Wednesday 12 September 2012

Webminar: Future Technology

Allhamdulilah Akhirnya Penulis dapat menyaksikan Webminar pertama dari Prof. Yohanes Surya, Ph.D. yang berjudul:

Future Technology



Mengenal  Profesor Yohanes Surya, M.Sc., Ph.D.



Founder Surya University 

Prof. Yohanes Surya lahir di Jakarta pada tanggal 6 November 1963. Ia mulai memperdalam fisika pada jurusan Fisika MIPA Universitas Indonesia hingga tahun 1986, mengajar di SMAK I Penabur Jakarta hingga tahun 1988 dan selanjutnya menempuh program master dan doktornya di College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat. Program masternya diselesaikan pada tahun 1990 dan program doktornya di tahun 1994 dengan predikat cum laude. Setelah mendapatkan gelar Ph.D., Yohanes Surya menjadi Consultant of Theoretical Physics di TJNAF/CEBAF (Continous Electron Beam Accelerator Facility) Virginia – Amerika Serikat (1994). Walaupun sudah punya Greencard (ijin tinggal dan bekerja di Amerika Serikat), Yohanes Surya pulang ke Indonesia dengan tujuan ingin mengharumkan nama Indonesia melalui olimpiade fisika (semboyannya waktu itu adalah “Go Get Gold”) serta mengembangkan fisika di Indonesia.

Pulang dari Amerika, disamping melatih dan memimpin Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI), Yohanes Surya menjadi pengajar dan peneliti pada program pasca sarjana UI untuk bidang fisika nuklir (tahun 1995 –1998). Dari tahun 1993 hingga 2007 siswa-siswa binaannya berhasil mengharumkan nama bangsa dengan menyabet 54 medali emas, 33 medali perak dan 42 medali perunggu dalam berbagai kompetisi Sains/Fisika Internasional. Pada tahun 2006, seorang siswa binaannya meraih predikat Absolute Winner (Juara Dunia) dalam International Physics Olympiad (IphO) XXXVII di Singapura.

Sejak 2000, Yohanes Surya banyak mengadakan pelatihan untuk guru-guru Fisika dan Matematika di hampir semua kota besar di Indonesia, di ibukota kabupaten/kotamadya, sampai ke desa-desa di seluruh pelosok Nusantara dari Sabang hingga Merauke, termasuk pesantren-pesantren. Untuk mewadahi pelatihan-pelatihan ini Yohanes Surya mendirikan Surya Institute. Surya Institute kini sedang membangun gedung TOFI center yang akan menjadi pusat pelatihan guru maupun siswa yang akan bertanding di berbagai kejuaraan sains/fisika.





Yohanes Surya merupakan penulis produktif untuk bidang Fisika/Matematika. Ada 68 buku sudah ditulis untuk siswa SD sampai SMA. Selain menulis buku, ia juga menulis ratusan artikel Fisika di jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional, harian KOMPAS, TEMPO, Media Indonesia dan lain-lain. Ia juga pencetus istilah MESTAKUNG dan tiga hukum Mestakung, serta pencetus pembelajaran Gasing (Gampang, Asyik, Menyenangkan).

Selain sebagai penulis, Yohanes Surya juga sebagai narasumber berbagai program pengajaran Fisika melalui CD ROM untuk SD, SMP dan SMA. Ia juga ikut memproduksi berbagai program TV pendidikan diantaranya “Petualangan di Dunia Fantasi”, dan “Tralala-trilili” di RCTI.

Di luar aktifitasnya di atas, Yohanes Surya berkiprah dalam berbagai organisasi internasional sebagai Board member of the International Physics Olympiad, Vice President of The First step to Nobel Prize (1997-sekarang); Penggagas dan President Asian Physics Olympiad (2000-sekarang); Chairman of The first Asian Physics Olympiad, di Karawaci, Tangerang (2000); Executive member of the World Physics Federation Competition; Chairman of The International Econophysics Conference 2002; Chairman the World Conggress Physics Federation 2002; Board of Experts di majalah National Geographic Indonesia serta menjadi Chairman of Asian Science Camp 2008 di Denpasar, Bali. 


Selama berkarir di bidang pengembangan fisika, Yohanes Surya pernah mendapatkan berbagai award/fellowship antara lain CEBAF/SURA award AS ’92-93 (salah satu mahasiswa terbaik dalam bidang fisika nuklir pada wilayah tenggara Amerika), penghargaan kreativitas 2005 dari Yayasan Pengembangan Kreativitas, anugerah Lencana Satya Wira Karya (2006) dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. 

Pada tahun yang sama, ia terpilih sebagai wakil Indonesia dalam bidang pendidikan untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush. Pada tahun 2007, beliau menulis buku "Mestakung: Rahasia Sukses Juara Dunia" yang mendapatkan penghargaan sebagai penulis Best Seller tercepat di Indonesia.

Dan tahun 2008 mendapat award sebagai Pahlawan Masa Kini pilihan Modernisator dan majalah TEMPO. Yohanes Surya juga mendapatkan banyak penghargaan dari Menpora, Radio Elshinta, Harian Merdeka, Metro TV Award, Penghargaan "Icon anak Muda" dari Radio Trax FM, Koran Jakarta Award dan Penghargaan Harian Republika sebagai "Tokoh perubahaan 2009.



Pelopor & Inovator
TOFI
APhO
IPhO
IJSO
Kelas Super
The First Step to Nobel Prize
WoPhO 2011

Pendidik
STKIP Surya
Tanya Yohanes Surya
Pelatihan Guru
Surya Institute
SURE Center

Peneliti
Ekonofisika
Fisika GASING
Matematika Gasing-GIPIKA
Game Learning

Motivator
Mestakung

Penulis
Asyiknya Fisika
Ayo Bermimpi
Bercerita tentang Peraih Nobel
Cerita Seputar Lomba
Olahraga dengan Fisika
Teknologi dan Masa Mendatang

Kegiatan Lain
Entrepreneur
ASC 2008
ICYS

Miscellaneous
Soal-soal Latihan UAN





Deskripsi: 

Ada 4 jenis teknologi yang sedang dan akan menguasai dunia di masa sekarang dan masa akan datang. 

Ke empat teknologi ini mempunyai aplikasi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dari mulai makanan, kesehatan, pertahanan negara hingga perjalanan luar angkasa. Dalam seminar ini Prof. Yohanes Surya, Ph.D. akan mengajak para peserta webinar untuk melihat poin-poin penting dari 4 teknologi ini dan aplikasinya di dunia modern khususnya di Indonesia.





Sesi Tanya Jawab:

Apabila para pelajar di Universitas Rakyat ini menginginkan BAHAN materi web-minar dan sebagainya bisa kirimkan permintaan ke:

unggul@stkipsurya.ac.id

Bpk. Akhmad Unggul Priantoro, M.Eng., D.Eng.
Menyelesaikan pendidikan S1 di Kobe University, Jepang, dan pendidikan S2 dan S3, di Nara Insititute of Science and Technology, Jepang, di bidang komunikasi nirkabel.

Salah satu pertanyaan:

Arip Nurahman : "Dear Prof. Yohanes Surya, Bagaimana mengembangkan IPTEK mutakhir di sekolah-sekolah?"

Prof. Yohanes Surya : "Ajak para siswa sekolah untuk melakukan proyek-proyek ilmiah di sekitar lingkungan sekolah"





  • Nanotechnology (sometimes shortened to "nanotech") is the manipulation of matter on an atomic and molecular scale. Generally, nanotechnology works with materials, devices, and other structures with at least one dimension sized from 1 to 100 nanometres. Quantum mechanical effects are important at this quantum-realm scale. With a variety of potential applications, nanotechnology is a key technology for the future and governments have invested billions of dollars in its research. Through its National Nanotechnology Initiative, the USA has invested 3.7 billion dollars. The European Union has invested 1.2 billion and Japan 750 million dollars.

  • Biotechnology (sometimes shortened to "biotech") is the use of living systems and organisms to develop or make useful products, and it is usually seen in agriculture, food production and medicine production. Modern use of similar terms includes genetic engineering as well as cell and tissue culture technologies. The concept encompasses a wide range of procedures (and history) for modifying living organisms according to human purposes — going back to domestication of animals, cultivation of plants, and "improvements" to these through breeding programs that employ artificial selection and hybridization.

  • Information and communications technology or information and communication technology (ICT), is often used as an extended synonym for information technology (IT), but is a more specific term that stresses the role of unified communications and the integration of telecommunications (telephone lines and wireless signals), computers as well as necessary enterprise software, middleware, storage, and audio-visual systems, which enable users to access, store, transmit, and manipulate information.

  • Neuroscience is the scientific study of the nervous system. Traditionally, neuroscience has been seen as a branch of biology. However, it is currently an interdisciplinary science that collaborates with other fields such as chemistry, computer science, engineering, linguistics, mathematics, medicine and allied disciplines, philosophy, physics, and psychology. The term neurobiology is usually used interchangeably with the term neuroscience, although the former refers specifically to the biology of the nervous system, whereas the latter refers to the entire science of the nervous system.


    Semoga Kami bisa lebih baik dan lebih hebat dari beliau, amin Ya Allah Ya Rabbalalamin, Insha Allah 
    Tetap Semangat



    Penulis dan Peneliti Muda "Menggengam" Sang Surya
  • Tuesday 4 September 2012

    Memahami Skenario Akhir Alam Semesta


    Para ahli astronomi dan astrofisika kini mengembangkan teori baru, menyangkut tahapan akhir alam semesta. Teori Big Bang atau dentuman besar bagi penciptaan alam semesta kini sudah secara luas diterima. Akan tetapi skenario akhir dari dentuman besar, masih menjadi bahan perdebatan yang cukup hangat.

    Lima tahun lalu, para ahli astronomi dan astrofisika ibaratnya hanya membahas dua tema. Yakni, kecepatan pemuaian alam semesta serta kerapatan rata-rata materi penyusun alam semesta. Terdapat aksioma, jika kerapatan materi melampaui nilai kritis, maka alam semesta berhenti berkembang dan mengkerut kembali.

    Jadi selaras dengan teori dentuman besar, skenario tahapan akhir alam semesta adalah keruntuhan besar. Akan tetapi berdasarkan pengukuran pancaran latar belakang sinar kosmis, penyebaran awan galaksi, penghitungan konstanta Hubble serta indikator lain, diperhitungkan volume materi nampak maupun materi gelap, tidak mencukupi untuk membuat alam semesta kolaps. 

    Masih ada komponen utama lainnya yang menentukan nasib alam semesta, yakni energi gelap yang sejauh ini masih misterius. Tantangan terbesar ilmu kosmologi saat ini, adalah mengerti sifat dan mekanisme energi gelap ini.

    Para ahli kosmologi menyadari, alam semesta yang kini berumur sekitar 13,7 milyar tahun, sudah memasuki paruh siklus hidupnya. Itulah sebabnya para peneliti merasa lebih tertarik pada skenario nasib alam semesta.

    Apa yang terjadi dengan alam semesta 20 milyar tahun mendatang? 

    Bumi sendiri yang lahir sekitar 5 milar tahun lalu, jadi jauh lebih muda dari alam semesta, diperkirakan lima sampai tujuh milyar tahun mendatang sudah merupakan planet tanpa kehidupan. Matahari sudah memasuki fase bintang raksasa merah, dan ukurannya membesar sampai 100 kali lipat dari ukuran sekarang. Bumi sudah menjadi planet yang berupa bola api menyala.

    Ada tiga gambaran skenario yang dikembangkan para peneliti kosmologi. Yakni jika konstanta alam semesta tetap negatif, alam semesta akan mengalami keruntuhan besar di akhir siklus kehidupannya. Jika konstantanya positif atau tidak mencapai titik kritis, alam semesta akan terus memuai.

    Disamping itu, ada juga gambaran yang ekstrim. Misalnya saja teori yang dilontarkan Robert Caldwell dari departemen fisika dan astronomi di Darmouth College, AS, serta Marc Kamionkowski dan Nevin Weinberg dari institut teknologi California di Pasadena AS. Beberapa bulan lalu, ketiga pakar astrofisika itu melontarkan skenario yang disebut Big Rip, atau koyakan besar.

    Dalam hal ini, energi gelap tetap memainkan peranan utama. Jika energi gelap tidak lagi mengikuti hukum konstanta alam semesta, dan bertindak sebagai materi liar yang dijuluki “Phantom Energy”, maka pemuaian alam semesta tidak berhenti atau konstan, akan tetapi justru dipercepat. 

    Dengan percepatan yang terus meningkat, alam semesta ibaratnya dikoyak sampai menjadi bagian materinya yang terkecil. Kerapatan energi “phantom energy” pada akhir zaman alam semesta, menjadi tidak terbatas. Artinya, tidak ada yang dapat mengelak, semua benda langit, mulai dari galaksi besar sampai atom terkecil akan meledak.

    Kapan akhir zaman atau kiamat alam semesta itu akan terjadi? 

    Apakah dapat diramalkan? 

    Berdasarkan perhitungan konstanta alam semesta Einstein dan konstanta Hubble, yang saat ini besarnya 70 kilometer per detik dan Megaparsec, masih tersisa waktu 53 milyar tahun sampai tibanya Big Rip. Skenario yang lebih ekstrim dilontarkan astronom Pedro Gonzalez-Diaz dari pusat penelitian alam semesta di Madrid.

    Ia memperkirakan Big Rip akan terjadi sekitar 22 milyar tahun mendatang. Satu milyar tahun sebelum terjadinya koyakan besar, awan galaksi akan tercerai berai.

    Tiga bulan sebelum koyakan besar, juga lubang hitam akan tercerai berai.

    Tigapuluh menit sebelum koyakan besar, semua benda langit makroskopis akan meledak. Namun pusat persemaian pemusnahan alam semesta belum sepenuhnya mengembang. Baru pada saat limit menjelang koyakan besar, semua inti atom terpecah menjadi partikel elementernya, Proton dan Neutron. Setelah itu semua hukum fisika yang dikenal, mungkin memainkan peranannya.

    Diperkirakan akan tercipta partikel secara spontan, terbentuknya dimensi ekstra seperti string yang eksotis atau efek gravitasi kuantum. Jika masih ada yang dapat mengamati, alam semesta akan terus mengecil sampai menjadi sebuah titik, kata Caldwell dengan singkat.

    Jelas Caldwell hanya bercanda. Sebab sampai sekitar 20 milyar tahun mendatang, diyakini umat manusia di Bumi sudah musnah. Namun juga tidak ada yang mengetahui, apakah aksioma baru itu juga akan terbukti.

    Yang jelas perhitungan astronomi menunjukan, skenario itu dapat saja terjadi. Kalau materi gelap melakukan percepatan yang terus meningkat, hingga menjadi “phantom energy” maka skenario koyakan besar dapat terjadi.

    Namun belum diketahui, alam semesta nantinya akan memasuki tahapan akhir mana?

    Apakah terkoyak, runtuh atau terus mengembang tanpa akhir?

    Semua skenario mungkin saja terjadi. Apakah nanti semua fase itu akan kembali mengarah ke dentuman besar yang baru, juga masih diteliti dan dihitung oleh para ahli.

    Yang jelas, manusia tidak berdaya mencegah datangnya kiamat alam semesta semacam itu. 

    Manusia hanya dapat menghitung, memperkirakan, menarik aksioma dan meramalkan.

    Besaran waktu alam semesta, memang terlalu panjang dan absurd untuk ukuran kehidupan manusia yang amat singkat.

    Rasulullah S.A.W. bersabda:

    "Sekiranya di tangan kamu ada benih kurma dan kamu tahu bahawa esok akan berlaku kiamat, maka hendaklah kamu menanam dan jangan biarkan hari kiamat berlaku tanpa menanam benih kurma tersebut"

    [Hadis Riwayat Imam Ahmad]

    Terlepas dari tanda-tanda kiamat tersebut, sebenarnya yang lebih patut kita selalu ingat adalah kiamat kecil yang selalu menghampiri manusia yaitu kematian.

    Kita tidak pernah tahu kapan dan dimana kita akan mati. Mungkin banyak diantara kita menyaksikan keluarga, teman atau tetangga yang tiba-tiba meninggal dunia, padahal beberapa jam sebelumnya masih sempat bersenda gurau dengan kita.

    Dan yang pasti kita semua akan mati. Orang yang beriman yakin bahwa setelah kematian akan ada kehidupan setelahnya. Sehingga sebelum kematian itulah kita harus telah mengumpulkan bekal untuk kehidupan setelah kematian.

    Walohualambissawab.


    Dari Berbagai Sumber.

    Saturday 1 September 2012

    Memahami IPTEK Transportasi Antariksa


    ”I didn’t feel like a giant. I felt very, very small.”

    Neil Armstrong on looking back at the Earth from the Moon in July 1969.



  • SPACE SHUTTLE CHRONOLOGY


  • Kuncinya Semangat Ilmiah dan Strategi Penerapan Kebijakan Sains Teknologi Melalui Pemudayaan Pendidikan Serta Kewirausahaan. Membangun masyarakat berbasis pengetahuan, saat ini telah menjadi keinginan hampir semua bangsa di dunia, baik yang tergolong maju maupun yang tengah berkembang dan terbelakang.

    Banyak negara kemudian berhasil, namun tidak sedikit yang masih kandas.


    Dalam meraih kemajuan berbasis Iptek, tiap negara telah menerapkan strategi dan taktik yang berbeda-beda, serta yang terpenting lagi adalah Politik Sains dan Teknologi yang memihak rakyat. Hal ini disebabkan karena strategi penerapan sains-teknologi sangat erat terkait dengan budaya dan sistem politik secara umum (termasuk politik ekonomi) suatu negara.

    Politik Sains dan Teknologi akan berdampak positif bagi perekonomian suatu bangsa manakala unsur-unsurnya saling menunjang satu sama lain (compatible), dan pelaksanaanya sangat didukung secara substansial (bukan hanya secara legal) oleh political power bangsa tersebut. Dan, yang tak kalah pentingnya adalah politik sains-teknologi yang tepat dan selaras itu dilaksanakan secara konsisten dari satu periode pemerintahan ke pemerintahan berikutnya.

    Sebagai contohnya, ketika Presiden AS John F. Kennedy pada tahun 1960-an mengambil keputusan untuk membuat program “Pergi ke Bulan”, pada dasarnya ia telah menentukan Strategi Iptek bagi bangsanya dengan jangkauan visi jauh ke depan.

    Politik Iptek yang tampaknya tidak memberikan nilai ekonomis (karena mengandung sunk-cost) ini, dalam perkembangannya di kemudian hari berhasil menciptakan sistem ekonomi baru, yaitu sistem ekonomi berbasis ilmu pengetahuan (Knowledge Based Economy) dengan terobosan Iptek di bidang mikroelektronika, komputer, robotik, material baru, dan bioteknologi.

    Para Entrepreneur muda yang berbasis Iptek (Ilmuwan cum wirausahawan) AS memanfaatkan peluang ini dan berhasil membentuk para kapitalis/konglomerat kecil (golongan menengah) yang kuat, yang lahir dari proyek-proyek inkubator seperti di Silicon valley.

    • CONTRACTORS

    • ACRONYMS AND ABBREVIATIONS

    • METRIC CONVERSION TABLE

    • NEWSROOM REFERENCES


    • Program ke Bulan juga dilaksanakan oleh Uni Soviet pada waktu itu, tetapi dampaknya tidak mampu menggerakan perekonomian nasionalnya seperti AS. Hal ini terutama disebabkan karena politik Iptek "Pergi ke Bulan” Uni Soviet tidak di dukung oleh sisitem politik dan ekonominya sehingga para pelaku ekonomi di negara tersebut tidak bisa memanfaatkan peluang yang ada.

      Dampak yang dirasakan terbatas pada pengembangan Iptek Perang.

      Masyarakat tidak bisa memetik buah dari politik Iptek itu karena kendala sistem politik dan sistem perkonomian yg tertutup sehingga tidak mungkin lahir entrepreneur yang mampau menangkap kesempatan pasar.

      Lain halnya dengan jepang, dengan kemampuan yg luar biasa dalam bidang riset terapan (applied research) mereka memilih cerminan politik Iptek “meniru” karena mampu menerapkan strategi copiying to catch up tanpa mengembangkan (basic research) secara totalitas.

      Dengan cara ini Jepang mampu menjadi kekuatan ekonomi kompetitif, stretegi iptek meniru Jepang ini banyak diikuti oleh negara-negara maju baru, seperti Korea Selatan, China, Malaysia dan India.

      Bagaimana dengan Indonesia?

      "Antariksa selalu menarik manusia untuk dikunjungi dan dieksplorasi dengan ilmu pengetahuan serta teknologi"
      *Arip Nurahman*

      Kunjungi Juga:

      Bisakah Nusantara Menjelajahi Antariksa?

      Sources:

      NASA

      LAPAN

      http://science.ksc.nasa.gov/

      Kennedy Space Center: Science, Technology and Engineering