Tuesday 23 October 2012

Mentafakuri Karya Agung Sang Pencipta Melalui Fisika



Dari mana kita berasal?

Siapa kita ini?

Untuk apa kita ada?

Dan Hendak kemana kita akan pergi pada akhirnya?

Terkadang kita terlalu tersibukan dengan rutinitas yang kita hadapi setiap hari, hingga kita jarang bertanya kepada diri untuk apa kita ada dan kemana kita akan pergi setelah tiada?

Kesadaran sebagai puncak kecerdasan dan kemanusiaan seolah sirna dengan hiruk pikuk jasadiah yang senantiasa berinteraksi dengan alam materil mayapada.

Sehingga sering kali kita lupa, lupa akan siapa kita dan dari mana kita berasal.

Kesadaran dan kemampuan pemikiran yang kita miliki sebagai pembeda dengan makhluk lain kadang tak digunakan semestinya.

Bukankah menjadikan udara yg kita hirup, tanah yg kita pijak, air yang kita minum sebagai sarana mengenal pencipta alam ini adalah tujuan kita?

Lalu kepada siapa lagi kita meminta petunjuk dan jawaban untuk melapangkan segala keluh susah hidup?

Kepada siapa kita meminta keterbukaan hati dan keluasan samudra jiwa?

Apa mungkin mengkaitkan Sufisme dan Fisika Modern?
Sufisme atau tasawuf biasanya dikaitkan dengan tazkiyat al nafs (mensucikan diri), ishlah al qalb (pembersihkan hati) dari akhlak-akhlak tercela, pendekatan diri kepada Tuhan serta kehidupan spiritual lainnya. 

Sementara Fisika merupakan ilmu modern untuk menerangkan interaksi antara energi dan materi mulai dari partikel-partikel elementer seperti quark, elektron, dan proton sampai benda-benda makroskopis seperti bintang dan galaksi. Fisika berkaitan dengan materi yang tangible (dapat dipegang) atau hal-hal yang dapat diterangkan secara rasional. 

Titik kontras yang lain adalah pandangan awam bahwa belajar tasawuf atau menjadi sufi sering disalahartikan sebagai suatu bentuk kehidupan yang agak egoistik.

Untuk mencapai tujuan, seorang sufi dipersepsikan musti meninggalkan kehidupan material keduniaan, meninggalkan keramaian, mengasingkan diri dari pergaulan manusia, bahkan sampai ekstrimnya berhubungan dengan manusia hanya akan menganggu dirinya untuk bercengkerama dengan Tuhan. 

Sementara untuk belajar Fisika, yang pertama kali dihadapi adalah benda yang ditemui sehari-hari, dan kemudian dilihat sifat dan perilaku material, serta kemudian dilakukan percobaan atau pengamatan di laboratorium atau di lapangan sehingga ditemukan hukum-hukum Fisika yang obyektif, dapat diulang dan konsisten.

Hal-hal yang bersifat spiritual atau yang tidak rasional harus ditinggalkan di Fisika. Belajar Fisika dapat dilakukan oleh semua orang pada semua jenjang, namun untuk belajar menjadi sufi seseorang harus melewati suatu maqam-maqam tertentu yang tidak mudah.

Sekilas tampak sekali susah mencari titik temu antara keduanya, perbedaan-perbedaan tersebut terjadi makin jelas antara Fisika klassik (Newtonian) dengan praktek-praktek yang tampak dari luar Sufisme.

Namun dalam tatanan Fisika modern dan filosofi Sufisme ternyata terjadi banyak kemiripan. Sebagai contoh: bahasa yang digunakan Fisika modern dan Sufisme merupakan bahasa metafora. 

Hal ini merujuk kepada suatu realitas yang lebih dalam, pada hal-hal yang tidak dapat diterangkan, paradoks dan yang tidak masuk akal. Penjelasan metafora untuk menyatakan misteri yang tersembunyi dari realitas metafisik dan energi-energi di luar pemahaman manusia.


Semoga Ilmu dan segala kegiatan yang kami lakukan dapat mendekatkan diri ini pada Mu Ya Rabbana, Melapangkan dada kami, membukakan mata qolbu kami, menjadi penebus segala salah serta khilaf di masa lalu, sekarang dan yang akan datang.



"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." [QS Ali 'Imran 3:190-191]


Wallohualam Bissawab.
   
Sumber: Muhammad Hikam, M.Sc., Ph.D.

Doctor en Sciences et Genie des Materiaux, Université de Nancy I Vandoeuvre, France.