jakarta, Indonesia.

Kunjungi Juga:

http://www.kemenperin.go.id/ [Kementrian Perindustrian]
http://www.kikas-jatim.com/ [KIKAS: Klaster Industri Perkapalan Surabaya]
http://www.pal.co.id [PT. PAL Indonesia]
https://en.wikipedia.org/wiki/Shipyard [Industri Galangan Kapal]

No comments: