Friday 14 June 2013

Optimisme Membangun Industri Nuklir di Indonesia

Allhamdulilah hari ini dapat mengikuti sholat jum'at di Mesjid Dzaratul Ulum, Kompleks Pusat Riset Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN.

Khatib shalat jum'at tadi berpesan untuk Menjaga, Mata, Telinga dan Hati, kalau dalam bahasa sunda katanya:

Urang Kudu Ngajaga TALITI: Mata, Ceuli Jeung Ati (Hati).

Teringat sebuah artikel mengenai Impian Bangsa Indonesia untuk memiliki Industri Nuklir.

Bisakah diwujudkan?



Bandung (13/06/2013) Bertambah lagi tiga orang profesor riset perempuan di BATAN dengan dikukuhkannya Prof. Muhayatun (Bidang Ilmu-Ilmu Kimia Lainnya), Prof. Zubaidah Irawati (Bidang Ilmu Pangan dan Gizi), dan Prof. June Mellawati  (Bidang Kimia Lingkungan) oleh majelis pengukuhan profesor riset yang dipimpin Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Prof. Dr Lukman Hakim M.Sc. Ph.D Apt. di Gedung Pertemuan Utama Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) BATAN, 13 Juni 2013.

Menurut Ibu. Prof. Muhayatun, peneliti Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri (PTNBR) dalam orasinya yang berjudul “Teknik Analisis Nuklir Dalam Peningkatan Kemampuan Identifikasi Sumber Pencemar Udara di Indonesia”, keunggulan Teknik Analisis Nuklir (TAN) mampu menjadi terobosan dan harapan baru dalam menyelesaikan permasalahan udara di Indonesia. Dengan teknik analisis nuklir, partikular kecil orde 2,5 mikrometer terdeteksi dan diketahui dini, sehingga bisa menjadi early warning serta banyak masyarakat dilindungi dan anak diselamatkan," katanya menjelaskan.



Sementara, Ibu Prof. Zubaidah Irawati dari Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) yang menyampaikan judul orasi “Iradiasi Pangan Untuk Pengawetan dan Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional” mengatakan bahwa aplikasi iptek nuklir pada pangan dapat dijadikan basis teknologi pengawetan yang handal karena mampu menciptakan nilai pangan yang tinggi, sehingga sangat bermanfaat untuk memperkuat ketahanan pangan nasional seutuhnya.

Peneliti ketiga dari Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) Ibu Prof. June Mellawati dalam orasi pengukuhan bertajuk “Pertimbangan Ekologi dalam Studi Tapak PLTN di Indonesia” menyampaikan bahwa terkait dengan kajian lingkungan pada penyiapan tapak, salah satu program Millenium Development Goals (MDGs), adalah menjamin kelestarian lingkungan hidup, dengan mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan.



Indonesia, di samping sebagai negara terbesar dalam organisasi negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), juga merupakan negara dengan teknologi nuklir paling maju. 

Menteri BUMN Dahlan Iskan memutuskan mengganti nama PT Batan Teknologi menjadi PT Industri Nuklir Indonesia. Pergantian nama ini akan direalisasikan awal tahun depan. Dahlan punya alasan sendiri. Menurutnya, pergantian nama ini dilakukan agar Batan Teknologi lebih mencerminkan sebuah perusahaan yang mempunyai bisnis tinggi. 

“Supaya lebih berbau perusahaan dan bisnis makin tiggi. Supaya jangan terlalu dikaitkan nuklir Indonesia. Ini salah satunya untuk persiapan ekspansi ke Amerika,” ucap Dahlan ketika ditemui di Kampus UNIKA Atmajaya, Jakarta.

Di tempat yang sama, Direktur Utama Batan Teknologi, Yudiutomo mendukung rencana Dahlan. Perusahaan yang dikelolanya memang berencana ekspansi ke Amerika dengan membuat perusahaan joint venture dengan Amerika. 

Pabrik pengayaan uranium sistem rendah ini ditargetkan mulai beroperasi pada 2017 di AS. 

“Investasinya USD 170 juta dan saham kita 51 persen. Kapasitas produksi disana mencapai 4000 curie radio isotop,” jelas Yudiutomo. 

Saat ini, pabrik milik Batan Tekno di Indonesia hanya mampu memproduksi sekitar 300 curie radio isotop per minggu yang di supply untuk 16 rumah sakit untuk kepentingan pengobatan. 

“Pabrik di Amerika akan lebih besar karena kebutuhan Amerika 6000 curie per minggu, Amerika 100 persen impor dari Kanada, Belgia. Kebetulan kami kompetitif,” tutupnya.

Kami bermimpi di masa depan, bahwa Indonesia Memiliki minimal 18 Reaktor PLTN, lebih dari 40 pusat riset IPTEK Nuklir, lebih dari 50 jurusan IPTEK nuklir serta lahir pula ribuan pakar dalam bidang Iptek Strategis ini.

Amin.

Maju Terus Iptek Nuklir Indonesia.

Semangat Bisa!

Ucapan Terima Kasih Kepada:

Bpk. Insan Arif Hidayat, S.Pd., M.Sc. (Dosen Fisika Nuklir, UPI Bandung)

Kak Iqbal Robiyana, S.Pd. (Mahaiswa S2 Fisika UI)
Kang Deden Anugrah S.Pd. (Guru di Albina Boarding School)
Teh Nina Widiawati, S.Pd. Bersama Suami (Mahasiswi S2 Bidang Peminatan Fisika Nuklir ITB)
Teh Fitria Miftasani, S.Pd. (Mahasiswi S2 Bidang Peminatan Fisika Nuklir ITB)

Lihat Juga:

1. http://nuclearscienceandtechnology.blogspot.com/ (Sekolah Sains dan Teknologi Nuklir)
2. http://www.sttn-batan.ac.id/ (Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN)

Kunjungi Juga:

1. http://batanteknologi.wordpress.com/ [PT. BATAN Tekno]
2. http://www.batan.go.id/ [Badan Tenaga Nuklir Nasional]
3. http://www.nei.org/ [Nuclear Energy Institute]
4. http://www.niauk.org/ [Nuclear Industry Association]
5. http://web.mit.edu/nse/ [MIT  Department of Nuclear Science & Engineering]

Semoga Bermanfaat.


Solar Power Satellite V

Dr. Massimiliano Vasile, dari Departemen Mechanical and Aerospace Engineering, University of Strathclyde, di UK yang memimpin penelitian energi surya ini, mengatakan, “Luar angkasa menyediakan sumber energi yang fantastis untuk mengumpulkan tenaga surya dan kami memiliki keuntungan dapat mengumpulkan energi itu terlepas dari siang ataupun malam dan kondisi cuaca."


Mahasiswa Ph.D. Thomas Sinn (kiri) dan Dr. Massimiliano Vasile (kanan) dengan prototipe satelit uji.

Pada daerah seperti gurun Sahara di mana tenaga surya yang berkualitas dapat ditangkap, akan sangat sulit untuk mendistribusikan energi tersebut ke daerah dimana energi tersebut dapat digunakan. Namun, penelitian ini berfokus pada bagaimana kita dapat menghapus kendala ini dan menggunakan sel surya berbasis ruang angkasa untuk mengirimkan energi ke daerah-daerah yang sulit dijangkau. 

“Dengan menggunakan gelombang mikro atau laser kita memancarkan energy kembali ke bumi dan langsung menuju ke daerah tertentu.", Kata mereka.

Hal ini akan menyediakan sumber energi berkualitas yang dapat diandalkan dan akan menghilangkan kebutuhan untuk menyimpan energi yang berasal dari sumber terbarukan di tanah. Platform ini akan menyediakan pengiriman energi surya yang konstan.

"Awalnya, satelit yang lebih kecil akan dapat menghasilkan energi yang cukup untuk sebuah desa kecil akan tetapi dengan teknologi yang tersedia sekarang, kami memiliki tujuan, untuk pada suatu hari menempatkan struktur yang cukup besar pada ruang angkasa untuk mengumpulkan energi yang akan mampu memberikan daya bagi kota besar.", jelas mereka.

Di tahun-tahun yang lalu, sebuah tim ilmuwan dan mahasiswa teknik di Strathclyde mengembangkan percobaan inovatif ‘space web’ yang dibawa oleh roket dari Lingkaran Arktik menuju batas ruang angkasa dengan bumi. 

Advantages of an SPS:


The SPS concept is attractive because space has several major advantages over the Earth's surface for the collection of solar power. There is no air in space, so the collecting surfaces would receive much more intense sunlight, unaffected by weather. In geostationary orbit, an SPS would be illuminated over 99% of the time. The SPS would be in Earth's shadow on only a few days at the spring and fall equinoxes; and even then for a maximum of 75 minutes late at night when power demands are at their lowest.


This characteristic of SPS based power generation systems to avoid the expensive storage facilities (eg, lakes behind dams, oil storage tanks, coal dumps, etc) necessary in many Earth-based power generation systems. Additionally, an SPS will have none of the polluting consequences of fossil fuel systems, nor the ecological problems resulting from many renewable or low impact power generation systems (eg, dam retention lakes).

Economically, an SPS deployment project would create many new jobs and contract opportunities for industry, which may have political implications in the country or region which undertakes the project. Certainly the energy from an SPS would reduce political tension resulting from unequal distribution of energy supplies (eg, oil, gas, etc). For nations on the equator, SPS provides an incentive to stabilise and a sustained opportunity to lease land for launch sites.

An SPS would also be applicable on a global scale. Nuclear power especially is something many governments would be reluctant to sell to developing nations in which political pressures might lead to proliferation. Whether bio-fuels can support the western world, let alone the developed world, is currently a matter of debate. SPS poses no such problems.

Developing the industrial capacity needed to construct and maintain one or more SPS systems would significantly reduce the cost of other space endeavours. For example, a manned Mars mission might only cost hundreds of millions, instead of tens of billions, if it can rely on an already existing capability.

More long-term, the potential power production possible is enormous. If power stations can be placed outside Earth orbit, the upper limit is vastly higher still. In the extreme, such arrangements are called Dyson spheres.

Other web pages devoted to SSP (alphabetical)
Kunjungi Juga:

Pusat Teknologi Satelit - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Semoga Bermanfaat.


To Be Continued

Memahami Persamaan Navier-Stokes

Bagaimana Persamaan Navier-Stokes dapat mensimulasikan sistem udara di suatu daerah?

Atau bisakah persamaan ini memodelkan suatu badai seperti Tornado dan El-Nino?

Persamaan Navier-stokes (PNS) adalah sistem persamaan differensial non-linier yang mendeskripsikan bagaimana fluida mengalir. 

Apa itu fluida? 

Fluida adalah subtansi yang bisa mengalir seperti gas atau air.  

PNS bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan keren tetang kehidupan sehari-hari seperti bagaimana pesawat bisa terbang?

Atau Berapa waktu yang dibutuhkan secangkir kopi yang diaduk untuk menjadi tenang?



Intro:

In physics, the Navier–Stokes equations, named after Claude-Louis Navier and George Gabriel Stokes, describe the motion of fluid substances. These equations arise from applying Newton's second law to fluid motion, together with the assumption that the stress in the fluid is the sum of a diffusing viscous term (proportional to the gradient of velocity) and a pressure term - hence describing viscous flow.

The equations are useful because they describe the physics of many things of academic and economic interest. They may be used to model the weather, ocean currents, water flow in a pipe and air flow around a wing. The Navier–Stokes equations in their full and simplified forms help with the design of aircraft and cars, the study of blood flow, the design of power stations, the analysis of pollution, and many other things. Coupled with Maxwell's equations they can be used to model and study magnetohydrodynamics.

The Navier–Stokes equations are also of great interest in a purely mathematical sense. Somewhat surprisingly, given their wide range of practical uses, mathematicians have not yet proven that, in three dimensions, solutions always exist (existence), or that if they do exist, then they do not contain any singularity (smoothness). These are called the Navier–Stokes existence and smoothness problems.
The Clay Mathematics Institute has called this one of the seven most important open problems in mathematics and has offered a US$1,000,000 prize for a solution or a counter-example.





Penurunan Persamaan Navier-Stokes

The derivation of the Navier–Stokes equations begins with an application of Newton's second law: conservation of momentum (often alongside mass and energy conservation) being written for an arbitrary portion of the fluid. In an inertial frame of reference, the general form of the equations of fluid motion is:



Navier–Stokes equations (general)  \rho \left(\frac{\partial \mathbf{v}}{\partial t} + \mathbf{v} \cdot \nabla \mathbf{v} \right) = -\nabla p + \nabla \cdot\boldsymbol{\mathsf{T}} + \mathbf{f},


where v is the flow velocity, ρ is the fluid density, p is the pressure, \boldsymbol{\mathsf{T}} is the (deviatoric) component of the total stress tensor, and f represents body forces (per unit volume) acting on the fluid and ∇ is the del operator. This is a statement of the conservation of momentum in a fluid and it is an application of Newton's second law to a continuum; in fact this equation is applicable to any non-relativistic continuum and is known as the Cauchy momentum equation.


This equation is often written using the material derivative Dv/Dt, making it more apparent that this is a statement of Newton's second law:

\rho \frac{D \mathbf{v}}{D t} = -\nabla p + \nabla \cdot\boldsymbol{\mathsf{T}} + \mathbf{f}.

The left side of the equation describes acceleration, and may be composed of time dependent or convective effects (also the effects of non-inertial coordinates if present). The right side of the equation is in effect a summation of body forces (such as gravity) and divergence of stress (pressure and shear stress).


Jean Leonard Marie Poiseuille dan Gotthilf Heinrich Ludwig Hagen adalah orang yang pertama menulis tentang aliran fuida. Mereka membahas mengenai masalah aliran darah di dalam pembuluh darah. Mereka menulis tanpa melibatkan pengaruh viskositas. 

Claude Louis Marie Navier dan Sir George Gabriel Stokes merumuskan persamaan yang melibatkan viskositas dan persamaan tersebut dinamakan persamaan Navier-Stokes. Persamaan ini sangat sulit sehingga hanya bisa menjelaskan fenomene yang sederhana, contohnya adalah laminar. 

Persamaan Bernoulli berhasil diturunkan dari persamaan ini. Persamaan Bernoulli berlaku untuk fuida yang memiliki kecepatan relatif rendah. Garis arus fuida belum pecah pada kecepatan ini. Apabila kecepatan fuida ditambah maka garis arus fuida akan pecah dan berolak. 

Pecahnya garis arus dan timbulnya arus eddi dikenal sebagai fenomena turbulensi. Kapan terjadinya arus laminar dan turbulensi belum bisa terpecahkan sampai Osborne Reynolds memperkenalkan bilangan reynolds. 

Bilangan Reynold ini berbanding lurus dengan kecepatan, massa jenis fuida dan diameter pipa yang dilalui fuida serta berbanding terbalik dengan viskositas.


"Kemajuan dan Kesempurnaan Sains, Fisika dan Matematika memiliki hubungan yang erat dengan Kesejahteraan dan Kemajuan Suatu Bangsa"
*Arip Nurahman*

Sources: 

Arip Nurahman Notes

Jani Suhamjani, S.Si.

Wikipedia

NASA Glenn Research Center

Semoga Bermanfaat