Saturday 4 May 2013

Orasi Ilmiah: Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie di ITS

"Yang Penting adalah Keseimbangan antara kepentingan manusia dan kehidupan flora-fauna kalau keseimbangan itu diganggu akan terjadi bencana"
~Prof. Habibie~

 

Sebuah tayangan yang cocok kita nikmati bersama keluarga dan sahabat serta orang-orang terkasih kita.

Selamat Menyaksikan.

Mendirikan  PT PAL Indonesia: Visi Maritim Indonesia


PT PAL INDONESIA (PERSERO), bermula dari sebuah galangan kapal yang bernama MARINE ESTABLISHMENT (ME) dan diresmikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1939. Setelah kemerdekaan, Pemerintah Indonesia menasionalisasi Perusahaan ini dan merubah namanya menjadi Penataran Angkatan Laut (PAL). Pada tanggal 15 April 1980, Pemerintah mengubah statusnya dari Perusahaan Umum menjadi Perseroan Terbatas sesuai. Jabatan Direktur Utama sejak PAL berstatus Perum di pegang Habibie sampai pada Maret 1998.

Industri Perkapalan Indonesia sampai era 1970-an masih terbelakang. Galangan-galangan di sini baru menghasilkan kapal-kapal bertonase 1000 ton ke bawah. Mereka pun lebih berkonsentrasi pada pemeliharaan dan perbaikan kapal (harkan). Sementara perusahaan-perusahaan pelayaran nasional skeptis terhadap kemampuan galangan lokal, sehingga lebih suka memanfaatkan jasa galangan pembangun dan harkan di mancanegara.

Di tengah kondisi demikian, sejak 1977, Suleman Wiriadidjaja  menjadi aktor di belakang B.J. Habibie dalam mengembangkan Penataran Angkatan Laut (PAL), Surabaya, menjadi pusat keunggulan dan ujung tombak industri perkapalan di Indonesia. Guna memacu dan mempromosikan kemampuan galangan dalam negeri.

Habibie bertujuan mendirikan PT PAL sebagai salah satu industri strategis dengan dengan harapan pada galangan inilah nantinya akan dibuat kapal teknologi canggih dan sesuai dengan kebutuhan kapal di Indonesia. Beliau berkali kali menekankan bahwa pada bidang maritim hanyalah jalan untuk meningkatkan ekonomi bagi daerrah daerah terpencil di dindonesia khususnya pada kawasan terpencil.

Fasilitas Ship Building Plant (SBP) di PT PAL adalah yang tercanggih di Asia Tenggara. Bahkan sejumlah pakar perkapalan menilai disainnya nyaris sempurna. Jerman yang industri maritimnya lebih tua saja baru belakangan membangun SBP secanggih yang dimiliki PT PAL.

Performa SBP yang mulai dibangun pada tahun 1984 itu tak lepas dari peran Habibie dan Suleman. Mereka tak sekadar menuangkan ide untuk membangunnya, tapi juga gigih memperjuangkan idenya sampai menjadi kenyataan. Habibie dan Suleman meyakinkan para penentu keputusan (baik keputusan politik maupun keputusan soal pembiayaan) bahwa proyek SBP tersebut rasional.

Sesuai dengan kebutuhan PT PAL untuk memproduksi kapal secara efisien. Sejalan pula dengan upaya mengangkat PT PAL sebagai pusat keunggulan industri maritim di Asia Tenggara.

Selama di Direksi PAL, Suleman, pada saat itu memegang jabatan Koordinator Kegiatan, memperoleh kepercayaan penuh dari Habibie untuk mengendalikan operasional dan mengambil langkah-langkah guna mengembangkan PAL.

Habibie bersama Suleman, menyiapkan proyek pertama pembuatan kapal berskala nasional. hasilnya dalam pembangunan kapal barang umum dengan ukuran 3000DWT. Pada saat itu PT PAL masih dalam taraf dalam belajar dalam memproduksi barang sehingga dilakukan kerjasama dengan Mitsui Engineering dan Shipbuilding Jepang untuk membangun kapal skala nasional tersebut.

KAPAL  PATROLI  CEPAT BUATAN PT PAL



Specifications  :

Length Overall: 58,10 m
Length Waterline : 54.20 m
Breadth: 7.62 m
Depth: 4.75 m
Speed Max: 30 knots
Displacement: 454 Ton
Complement: 42 persons
Main Engine: 2 X 4130 HP

Proyek yang digagas oleh Habibie dan Suleman ini menghasilkan produk unggulan kapal buatan dalam negeri, yakni kapal kelas Caraka Jaya dan kapal kelas Palwo Buwono.

Kapal Caraka Jaya General Cargo 3.650 DWT, kini menjadi tulang punggung industri pelayaran nasional.

Selain mendirikan PT PAL dan industri teknologi tinggi lain, B.J. Habibie selaku Menristek/Ketua BPPT mengemukakan pemikirannya bahwa untuk memajukan industri, perlu optimalisasi riset dalam bidang industri yang bersangkutan. Untuk mendukung industri perkapalan nasional, dirasa perlu untuk membangun laboratorium hidrodinamika skala nasional. Habibie menyetujui proposal dari ITS agar LHI dibangun di dekat kampus ITS Sukolilo, Surabaya. Pertimbangannya, LHI akan lebih efektif karena dekat dengan lingkungan kampus (yang memiliki Fakultas Teknologi Perkapalan).

Kalau LHI dibangun di Sukolilo, berarti memudahkan mahasiswa ITS untuk melakukan kerja praktek dalam pengujian hidrodinamika. Dan staf ITS bisa melakukan penelitian di LHI, tanpa meninggalkan tugas mengajarnya. Pertimbangan lain, dekat pula dengan PAL yang kala itu dalam proses pengembangan untuk menjadi sentra industri perkapalan di Indonesia.


Deklarasi Bunaken: 

Mengembalikan Kejayaan Maritim Indonesia Pada tanggal 26 september 1998 di atas kapal “KRI Teluk Banten” Presiden Republik Indonesia pada saat itu , BJ Habibie mendeklarasikan sebuah gerakan perubahan visi dan misi pembangunan indonesia yang lebih dikenal dengan nama deklarasi bunaken yang berisi sebagai berikut: 

Laut adalah karunia Tuhan yang harus kita lindungi, pelihara dan lestarikan lingkungannya. 

Laut Nusantara bersama darat dan udara diatasnya merupakan ruang dan wadah kesatuan dan persatuan bangsa yang harus kita bela dan pertahankan keutuhannya.

Laut yang mengandung kekayaan alam beraneka ragam merupakan potensi yang harus dimanfaatkan se-optimal mungkin untuk kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. 

Laut adalah peluang, tantangan dan harapan untuk masa depan persatuan, kesatuan dan pembangunan bangsa Indonesia. 

Maka dengan ini, atas nama seluruh bangsa Indonesia, saya menyatakan bahwa: 

Mulai saat ini Visi Pembangunan dan persatuan nasional Indonesia harus juga berorientasi kelaut. 

Semua jajaran pemerintah dan masyarakat hendaknya juga memberikan perhatian untuk pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan potensi kelautan Indonesia.

Salam Indonesia Bisa.


Bung Deni Nugraha, Seorang Sahabat sedang mengunjungi Pantai Santolo

Kunjungi Juga:

http://www.pal.co.id/v5/index.php [PT PAL]

http://www.its.ac.id/ [ITS]

Ucapan Terima Kasih Kepada: 

1. Andri Yudhi Prawira, Studied Marine Engineering at Sepuluh November Institute of Technology in Surabaya, Indonesia.

2. Ridwan Firdaus, S.Pd., Studied Geography Education at Jakarta State University in Jakarta, Indonesia.

Mengenal Lembaga Riset Terbesar di Dunia II

Scientific research relies on the application of the scientific method, a harnessing of curiosity. This research provides scientific information and theories for the explanation of the nature and the properties of the world. It makes practical applications possible. Scientific research is funded by public authorities, by charitable organizations and by private groups, including many companies. 

Scientific research can be subdivided into different classifications according to their academic and application disciplines. Scientific research is a widely used criterion for judging the standing of an academic institution, such as business schools, but some argue that such is an inaccurate assessment of the institution, because the quality of research does not tell about the quality of teaching (these do not necessarily correlate totally).



WORLD








11
Centre National de la Recherche Scientifique CNRS
bandera
12
19
17
16
12
World Wide Web Consortium
bandera
100
1
231
432
13
Istituto Nazionale di Fisica Nucleare
bandera
24
16
14
89
14
Fermi National Accelerator Laboratory
bandera
43
17
15
43
15
Institut National de Recherche en Informatique et en Automatique
bandera
32
32
28
13
16
Consiglio Nazionale delle Ricerche CNR
bandera
22
22
20
50
17
Empresa Brasileira de Pesquisa Agropecuária
bandera
61
30
26
17
18
Institut National de la Recherche Agronomique INRA
bandera
38
26
23
47
19
Centers for Disease Control and Prevention
bandera
185
15
41
53
20
Swedish Meteorological and Hydrological Institute
bandera
3
14
13
1306


Kegiatan ilmiah di Indonesia dimulai pada abad ke-16 oleh Jacob Bontius, yang mempelajari flora Indonesia dan Rompius dengan karyanya yang terkenal berjudul Herbarium Amboinese. Pada akhir abad ke-18 dibentuk Bataviaasch Genotschap van Wetenschappen. Dalam tahun 1817, C.G.L. Reinwardt mendirikan Kebun Raya Indonesia (S'land Plantentuin) di Bogor. 

Pada tahun 1928 Pemerintah Hindia Belanda membentuk Natuurwetenschappelijk Raad voor Nederlandsch Indie. Kemudian tahun 1948 diubah menjadi Organisatie voor Natuurwetenschappelijk onderzoek (Organisasi untuk Penyelidikan dalam Ilmu Pengetahuan Alam, yang dikenal dengan OPIPA). 

Badan ini menjalankan tugasnya hingga tahun 1956. Pada tahun 1956, melalui UU no. 6 tahun 1956 pemerintah Indonesia membentuk Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) dengan tugas pokok : Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Memberi pertimbangan kepada pemerintah dalam hal kebijaksanaan ilmu pengetahuan.

Kemudian pada tahun 1962 pemerintah membentuk Departemen Urusan Riset Nasional (DURENAS) dan menempatkan MIPI didalamnya dengan tugas tambahan : membangun dan mengasuh beberapa Lembaga Riset Nasional. Dan tahun 1966 pemerintah merubah status DURENAS menjadi Lembaga Riset Nasional (LEMRENAS). 

Pada bulan Agustus 1967 pemerintah membubarkan LEMRENAS dan MIPI dengan SK Presiden RI no. 128 tahun 1967, kemudian berdasarkan Keputusan MPRS no. 18/B/1967 pemerintah membentuk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan menampung seluruh tugas LEMRENAS dan MIPI, dengan tugas pokok sebagai berikut : 

Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berakar di Indonesia agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia pada khususnya dan umat manusia pada umumnya. 

Mencari kebenaran ilmiah dimana kebebasan ilmiah, kebebasan penelitian serta kebebasan mimbar diakui dan dijamin, sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. 

Mempersiapkan pembentukan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (sejak 1991 tugas pokok ini selanjutnya ditangani oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi dengan Keppres no. 179 tahun 1991).

Sejalan dengan perkembangan kemampuan nasional dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, organisasi lembaga-lembaga ilmiah di Indonesia telah pula mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Oleh sebab itu dipandang perlu untuk mengadakan peninjauan dan penyesuaian tugas pokok dan fungsi serta susunan organisasi LIPI sesuai dengan tahap dan arah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka Keppres no. 128 tahun 1967, tanggal 23 Agustus 1967 diubah dengan Keppres no. 43 tahun 1985, dan dalam rangka penyempurnaan lebih lanjut, tanggal 13 Januari 1986 ditetapkan Keppres no. 1 tahun 1986 tentang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan terakhir dengan Keppres no. 103 tahun 2001. 

Visi :  

Menjadi lembaga ilmu pengetahuan berkelas dunia yang mendorong terwujudnya kehidupan bangsa yang adil, cerdas, kreatif, integratif dan dinamis yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang humanis. 

Misi : 

Menciptakan great science (ilmu pengetahuan berdampak penting) dan invensi yang dapat mendorong inovasi dalam rangka meningkatkann daya saing perekonomian nasional; 

Mendorong peningkatan pemanfaatan pengetahuan dalam proses penciptaan good governance dalam rangka memantapkan NKRI; 

Turut serta dalam proses pencerahan kehidupan masyarakat dan kebudayaan berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan kaidah etika keilmuan; 

Memperkuat peran Indonesia (yang didukung ilmu pengetahuan) dalam pergaulan internasional; Memperkuat infrastruktur kelembagaan (penguatan manajemen dan sistem).

Sudah saatnya kita melakukan pembangunan dan penguatan jaringan riset di daerah-daerah, agar daya riset kita semakin kuat.
Sumber: 

LIPI

Semoga Lembaga Riset Tanah Air Semakin Maju.

Ucapan Terima Kasih:

Bpk. Dr. Miftahul Hadi, M.Sc.
[Peneliti Fisika di LIPI dan Founder Institute for Theoretical Physics and Mathematics]

Bpk. Dr. Teddy Lesmana, S.E., M.M.
[Peneliti Ekonomi di LIPI]

Bersambung.