Wednesday 28 November 2012

Inovasi IPTEKS Dirgantara dan Antariksa dalam Membangun Kemandirian Bangsa

"Bila kita berbicara tentang IPTEKS, bukan  IPTEKS canggih yang kita kejar. Salah kalau dikira bahwa saya sebagai seorang insinyur kebetulan ahli konstruksi pesawat terbang hanya cinta teknologi canggih. 
Karena itu, apakah lantas hanya teknologi canggih yang ingin dikembangkan, dan hanya itu yang disasari untuk pembangunan bangsa? 
Itu tidak benar, yang saya sasari adalah proses nilai tambah, proses nilai tambah dari materi yang harganya rendah, dengan segala ketrampilan dengan usaha dari manusia, bisa dijadikan produk yang nilainya lebih tinggi, itu proses nilai tambah. 

Atau dengan perkataan lain memanfaatkan teknologi dan ilmu pengetahuan yang tepat dan berguna tanpa memilih apakah itu canggih atau tidak canggih yang lebih penting bahwa teknologi yang tepat dan berguna itu dapat dimanfaatkan untuk proses nilai tambah, dapat mengubah materi itu dengan cepat untuk mendapatkan nilai yang setinggi-tingginya dengan mengontrol kualitas, biaya, dan jadual secara terus menerus agar produksi lancar jalannya" 
~Prof. B. J. Habibie~

Dirgantara ialah suatu istilah yang berkaitan dengan atmosfer Bumi. Biasanya kata ini digunakan untuk merujuk pada industri yang meneliti, merancang, membuat, dan meluncurkan, dan memelihara kendaraan yang terbang ke angkasa. Dirgantara adalah istilah yang luas, yang digunakan di bidang komersial, industri, dan militer. 

 

Pak. Teddy Lesmana, SE. M.M. sedang berada di depan maket roket penjelajah Antariksa
di Smithsonian National Air and Space Museum The Steven F. Udvar-Hazy Center
Washington D.C. USA.
 
Di kebanyakan negara industri, industri dirgantara adalah kerja sama antara industri swasta dan negeri. Sebagai contoh, beberapa negara memiliki program luar angkasa di bawah komando pemerintah seperti NASA di Amerika Serikat, ESA di Eropa, Canadian Space Agency di Kanada, Indian Space Research Organisation di India, Roskosmos di Rusia, Administrasi Antariksa Nasional Cina di Republik Rakyat Cina, Badan Antariksawan Iran di Iran dan SUPARCO di Pakistan.
Bersama dengan program luar angkasa publik itu, banyak perusahaan yang membuat peralatan dan komponen teknis seperti satelit dan wahana antariksa. Beberapa perusahaan terkenal yang bekerja di program luar angkasa adalah Lockheed Martin, Northrop Grumman, EADS, dan Boeing. Perusahaan tersebut juga ikut serta dalam wilayah kedirgantaraan lain seperti pembuatan pesawat terbang. Banyak negara yang memiliki perusahaan transportasi, seperti Air France, Air India, dll.
 
Pilar Utama Teknologi Dirgantara dan Keantariksaan
 
roket 2.jpg
 V I S I 
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

TERWUJUDNYA KEMANDIRIAN DALAM IPTEK PENERBANGAN DAN ANTARIKSA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KEHIDUPAN BANGSA.

MISI

1. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi roket, satelit dan penerbangan.

2. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi dan data penginderaan jauh.

3. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan sains antariksa dan atmosfer.

4. Mengembangkan kajian kebijakan Penerbangan dan antariksa nasional.

5. Mengembangkan sistem manajemen kelembagaan.

"Research is creating new knowledge."
~Neil A. Armstrong~

Pak. Teddy Lesmana, SE. M.M. sedang berada di depan Pesawat Ulang-Alik Discovery

Antariksa atau Luar angkasa atau angkasa luar (juga disebut sebagai angkasa), merujuk ke bagian yang relatif kosong dari Jagad Raya, di luar atmosfer dari benda "celestial". Istilah luar angkasa digunakan untuk membedakannya dengan ruang udara dan lokasi "terrestrial".
Karena atmosfer Bumi tidak memiliki batas yang jelas, namun terdiri dari lapisan yang secara bertahap semakin menipis dengan naiknya ketinggian, tidak ada batasan yang jelas antara atmosfer dan angkasa. Ketinggian 100 kilometer atau 62 mil ditetapkan oleh Federation Aeronautique Internationale merupakan definisi yang paling banyak diterima sebagai batasan antara atmosfer dan angkasa.
Di Amerika Serikat, seseorang yang berada di atas ketinggian 80 km ditetapkan sebagai astronot. 120 km (75 mil atau 400.000 kaki) menandai batasan di mana efek atmosfer menjadi jelas sewaktu proses memasuki kembali atmosfer (re-entry). (Lihat juga garis Karman).

Aerospace engineering is the primary branch of engineering concerned with the design, construction, and science of aircraft and spacecraft. It is divided into two major and overlapping branches: aeronautical engineering and astronautical engineering. The former deals with craft that stay within Earth's atmosphere, and the latter with craft that operate outside it.

Aerospace Engineering deals with the design, construction, and study of the science behind the forces and physical properties of aircraft, rockets, flying craft, and spacecraft. The field also covers their aerodynamic characteristics and behaviors, airfoil, control surfaces, lift, drag, and other properties. Aerospace engineering is not to be confused with the various other fields of engineering that go into designing elements of these complex craft. For example, the design of aircraft avionics, while certainly part of the system as a whole, would rather be considered electrical engineering, or perhaps computer engineering. Or an aircraft's landing gear system may be considered primarily the field of mechanical engineering. There is typically a combination of many disciplines that make up aerospace engineering.

Where as aeronautical engineering was the original term, the broader "aerospace" has superseded it in usage, as flight technology advanced to include craft operating in outer space. Aerospace engineering, particularly the astronautics branch, is often referred to colloquially as "rocket science", although this is a popular misnomer.

Some of the elements of aerospace engineering are:

  • Fluid mechanics – the study of fluid flow around objects. Specifically aerodynamics concerning the flow of air over bodies such as wings or through objects such as wind tunnels (see also lift and aeronautics).
  • Astrodynamics – the study of orbital mechanics including prediction of orbital elements when given a select few variables. While few schools in the United States teach this at the undergraduate level, several have graduate programs covering this topic (usually in conjunction with the Physics department of said college or university).
  • Statics and Dynamics (engineering mechanics) – the study of movement, forces, moments in mechanical systems.
  • Mathematics – in particular, calculus, differential equations, and linear algebra.
  • Electrotechnology – the study of electronics within engineering.
  • Propulsion – the energy to move a vehicle through the air (or in outer space) is provided by internal combustion engines, jet engines and turbomachinery, or rockets (see also propeller and spacecraft propulsion). A more recent addition to this module is electric propulsion and ion propulsion.
  • Control engineering – the study of mathematical modeling of the dynamic behavior of systems and designing them, usually using feedback signals, so that their dynamic behavior is desirable (stable, without large excursions, with minimum error). This applies to the dynamic behavior of aircraft, spacecraft, propulsion systems, and subsystems that exist on aerospace vehicles.
  • Aircraft structures – design of the physical configuration of the craft to withstand the forces encountered during flight. Aerospace engineering aims to keep structures lightweight.
  • Materials science – related to structures, aerospace engineering also studies the materials of which the aerospace structures are to be built. New materials with very specific properties are invented, or existing ones are modified to improve their performance.
  • Solid mechanics – Closely related to material science is solid mechanics which deals with stress and strain analysis of the components of the vehicle. Nowadays there are several Finite Element programs such as MSC Patran/Nastran which aid engineers in the analytical process.
  • Aeroelasticity – the interaction of aerodynamic forces and structural flexibility, potentially causing flutter, divergence, etc.
  • Avionics – the design and programming of computer systems on board an aircraft or spacecraft and the simulation of systems.
  • Software – the specification, design, development, test, and implementation of computer software for aerospace applications, including flight software, ground control software, test & evaluation software, etc.
  • Risk and reliability – the study of risk and reliability assessment techniques and the mathematics involved in the quantitative methods.
  • Noise control – the study of the mechanics of sound transfer.
  • Flight test – designing and executing flight test programs in order to gather and analyze performance and handling qualities data in order to determine if an aircraft meets its design and performance goals and certification requirements.


Pak. Teddy Lesmana, SE. M.M. sedang berada di depan Pesawat Jet Tempur Tercanggih Saat ini. 
Buatan Kerjasama Perusahaan Boeing, Lockheed Martin dan Northrop Grumman

Batasan Menuju Angkasa

 

  • 4,6 km (15.000 kaki) — FAA menetapkan dibutuhkannya bantuan oksigen untuk pilot pesawat dan penumpangnya.
  • 5,3 km (17.400 kaki) — Setengah atmosfer Bumi berada di bawah ketinggian ini
  • 16 km (52.500 kaki) — Kabin bertekanan atau pakaian bertekanan dibutuhkan
  • 18 km (59.000 kaki) — Batasan atas dari Troposfer
  • 20 km (65.600 kaki) — Air pada suhu ruangan akan mendidih tanpa wadah bertekanan (kepercayaan tradisional yang menyatakan bahwa cairan tubuh akan mulai mendidih pada titik ini adalah salah karena tubuh akan menciptakan tekanan yang cukup untuk mencegah pendidihan nyata)
  • 24 km (78.700 kaki) — Sistem tekanan pesawat biasa tidak lagi berfungsi
  • 32 km (105.000 kaki) — Turbojet tidak lagi berfungsi
  • 45 km (148.000 kaki) — Ramjet tidak lagi berfungsi
  • 50 km (164.000 kaki) — Stratosfer berakhir
  • 80 km (262.000 kaki) — Mesosfer berakhir
  • 100 km (328.000 kaki) — Permukaan aerodinamika tidak lagi berfungsi
Proses masuk-kembali dari orbit dimulai pada 122 km (400.000 ft).

Pendidikan Kedirgantaraan dan Keluar Angkasaan.

Allhamdulilah Kami dapat mengikuti Pendidikan Online di MIT Open Course Ware Engineering:  

Aeronautics and Astronautics Engineering

http://ocw.mit.edu/courses/aeronautics-and-astronautics/

Saya dan teman-teman telah belajar dalam komunitas ini sejak tahun 2008, semoga upaya kami ini dapat bermanfaat.


"The fact that the great scientist believed in flying machines was the one thing that encouraged us to begin our studies."
~Wright Bersaudara, Penemu Pesawat Terbang~

  
Penulis dan Ilmuwan Muda bersama Prof. Masanobu Shimada, D.Eng.
(Japan Aerospace Exploration Agency)
http://www.jaxa.jp

Prof. Shimada is an ALOS Science Manager at the Earth Observation Research Center (EORC), which is part of the Office of Space Applications at Jaxa -
Japan Aerospace Exploration Agency, and a Doctor of Engineering.

 He graduated from the Department of Aerospace Engineering at Kyoto University in 1977, and received an M.Eng. from the university in 1979.

Beliau merupakan salah seorang ahli dalam bidang satelit dari Jepang.
Indonesia Nanosatellite Platform Initiative for Research and Education (Inspire)

Konsorsium para pakar dari enam perguruan tinggi dan Lapan yang disebut Indonesia Nanosatellite Platform Initiative for Research and Education (Inspire) juga mempersiapkan peluncuran satelit nano yang diberi nama Indonesian Inter University Satellite (IInusat). Pembuatan satelit ini didanai Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Perguruan tinggi yang terlibat adalah UGM, ITB, UI, ITS, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, dan Institut Teknologi Telekomunikasi Bandung.

“Masing- masing pakar dari institusi akan mempersiapkan bagian-bagian dalam sistem satelit sesuai kepakarannya,” kata Dr. Tri Kuntoro Priyambodo, M.Sc., koordinator proyek Inspire.

Peluncuran satelit berbobot 9,82 kg ini pada orbit polar direncanakan sekitar akhir tahun 2012 dan semester I-2013.

Ide Program Antariksa Indonesia dari Penulis


Space Education
Kita akan membangun pendidikan IPTEK keantariksaan dari jenjang pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi, anak-anak muda Indonesia akan diperkenalkan dengan Space Science & Technology sejak awal, mereka akan berbondong-bondong untuk mempelajarinya, mengembangkannya dan memajukannya berlandaskan rasa pengabdian Terhadap Pencipta Alam Raya ini.

a. Space Science & Technology for Early Education
b. Space Science & Technology for K-12 Education
c. Space Science & Technology for Higher Education 
Indonesian University Space Research Association


Semoga para Ilmuwan tanah air dapat terus berupaya sekuat tenaga untuk mengembangkan IPTEKS ini demi kemaslahatan umat manusia.

Amin.

Ucapan Terima Kasih Kepada:

Bapak Teddy Lesmana, S.E., M.M. Seorang mentor yang senantiasa memberikan semangat dan inspirasi kepada penulis.

Beliau merupakan Peneliti dan Ilmuwan dari LIPI, Lulusan Universitas Brawijaya , Universitas Indonesia , Australian National University , University of Maryland College Park dan Kandidat Ph.D. di Universitas George Town , USA.

Juga kepada  Prof. H. Thomas Djamaluddin, M.Sc., D.Sc.
Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN ).

Dan kepada keluarga, guru-dosen, sahabat-sahabatku yang kami cintai dan banggakan.

Bangkit Indonesia, Semangat Selalu.