Tuesday 25 June 2013

Impian-Impian Eyang Habibie

Daya geraknya adalah jiwa manusia: yang tergerak oleh aspirasi masyarakat yang menghendaki kehidupan baru. Sedang aspirasi itu sendiri timbul dari adanya kesengsaraan dalam hidupnya.
 



Demikian juga halnya dengan revolusi perjuangan nasional kita yang lahir dari semangat bangsa yang hidup sengsara dan tertindas di bawah belenggu penjajahan, dan karena itu mendambakan suatu kehidupan baru, yang tidak mungkin bisa diraihnya dalam konstelasi masyarakat pada masa penjajahan.

Semangat bangsa itu dipersiapkan pada zaman Boedi Oetomo 1908, dilanjutkan dalam zaman Sumpah Pemuda 1928, lantas bergerak maju menuju Proklamasi Kemerdekaan 1945 dan berlanjut terus hingga kini.

Semangat itu adalah semangat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Tugas kita sebagai pemikir adalah memberi bentuk nyata pada semangat itu. 

Kita harus mempunyai ideal-ideal, bukan untuk diri kita tetapi untuk bangsa kita.

Kita wajib bermimpi tentang masa depan bangsa kita.

Kita wajib bermimpi tentang kehidupan yang lebih baik untuk seluruh bangsa kita.

Tetapi sebagai orang yang berpendidikan, kita harus sadar bahwa mewujudkan impian itu membutuhkan kerja keras.

Melakukan transformasi teknologi dan industri berarti bergerak ke arah dimensi baru dalam kehidupan kita sebagai bangsa.

Cepat atau lambat dimensi baru bangsa Indonesia itu akan diakui dunia internasional.

Dimensi inilah yang sering tidak terlihat jika mengadakan perhitungan mikro dan makro ekonomi yang lazim digunakan untuk menilai layak-tidaknya pendirian industri.

Memang, bergerak ke dimensi baru dalam kehidupan suatu bangsa mengandung risiko:

Risiko pemikiran baru, risiko inovasi dalam pemikiran.

Sebagai bangsa, kita harus pandai melakukan kedua macam pemikiran:

Berpikir untung-rugi, biaya-manfaat dan berpikir baru.

Menggunakan analisis biaya-manfaat sangat berguna untuk menghindari dilakukannya investasi yang merugikan. Sedang melakukan inovasi memang dapat mendatangkan kerugian besar.

Namun, menghindar dari kemungkinan rugi juga dapat berarti melepaskan kesempatan beralih ke dimensi baru dan tetap terpaku pada posisi lama yang jelas akan merugikan dari sudut idealisme dan semangat perjuangan.

Untuk mencapai tingkat kemahiran industri yang memadai secara internasional diperlukan waktu:
Waktu untuk mengikuti suatu kurva belajar (learning curve).

Hidup tidak mungkin menggantungkan harapan pada jatuhnya jenius dari langit.

Lazimnya, Meister von Himmel gefallen tidak ada.

Pada umumnya, semua manusia di dunia ini harus menjalani suatu proses belajar, belajar dari pengalaman, belajar dari kesalahan dan keberhasilan sendiri.

Dan dalam belajar, lazimnya dibutuhkan energi yang lebih banyak dan investasi lebih besar dari energi dan investasi yang dilakukan oleh yang sudah mahir.

Pendekatan kita kepada wahana transformasi industri harus dan akan selalu pragmatis.

Namun, di dalam wahana yang sedang ditumbuhkan itu, kita berada dalam gerakan ke atas. Dan seperti galibnya, suatu gerakan ke atas selalu membutuhkan energi yang lebih banyak.

Untuk itu, masyarakat seyogyanya rela memberi pada industri-industri nasionalnya yang sedang tumbuh, waktu untuk belajar, waktu untuk memperoleh pengalaman, membuat kesalahan, dan mengatasi berbagai penyakit anak.


Di tahun 1994, kita mulai memasuki era tinggal landas. Di tahun 2026, industri-industri wahana transformasi Indonesia insya Allah sudah akan beroperasi dengan sangat efisien, produktif, dan optimum.

Pada saat itu, daya penggerak industrialisasi kita tidak akan terbatas pada pasaran domestik kita saja. Daya penggerak industrialisasi kita akan mencakup pula pasaran regional dan pasaran internasional.

Apakah suatu hal yang berlebihan jika para produsen Indonesia diberi waktu sesingkat itu untuk mengejar dimensi baru kehidupan bangsanya?

 

 ''Sebagai insinyur maupun ilmuwan seharusnya kita mampu untuk berperan dalam memajukan bangsa ini,''
*Dr. Ing. Ilham Akbar Habibie, M.B.A.* 
CEO dan Direktur Ilthabi Rekatama

Selamat Milad Bapak.

Sumber: 

The Habibie Center

Institute for Advanced Study at Indonesia

Bagaimana Membangun Infrastruktur Pembuatan Kapal Selam dan Jet Tempur?

Menteri Pertahanan, Prof. Purnomo Yusgiantoro, Ph.D. menyatakan Indonesia segera membangun infrastruktur pembuatan kapal selam di Surabaya melalui PT PAL.




"Rencananya infrastruktur pembuatan kapal selam akan dibuat di Surabaya melalui PT PAL. Karena itu, dibutuhkan infrastruktur untuk pembangunan kapal selam," kata Menhan sekaligus Ketua KKIP usai Sidang ke sembilan KKIP "Membangun Sinergitas Menuju Kemandirian Industri Pertahanan", di Kantor Kemhan, Jakarta. 

Paling lambat, dalam dua hingga tahun ke depan, diharapkan Indonesia sudah memiliki infrastruktur industri pembuatan kapal selam, katanya. Dijelaskannya, dalam sidang ke sembilan KKIP juga dibahas mengenai dijadikannya pembangunan infrastruktur kapal selam dan jet tempur sebagai proyek nasional.

Oleh karena itu, agar tidak menemui hambatan, payung hukum sangat diperlukan agar rencana pembangunan infrastruktur kapal selam dan pesawat jet tempur tetap berjalan pada lintas parlemen. "Butuh dukungan parlemen karena program ini pasti akan melalui lintas parlemen. 

"Dibutuhkan payung hukum agar menjadi proyek nasional," ucap Purnomo. Dijelaskannya, sebagai negara kepulauan keberadaan kapal selam dan pesawat jet tempur sangat diperlukan untuk menjaga kepulauan indonesia hingga batas luar.

Jika infrastruktur ada, pembuatan kapal selam bisa dilakukan di Indonesia. Untuk membangun infrastruktur pembuatan kapal selam, Indonesia akan bekerjasama secara khusus dengan Korea Selatan. Kerjasama kedua negara akan dilakukan mulai dari kesepakatan lisensi, enginering manufacturing development, hingga prototipe.


General characteristics
  • Crew: 1
  • Length: 13 m 
  • Wingspan: 14 m (estimate) 
  • Height: 4.5 m
Planta motriz: 2 tubofan
Performance
Avionics
  • Datalink capabilities
  • AESA radar
  • IRST

Dalam pembuatan KFX/IFX bersama Korsel, kata dia, tahap yang sudah selesai dilaksanakan mencakup tahap teknologi desain. Dua tahun ke depan, ditargetkan akan mencapai tahap `enginering manufacturing development` dan prototipe. "Dari sisi teknis, kita juga sudah kirim 52 ahli untuk belajar teknologi design," ucap Prof. Purnomo.

 

Pembangunan pabrik modern untuk pembuatan kapal selam TNI Angkatan Laut di Indonesia ditargetkan dapat direalisasikan pada tahun 2016 atau 2017 mendatang karena kapal selam pertama yang dibuat oleh Korea Selatan baru selesai pada tahun 2014.

"Pembangunan pabrik semua tergantung komitmen pemerintah. Pemerintah mutlak menyokong pendanaanya. Tanpa itu saya kira sangat sulit pembangunan kapal selam bisa direalisasikan di Indonesia," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Suropati.

Ia berharap sudah ada perencanaan dari sekarang agar pada waktunya nanti pengerjaan kapal selam ketiga itu lancar tanpa kendala.

"Keberadaan pabrik modern untuk membuat kapal selam menjadi kendala serius kita saat ini," kata Untung.

Pembangunan pabrik modern ini, katanya, bukan persoalan sederhana karena selain membutuhkan banyak sumber daya manusia yang handal, pemerintah pun harus menyiapkan dana yang tidak sedikit.

Oleh karena itu, ia berharap sumber daya manusia yang sudah dikirim ke Korea benar-benar menyerap ilmu secara komprehensif. "Ketika secara keilmuan sudah memenuhi syarat, baru kemudian pemerintah mempersiapkan pabriknya," katanya.

Indonesia sudah sepakat melakukan transfer teknologi kapal selam dengan Korea Selatan, dimana akan dibuat tiga unit kapal selam. Untuk kapal selam pertama, pihak Indonesia hanya memantau pengerjaannya di Korea Selatan.

Selanjutnya, kata dia, pada pembuatan kapal kedua, teknisi di Indonesia dilibatkan dalam membuat kapal selam. Namun, pembuatannya tetap dilakukan di Korea Selatan.

How to Build A Nuclear Submarine 




Sementara untuk kapal selam ketiga, Indonesia akan membuat sendiri kapal itu di galangan kapal PT PAL. "Pada tahap inilah Indonesia harus mempersiapkan peralatannya. Termasuk membuat pabrik baru untuk mendukung pembangunannya," jelas Untung.

Ia juga memastikan Pangkalan Kapal Selam yang disiapkan di Teluk Palu, Sulawesi Tengah, bisa diresmikan pada akhir tahun ini. Pangkalan seluas 13 hektar inilah yang nantinya digunakan untuk menyimpan semua kapal selam yang dimiliki Indonesia, termasuk untuk menyimpan kapal selam baru yang saat ini dibuat di Korea Selatan.

Ketangguhan Korea Selatan dalam Industri Galangan Kapal

Today, South Korea is the world's largest shipbuilding country with a global market share of 51.2% in 2011. South Korea leads in the production of large vessels such as cruise linerssuper tankersLNG carriersdrill ships, and large container ships. In the 3rd quarter of 2011, South Korea won all 18 orders for LNG carriers, 3 out of 5 drill ships and 5 out of 7 large container ships.

South Korea's shipyards are highly efficient, with the world's largest shipyard in Ulsan operated by Hyundai Heavy Industries slipping a newly-built, $80 million vessel into the water every four working days. South Korea's "big three" shipbuilders, Hyundai Heavy IndustriesSamsung Heavy Industries, and Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, dominate global shipbuilding, with STX ShipbuildingHyundai Samho Heavy Industries,Hanjin Heavy Industries, and Sungdong Shipbuilding & Marine Engineering also ranking among the top ten shipbuilders in the world.

Perusahaan Galangan Kapal Top Dunia di Korea Selatan:

Peluang Indonesia Menjadi Raksasa dalam Bidang Industri Perkapalan

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menyiapkan peta jalan (road map) pembangunan industri perkapalan di Indonesia tahun 2012-2025. Industri ini pun diharapkan bisa memproduksi dan mereparasi semua jenis kapal dari yang berukuran kecil hingga besar.

Salah satu sasarannya, pada 2020, klaster industri perkapalan nasional sudah mampu memproduksi kapal berkapasitas 200 ribu ton bobot mati (dead weight tonnage/DWT). "Semua jenis kapal, mulai dari kapal barang, kapal penumpang, dan kapal tanker bisa diproduksi. Segmen reparasi juga harus sudah bisa mempunyai kemampuan untuk 200 ribu DWT," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat.

Sementara itu, lanjut dia, pemerintah akan meningkatkan kemampuan desain dan rekayasa kapal guna mendukungnya, melalui pengembangan Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional (PDRKN). Industri bahan baku dan komponen lokal, serta pengembangan pusat peningkatan keterampilan SDM perkapalan juga terus ditingkatkan.

Pemerintah pun akan mengamankan dan mengoptimalkan pemanfaatan pasar dalam negeri sebagai base load untuk pengembangan industri perkapalan. Selain itu, kerja sama dengan industri perkapalan di negara lain yang sudah maju juga akan terus didorong.

Kawasan khusus industri galangan kapal juga akan dikembangkan untuk menarik investor asing dan lokal. "Dukungan lainnya, terkait kebijakan perbaikan iklim usaha, seperti soal pajak, suku bunga, dan tata niaga," kata Hidayat.

Dalam peta klaster industri perkapalan nasional, Kemenperin menetapkan, pada 2015-2020, produksi pelat dengan ketebalan hingga 30 milimeter (mm) sudah harus tumbuh dan berkembang di dalam negeri. Selain itu, PDRKN ditargetkan mampu menyuplai kebutuhan desain galangan kapal nasional.

Pada 2015, Indonesia diharapkan sudah memiliki kemampuan mereparasi kapal berkapasitas 150 ribu DWT. "Tahun 2015, kita sudah harus mampu membangun kapal berbagai jenis tipe dengan kapasitas hingga 85 ribu DWT," imbuh dia.

Daftar Perusahaan Galangan Kapal di Indonesia

    PT. Batam Teknologi Gas ( Industrial Gases Supplier )
    PT. Dock & Perkapalan Kodja Bahari
    PT. PAL Indonesia
    PT. Daya Radar Utama
    PT. Industri Kapal Indonesia
    PT. Dumas Tanjung Perak Shipyard
    PT. Jasa Marina Indah/Janata Marina Indah
    PT. Caputra Mitra Sejati
    PT. Batamec Shipyard
    PT. Dok Pertamina Sorong
    PT. Dry Dock Indonesia
    PT. Indonesia Marine Shipyard
    PT. Bens Santosa
    PT. Dok Pantai Lamongan, Subsidiary of SPIL (Salam Pacific Inti Line)
    PT. Dayu Radar Utama
    PT. LMI (Lamongan Marine Shipyard)

Ketua Bidang Kerja Sama dan Hubungan Luar Negeri Indonesian National Shipowner's Association (INSA) Djoni Sutji menyampaikan, investasi pengadaan armada kapal di Indonesia sepanjang tahun 2005-2014 mencapai US$ 14 miliar (Rp 135,28 triliun). Angka tersebut masih akan terus bertambah karena kebijakan pelayaran di dalam negeri harus dilayani kapal berbendera nasional (cabotage).

Menurut dia, hingga sebelum diberlakukannya asas cabotage pada Mei 2011, jumlah kapal yang beroperasi di dalam negeri baru berjumlah sekitar 6 ribu unit dengan kapasitas 6 juta gross tonage (GT). Sekarang, jumlahnya telah meningkat menjadi 11.600 unit dengan kapasitas 18,4 juta GT.

"Investasi perkapalan akan terus bertambah, terutama karena semakin banyaknya permintaan di sektor offshore (lepas pantai). Apalagi, 70% kegiatan migas kita itu ada di laut," kata Djoni.

Bayangkan apabila perusahaan-perusahaan galangan kapal kita ini dapat dikembangkan hingga menjadi perusahaan perkapalan terbesar di dunia, kita bisa menjadi Benua maritim terkuat di dunia.

Memperbanyak Ilmuwan, Teknisi dan Pengusaha hebat dalam bidang Industri Dirgantara-Perkapalan Nusantara menjadi sangat penting untuk saat ini.

Amin

Semoga.

Sumber:

1. Kementrian Pertahanan
2. Kementrian BUMN
3. Kementrian Perindustrian
4. PT. Dirgantara Indonesia
5. PT. PAL
6. BAE Systems
7. Northrop Grumman Newport
8. BBC
9. Royal Navy