Monday 31 January 2011

Tuntutlah Ilmu Sampai Ke-Negeri China II

Cina dan Superpower 

President Hu Jintau

oleh : Denis L. Toruan

Konsep Superpower adalah : “Sebuah keadaan yang ditujukan bagi negara dengan kemampuan mempengaruhi kejadian-kejadian dunia dan memproyeksikan power (kekuatan/kekuasaan) dalam skala yang ‘super’…”
 
Kata ini digunakan untuk merujuk pada dua kekuatan utama dunia (Uni Soviet dan AS) selama era Perang Dingin. 
Kriteria dari negara superpower
1. dari segi kebudayaan
Memiliki pengaruh kebudayaan yg kuat bagi negara-negara lainnya, atau dengan kata lain memiliki  soft power.
 
2. dari segi ekonomi dan keuangan 
Memiliki kekuatan ekonomi yang sangat menonjol, yang dapat diindasikan dari akses atas bahan-bahan baku, jumlah pasar dan tingkat produktivitas pasar domestik, pemain utama dalam perdagangan dunia dan atau dalam pasar keuangan global, tingkat inovasi, dan kemampuan untuk mengakumulasi modal/aset-aset.


3. dari segi demografis  
Memiliki jumlah penduduk yang besar, dengan tingkat pendidikan yang sudah maju, tersedianya sarana infrastruktur yang sangat memadai, kemampuan ekonomi dan kebudayaan yang nyata untuk mengembangkan daerah-daerah sekitarnya sebaik pengembangan daerahnya sendiri di bawah kontrol langsung.

4. dari segi militer  
Memiliki kemampuan militer yang sangat menonjol, yang dapat diindikasikan dari keadaan tak terkalahkan relatif, kemampuan untuk dapat menghasilkan kehancuran masif bagi negara lain, dan kapasitas proyek-proyek militer global.

5. dari segi politis atau ideologi  
Memiliki sistem politik yang berjalan efektif, yang mampu memobilisasi bahan-bahan baku untuk suatu tujuan politis tertentu, dan pengaruh ideologi yang besar sekali Cina, terkhusus dalam pembahasan mengenai superpower, dalam kajian dunia modern dapat dijabarkan secara garis besar sebagai berikut : 

1.Cina memiliki jumlah populasi yang terbesar di dunia dengan totalsebanyak 1,3 milyar penduduk. Dengan perkiraan jumlah total penduduk dunia sebanyak 6,4 milyar orang, Cina memiliki 1/5 penduduk dunia. Pada tahun 2004 7% dari total penduduk Cina berumur di atas 65 tahun, dan hingga pada tahun 2050 sekitar 25% penduduknya akan berumur serupa. Karena di kebanyakan negara evolusi populasi penduduk non-produktif terjadi setelah evolusi kesejahteraan ekonomi, diestimasikan bahwa pertumbuhan kesejahteraan ekonomi Cina akan dihambat oleh penuaan populasinya yang besar. 

2.GDP Cina diperkirakan tumbuh sekitar 9% setiap tahunnya selama lebihdari 25 tahun terakhir, yang merupakan tempo tercepat untuk perekonomian suatu negara dalam sejarah dunia. Tingkat perekonomian Cina merupakan yang kedua terbesar dunia saat ini dihitung dari kesetaraan daya beli masyarakatnya dengan GDP sebesar 7,124 milyarUS $ pada tahun 2004. Pada periode yang sama Cina telah berhasil mengangkat 300 juta penduduknya keluar dari jurang kemiskinan dan meningkatkan pendapatan rata-rata penduduknya sebanyak empat kali lipat – Akan tetapi di satu sisi, pendapatan perkapita Cina masih di bawah negara berkembang seperti Meksiko dan Turki. Selain itu,

 
3.Cina memiliki kekuatan nuklir yang signifikan dan jumlah tentara yangterbesar di dunia. Anggaran militernya pun meningkat dua kali lipat antara 1997-2003, pada 2004 sudah sebesar 48,4 milyar US$ dan masih terus meningkat dalam tempo yang cepat. Cina merupakan negara ketiga di dunia yang mampu mengirim manusia ke luar angkasa (setelah Uni Soviet dan AS)
 
4.Cina merupakan negara yang memiliki pengaruh yang kuat dalam bidangkebudayaan maupun ekonomi di negara-negara sekitarnya, khususnya di Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, Indonesia, dan lain-lain Bandingkan keadaan Cina tersebut dengan keadaan Amerika Serikat saat ini, sebagai satu-satunyasuperpower yang masih eksis : 
1. AS mempunyai populasi sebesar hampir 300 juta jiwa (2004) dengan pertumbuhan penduduk yang lamban 

2. Dari segi hukum dan politik, AS sudah memiliki tingkat peradilan yang sangat baik dan menjunjung tinggi HAM / kesetaraan perlakuan 
3. AS masih merupakan kekuatan ekonomi terbesar di dunia saat ini. Lebih jauh lagi, AS memimpin dalam bidang teknologi dan inovasi 
4.Dalam bidang militer, AS mengalokasikan anggaran militernya jauh lebihbanyak dari anggaran militer negara-negara maju lainnya (392,6 milyar US$ pada 2004). Akan tetapi, dikarenakan skala ekonominya yang besar dan alokasi dana kemiliterannya, Gross National Product (GNP) AS memiliki jumlah persentase yang lebih kecil dibandingkan negara-negara maju lainnya. 

AS juga memiliki aliansi bentukannya yang direalisasikan dalam bentuk pakta seperti NATO dan ANZUS, selain itu AS memilki basis-basis militer yang tersebar di berbagai belahan dunia (Eropa, Asia, dan Oceania), di samping kemampuannya sebagai pemilik gudang nuklir terbesar dunia kedua setelah Rusia. Selain itu, AS mengembangkan barikade misil anti balistik yang tentu saja meningkatkan kemampuan militernya di atas kemampuan rata-rata negara lainnya 

5. Dari segi kebudayaan, AS merupakan pemain yang paling dominan di dunia. Pengaruhnya sangat luas dan masif, hal ini tidaklah berlebihan jika kita menengok pemakaian mata uang US$ di berbagai penjuru dunia, pengaruh film-film Hollywood, ‘invasi’ musik-musik Amerika di mana- mana, dan sebagainya.

6.AS merupakan pemain lama di bidang antariksa dengan teknologi yangsangat maju dan masih merupakan satu-satunya negara di dunia yang mampu mengirim manusia ke bulan (Cina baru mampu mengirimkan astronotnya ke orbit bumi) Sebenarnya, dalam beberapa bidang seperti demografi, ekonomi, dan kebudayaan, Cina tidak kalah jauh dari AS bahkan sanggup menggunggulinya. Dalam bidang antariksa sekalipun, jika kita menarik berapa rentang waktu kemerdekaan Cina dan kemerdekaan AS dengan kemajuan program antariksanya, dapat dikatakan Cina menang mutlak atas AS. 

Program antariksa di RRC yang baru merdeka sejak tahun 1949, dan pencanangan program pada 1950-an, jauh lebih cepat maju dari AS yang merdeka sejak 4 Juli 1776 dan mencanangkan program antariksanya pada era perang dingin.
 
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa transisi tradisi politik- pemerintahan feodal sejak era Mao Zedong (dimulainya industrialisasi Cina) dan yang ‘dipamungkasi’ oleh evaluasi Deng Xiaoping pada September 1982 dengan kesimpulannya yang sangat fundamental : “Kemisikinan bukan sosialisme
Sosialisme berarti melenyapkan kemisikinan.”, telah membawa Cina padaperubahan yang sangat signifikan dalam berbagai bidang. Teori Deng Xiaoping yang sangat ampuh ini masih dianut dan diteruskan para pemimpin Cina hingga saat ini. 

Cina sadar bahwa mengejar ketertinggalan dan menyamakan langkah dengan para negara maju (hinggasuperpower) pasti mengantar mereka ke tingkat yang lebih tinggi lagi di pentas dunia. Inilah yang ingin dicapainya sejak “Gerakan Lompatan Jauh ke Depan”’ yang ingin mengejar kemajuan AS danInggris dalam waktu lima belas tahun saja, atau prioritas pengembangan ekonomi pada masa awal Gaige kaifang (1978) dan kelanjutan program antariksanya pada dua dasawarsa terakhir. 

Ambisi ini tentunya tidak lepas dari campur tangan para kaum teknokrat yang mendominasi jajaran elite pimpinan tinggi RRC saat ini, seperti Hu Jintao (Presiden RRC dan Ketua Partai Komunis Cina), Wu Bangguo (Ketua Konggres Rakyat Cina), Wen Jiabao (Perdana Menteri), Jia Qingling, Zeng Qinghong (wakil presiden RRC), Huang Ju,WuGuanzheng, Li Changchun,dan Luo Gan (kepala biro intelejen Cina).5 

Gelombang Kebanggaan Nasional dan Problematika Program Antariksa Cina 


5 Kualitas keilmuan mempengaruhi kepribadian kepemimpinan dalam menentukan pemilihanstrategi. Lihat khususnya Harold D. Lasswell, Psychopathology and Politics (Chicago: Universityof Chicago Press, 1930) dan Power and Personality (New York: Norton, 1948). 


Kita tak dapat memungkiri bahwa pencapaian fenomenal Cina moderen mengundang decak kagum banyak negara dunia, khususnya di kawasan Asia yang notabene masih terdapat banyak ketertinggalan dibandingkan dengan kawasan-kawasan maju seperti di Eropa. Cina seperti yang kita tahu, bahkan semakin mempertebal semangat kebanggaan nasionalnya dengan peluncuran realisasi program antariksanya di penghujung abad kedua puluh. 

Kekuatan militernya pun semakin meningkat, dengan anggaran militer sebanyak 48,4 milyar US$, atau sedikit lebih banyak 40 juta US$ dari anggaran militer Rusia di 2004. Hal ini menciptakan perimbangan kekuatan dunia dan perimbangan teror secara nyata bagi para rivalnya, terutama Eropa dan Jepang yang berturut-turut menjajahnya selama hampir dua abad. 

Cina adalah salah satu bangsa tertua dunia yang penuh harga diri. Tema ini selalu menjadi patokan standar dalam menopang budaya bisnis hingga politik pemerintahan Cina. Seperti yang telah disebutkan tentang rasa sakit dan penghinaan kolonialisme yang merendahkan martabatnya, kebanggaan nasional bagi Cina merupakan suatu katalis atas martabat bangsanya. 


Program antariksa Cina adalah salah satu jawaban atas ambisinya yang belakangan semakin mencuatkan gelombang kebangaan nasional, yang praktis memudarkan ideologi negara sebagai motor masyarakat Cina. Pengertian akan hal ini menanam kanpemahaman yang mendalam terhadap fenomena yang terjadi pada Cina moderen.

~Peneliti Muda Bersama Mahasiswa dari Negara Tirai Bambu~

Pandangan terhadap gelombang kebanggaan nasional serupa juga makin diperkuat dari beberapa pernyataan yang keluar dari pihak elite Cina sendiri, seperti antara lain :
o Direktur Kantor Pesawat Ruang Angkasa Berawak Cina, Xie MingBao, yang berujar tentang keberhasilan misi Shenzhou V,“Hari ini, tanggal 16Oktober 2003, adalah hari yang akan diingat oleh rakyat Cina, dan merupakan harta karun. Karena, ini adalah untuk pertama kali kami berhasil menempatkan manusia di ruang angkasa.” Tambahnya lagi, “Perkembangan teknologi ruang angkasa Cina telah meningkatkan kekuatan nasional dan pengaruh internasional Cina secara signifikan,khususnya dalam hal kebanggaan nasional.”

6 Yuan Wang dan Rob Goodfellow dan Xin Shengzhang, Menembus Pasar Cina, (Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2000), khususnya bagian pendahuluan



Hu Shixiang, wakil tertinggi untuk urusan wahana antariksa berawak Cina , mengatakan hal demikian pada kesempatan tanya-jawab dengan wartawan di Oktober 2005, “Cina mengembangkan program antariksanyadengan caranya sendiri, bukan untuk bersaing dengan AS. Ini bukan persaingan seperti pada era Perang Dingin,”  

Akan tetapi, pada sisi yang lain ‘kemenangan’ dan kemajuan Cina diganjal oleh sebuah paradoks kompleks yang tidak mungkin lepas dari pokok pembicaraan. Tahun 2004 mungkin merupakan tahun kenangan yang tidak akan dilupakan oleh Cina sebagai momentum untuk mengumumkan kepada dunia bahwa pemerintahnya berhasil mengangkat 300 juta jiwa peduduknya dari jurang kemiskinan. 

Namun, fakta (menurut observasi Bank Dunia pada 2004) bahwa dari sekitar 20 % total penduduk Cina hanya berpenghasilan kurang dari 2 US$ sehari menodai pencapaian Cina selama ini. Cina masih merupakan negara yang bergelut dengan masalah struktural dan institusional, yang membuatnya belum bisa memenuhi lima kriteria dasar superpower sepenuhnya. 

Cina yang sekarang dianggap sebagai bengkel manufaktur dunia (meskipun saham nilai tambah manufaktur Cina secara global di bawah 9%, kurang dari setengah yang dimliki Jepang dan Amerika), dihadapkan pada kenyataan bahwa hanya kurang dari 1/5 tenaga buruhnya yang dapat dipekerjakan di bidang manufaktur, pertambangan, dan konstruksi. 

Pada kenyataannya, Cina telah kehilangan puluhan juta lapangan pekerjaan di bidang manufaktur sejak pertengahan 1990. Hampir setengah dari tenaga buruh yang tersedia menetap pada pekerjaannya di bidang pertanian. Seiring dengan pertumbuhan produktivitas tanah per ha yang masih stagnan, dan pada saat yang sama menyerap ratusan juta petani. Ini masih merupakan hal fundamental yang masih harus diselesaikan di masa mendatang. 

Perusahaan swasta domestik di Cina, meskipun terus aktif dan berkembang, tapi masih relatif lemah. Perbankan Cina juga masih terbebani oleh “pinjaman jahat”.7
 
~7 Gordon G. Chang, The Coming Collapse of  China, (Random House, 2001) ~

Pada lain bidang, masalah demokrasi dan penegakan HAM terbilang hal yang sangat kritis dan esensial dalam pembicaraan ini. Masih banyak kasus-kasus seperti Tragedi Tian’anmen (1989) yang belum terselesaikan. Dan faksionisme partai pada pemerintahan pusat Cina mungkin saja akan menjadi suatu ketergantungan utama dalam kestabilan ekonomi jangka panjang. Bagaimana nantinya jika suatu saat pasar Cina bergerak pada tren lain yang mungkin saja akan menentang keabsahan pemerintah Cina? 

Apakah sistem ekonomi terpusat sekali lagi harus menyelamatkan negara? 

Bagaimanapun juga, menurut survei Bank Dunia modal digunakan secara lebih efisien di Cina dan prosedur pembukaan usaha/bisnis relatif lebih cepat. Pertumbuhan ekonomi di Cina sudah cukup baik, di samping penyediaan sarana infrastruktur, pendidikan, dan fasilitas pelayanan kesehatan yang sangat memadai.

Keadaan-keadaan tersebut mengindikasikan akan masih adanya tantangan serius dalam pengembangan program antariksa Cina. Belum meratanya pembangunan di seluruh daratan Cina hingga masalah polusi sekalipun terus memaksa pemerintah Cina untuk mencurahkan fokus (dan alokasi anggaran), yang untuk sementara belum bisa secara optimal berfokus pada program antariksanya. Segala perkembangan yang terjadi di bidang ini dalam beberapa tahun ke depan selalu menarik untuk disimak; dan tentu saja, segala pencapaian Cina merupakan keberhasilan atas milestone berikutnya. 

Perkembangan program pesawat antariksa Cina menegaskan bahwa Cina tidak dapat dipandang sebelah mata. Oleh karena selama ini Cina hanya dikenal melalui pertumbuhan ekonominya yang menakjubkan, maka dengan Shenzhou V danShenZhou VI-nya Cina memantapkan dirinya sebagai negara  yang unggul. “Cina tidak lagi mempropagandakan kemenangan komunisme, ataupun melecehkan agama. Cina benar-benar cuma ingin memperlihatkan kepada dunia bahwa Cina jangan dianggap enteng. Kalau seandainya ada bendera besar, barangkali tulisan itu akan berbunyi: Jangan anggap enteng kami! Seruan seperti ini kiranya sangat dapat diterima. Lambat atau cepat, Cina akan menjadi superpower.”




Daftar Pustaka 
1.Alexander, Eckstein. China’s Economic Revolution. New York: CambridgeUniversity Press,1977. 
2.Chang, Gordon G. The Coming Collapse of China. Random House, 2001. 
3.Development Bank, Asia. Key Indicator of Developing Asian and PacificCountries. Manila: Economics and Development Resources Center, 1993. 
4. http://detik.com 
5.http://en.wikipedia.org./wiki/Superpower 
6. http://kompascybermedia.com 
7. http://sinodefense.org 
8.Jones, Walter S.Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan, Ekonomi-Politik Internasional, dan Tatanan Dunia – 2. Jakarta: PT GramediaPustaka Utama, 1993. 
9.Lasswell, Harold D. Psychopathology and Politics. Chicago: University ofChicago Press, 1930. dan Power and Personality. New York: Norton, 1948. 
10.McGraw-Hill Encyclopedia of Science and Technology: USA, 1960,vol 12. 
11.Wang, Yuan dan Rob Goodfellow dan Xin Sheng Zhang.Mene menembus Pasar Cina. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, Agustus 2000. 
12.Wawancara dengan Sekretaris Pertama Kedutaan Besar Cina diIndonesia, Mr. Zhao Xucai, Jakarta, 27 September 2005. 
13.Wibowo, I. Belajar Dari Cina. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, Januari2004.