Friday 17 August 2012

Prof. Daniel Chee Tsui: Anak Kampung Peraih Nobel


"Bahwa satu-satunya kehidupan yang bermakna adalah belajar, Cara yang lebih baik dari sana adalah belajar daripada melalui mengajar"
-Daniel C. Tsui, Peraih Nobel Fisika; 1998-

Hadiah Nobel Fisika Tahun 1998 diserahkan bersama kepada;


1. Prof. Daniel C. Tsui
(University of Chicago & Bell Laboratories)


2. Prof. Horst L. Stormer
(Columbia University & Bell Laboratories)


3. Prof. Robert B. Laughlin
(Stanford University & Bell Laboratories)


Atas penemuan dan penelitian secara mendalam terhadap Fluida Kuantum dengan keluaran bermuatan secara fraksional.

  
Saya cendrung membagi kehidupan saya menjadi 3 bagian; Masa kanak-kanak di sebuah desa di Provinsi Henan di Cina pusat, tahun-tahun sekolah di Hong Kong, dan tahun-tahun sejak saya berkuliah di Amerika Serikat.

Satu-satunya hal yang menghubungkannya adalah Kebaikan, Kedermawanan dan Persahabatan dari orang-orang di sekitar yang saya alami seumur hidup saya.

Kenangan masa kecil saya diisi dengan tahun-tahun musim kemarau, banjir dan perang yang terus menerus menjadi kesadaran para penduduk desa saya yang jumlahnya berlebihan.

Namun biarpun keadaannya demikian dengan pengorbanan diri orang tua menjadikan momentum-momentum tersebut membahagiakan bagi saya.

Seperti kebanyakan penduduk desa lainnya, orang tua saya tak pernah mempunyai kesempatan belajar, bahkan membaca dan menulis.

Mereka buta huruf dan TAK INGIN ANAK-ANAK MEREKA MENGIKUTI JEJAK MEREKA.

APA PUN YANG HARUS DIUSAHAKAN.

Pada tahun 1951 orang tua saya untuk pertama kalinya dan mungkin satu-satunya cara dan kesempatan untuk meninggalkan desa yang kami cintai.

Mereka mengijinkan saya mengejar pendidikan di tempat yang jauh.

Yang mereka dan Saya sendiri tidak tahu ssecara persis.

Di Hong Kong, saya memulai pendidikan formal di kelas 6 dengan gemetaran, rasa takut bercampur bangga dan gembira.

Saya ingat, kesulitan karena tidak menguasai dialek Kanton pada awalnya tapi secara cepat dibantu dengan KEBAIKAN teman-teman sekolah yang dengan cara mereka sendiri-sendiri membantu dengan menawarkan PERSAHABATAN dan mengajak saya pada lingkungan mereka serta aktivitas di luar kelas.

Ketika memasuki Sekolah Menengah saya terinspirasi Guru-guru saya waktu itu.

Banyak dari para guru saya sangat berkualitas.

Mereka adalah lulusan-lulusan yang sangat cemerlang dari Universitas-universitas terbaik di China.

Dibawah situasi perang yang sangat genting pun Guru-guru saya waktu itu mampu menunjukan kalibernya yang mampu memperlihatkan Kecendikiawanan dan Ilmunya yang sangat baik.

Mereka mampu mengajar kami di musim dingin sambil menceritakan kenangan Romantis dan cerita-cerita ringan di zaman kejayaan Peking University.

Mereka mungkin secara pedagogis bukan guru-guru terbaik, tetapi Intelektualitas dan visi mereka menginspirasi Kami.

Mereka, menurut saya adalah orang-orang yang secara tidak langsung menantang kami para muridnya untuk dapat bertahan hidup dalam situasi tersulit sekalipun dan berani mengejar cita-cita kami.

Setelah berjuang cukup keras dan tabah saya menerima kabar baik dari Augustana College di Rock Island, Illinois. USA.

Selama 3 Tahun saya menyelesaikan studi di sana dan mendapat Beasiswa Ph.D. Ke Universitas Chicago, Kampus impian saya dulu sewaktu masa sekolah.

Idola saya waktu itu adalah Duo Genius Fisikawan Peraih Nobel pada tahun 1957, Prof. Chen N. Yang dan Prof. Tsung Dao Lee, keduanya menempuh pendidikan di University of Chicago.

Di Universitas ini saya bertemu dan jatuh Cinta dengan Linda Varland, mahasiswi Undergraduate, dan kami menikah setelah ia diwisuda.

Disana pun saya menemukan sosok guru dan pembimbing riset saya yaitu Prof. Royal Stark yang memberikan saya pekerjaan dan penelitian, serta memberikan penghasilan yang cukup bagi keluarga kami.

Setelah itu saya menjadi peneliti di Bell Laboratories di Murray Hill, New Jersey, untuk penelitian fisika zat padat dan semi konduktor.

Saya dan teman-teman terus memperdalam penelitian dalam bidang fisika elektron dua dimensi dan akhirnya menemukan efek fraksional kuantum Hall yang sangat penting dalam industri elektonika masa depan sserta mengantarkan kami meraih penghargaan Nobel.

Saya senang mengajar oleh karena itu disela-sela penelitian menyempatkan untuk memberi perkuliahan di PRINCETON UNIVERSITY.

Kolega dan teman-teman heran mengapa saya kelihatannya begitu menyukai mengajar.

Ketika saya sendirian saya sering mendengar hati sanubari saya berkata:

"Bahwa satu-satunya kehidupan yang bermakna adalah belajar, Cara yang lebih baik dari sana adalah belajar melalui mengajar".

Sumber:

100 Tahun Pemenang Nobel Fisika.