oleh : Denis L. Toruan
Antariksa dalam pandangan dunia moderen merupakan bentuk pertahanan strategis yang sangat efektif dan akurat. Keberadaan akan teknologi dan akses terhadap hal ini terbukti dapat meningkatkan kekuatan suatu negara secara signifikan, terutama jika kita berbicara tentang suatu kontrol global. Negara-negara maju telah sadar akan hal serupa, yang kemudian berlomba- lomba untuk mengeksplorasinya. Uniknya, setiap negara yang tampil di panggung ini memiliki latar belakang dan pemikirannya sendiri-sendiri, sehingga kebutuhan atas garansi keamanan (hingga hegemoni) merupakan fenomena yang dapat kita analisis dalam perkembangan perimbangan kekuatan dunia. Berikut sebuah ilustrasi mengenai konsep antariksa yang dikeluarkan pada era Perang Dingin :
Astronomically, space is a part of the space-time continuum by which all events are uniquely located. Physically, space is that property of the universe associated with extension in three mutually perpendicular directions.
Sindrom Perang Dingin
Perang Dunia II (1939-1945) yang menimbulkan kerugian dan kehilangan dalam jumlah masif di berbagai belahan dunia, mengantarkan banyak negara terlibat ke dalam suatu kondisi nasional dan internasional, di mana pemenuhan kebutuhan pembangunan negara maupun pembangunan kembali negara yang rusak atau hancur, hingga tingkat keamanan negara adalah mutlak. Dua negara besar yang kemudian muncul sebagaisuperpower setelah PD II, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet, dihadapkan pada kebutuhan serupa. Amerika berpikir lebih agresif dari sebelumnya terutama menyangkut kebutuhan keamanan negara (Melvyn P. Leffler:1994). Di lain pihak, Uni Soviet yang keluar sebagai pemenang perang menderita kerusakan parah dan ingin memperkuat pertahanan negaranya dari kemungkinan agresi negara lain di masa mendatang; dalam hal ini Jerman (Michael MccGwire:1994). Untuk kemudian situasi yang kita kenal sebagai Perang Dingin ini, melahirkan berbagai program dan konsep- konsep dasar pertahanan aliansi negara-negara moderen (Pakta).
Pemenuhan kebutuhan keamanan dan perkembangan ekonomi negara-negarasuperpower tercermin dalam kebijakan luar negeri masing-masing negara, seperti pada Amerika Serikat yang pertama kali merumuskan rencana peningkatan pertahanan militernya pada awal 1944. Konsep dasar dari rencana ini tidak lain adalah dengan meningkatkan pos militer luar negerinya, terutama pada wilayah Atlantik dan Pasifik yang diyakininya sebagai jaminan keamanan dari kemungkinan agresi negara lain di masa mendatang. Inilah yang kemudian mendorong AS untuk membentuk NATO. Di lain pihak, Uni Soviet pun tidak mau ketinggalan dengan membentuk aliansinya sendiri ,yaitu Pakta Warsawa.
Dalam bidang ekonomi, rumusan program pengembangan ekonomi yang dicanangkan AS dan Uni Soviet dalam menjalankan ekspansi ideologinya, tercermin dari program-program seperti Marshall Planatau Doktrin Breshnev. Masing-masing menginginkan adanya suatu garansi di masa mendatang,sehingga kegetiran akibat bahaya laten yang dirasakan pada saat dan setelah Perang Dunia, dapat diminimalisir bahkan dieliminiir, yaitu dengan cara peningkatan pertahanan negara dan kerjasama antara-antara (minimal dengan) negara-negara yang saling berkepentingan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika ambisi kedua superpower menimbulkan aroma persaingan (Perang Dingin) yang sangat kental di bidang-bidang yang telah disebutkan tadi.
Tetapi, ambisi dan persaingan antara keduanya tidak berhenti sampai di situ, masih terdapat ruang batas lain yang lebih potensial dalam meningkatkan keamanan negara. Pada tingkat eskalasi yang lebih jauh lagi, persaingan kedua superpower berlanjut ke ruang angkasa. Inilah yang kemudian tercermin daripeluncuranSputnik oleh Uni Soviet dan Telstar-1 oleh Amerika Serikat (1962), yang kemudian disusul dengan satelit-satelit dan pesawat antariksa lainnya. Pada era itu, peluncuran pesawat-pesawat luar angkasa seperti Soyuzdan Discovery merupakan hal fenomenal yang dapat terlihat dari persaingan saat itu.
Keduanya merupakan pesawat luar angkasa berawak dan tidak tertutup kemungkinan di masa mendatang eksplorasi manusia ke luar angkasa akan mendatangkan banyak sekali manfaat. Hal ini tidaklah berlebih-lebihan ketika persaingan yang timbul justru menimbulkan kemajuan baru bagi umat manusia, mengingat hingga saat ini belum pernah terjadi ‘perang bintang’ antara negara- negara maju, seperti yang sering kita saksikan di karya-karya fiksi.
Perang dingin yang melibatkan Amerika Serikat dan Uni Soviet berlangsung selama kurang lebih empat puluh lima tahun (1945-1990) dan telah menimbulkan banyak perkembangan dalam bidang teknologi, militer, ekonomi, Tentunya segala hal yang dicapai oleh kedua superpower selalu merupakan hal yang menarik untuk dibahas, apalagi jika menyangkut tentang hubungan kausal.
Pada jaman moderen pasca perang dingin bermunculan beberapa negara yang diperkirakan tampil sebagai “the rising star” dan tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat nanti akan menjadi kekuatan utama dunia. Mereka adalah Cina dan Uni Eropa.
Cina moderen tampil sebagai kekuatan baru yang berkembang pesat dalam dua dekade terakhir. Negara dengan populasi penduduk sekitar seperlima populasi dunia (1,3 milyar orang) justru malah berbalik mematahkan semua prediksi-prediksi negatif terhadapnya yang timbul pasca runtuhnya Uni Soviet (1991), yang dianggap sebagai kiblatnya komunisme.
Pertanyaan yang paling dulu muncul ketika mendengar kata Cina saat itu adalah : “Bagaimana mereka bisa melakukan itu? Apa lagi yang sedang mereka rencanakan sekarang?” Dalam dua dekade terakhir, terutama sejak Gaige Kaifang(Reformasi Keterbukaan pada tahun 1978), Cina memang telah meraih cukup banyak keberhasilan dalam bidang ekonomi, sosial-budaya, maupun politik. Inilah yang kemudian tercermin dari sikap negara-negara Barat (terutama Amerika) yang belakangan merasa gerah terhadap ‘ekspansi’ Cina di mana-mana, mulai dari penyebaran penduduk dan isu diaspora, ekspor-ekspor barang Cina yang cukup baik kualitasnya dan murah, hingga peluncuran pesawat-pesawat luarangkasanya.
Dari segi kewajaran, orang awam bisa saja berkata bahwa pencapaian itu biasa-biasa saja: “memangnya negara mana yang tidak ingin negaranya maju?” Tapi, tunggu dulu. Saya sangat tergelitik ketika kata ‘peluncuran pesawat luar angkasa berawak Cina’ muncul.dalam sebuahheadline di sebuah surat kabar di Indonesia belum lama ini. Bagaimana mungkin sebuah negara tertutup yang belum lama merdeka ini (1949), yang baru melakukan reformasi ekonomi-keterbukaannya (1978), dan mengalami banyak badai politik-sosial-kebudayaan (Revolusi Kebudayaan, tragedi Tian’anmen, regenerasi kepemimpinan di tubuh Partai Komunis Cina (dari Mao-Deng-Jiang-hingga Hu), meledaknya populasi penduduk, privatisasi BUMN, dll), tiba-tiba saja berhasil meluncurkan pesawat antariksa berawaknya?
Apalagi saat kita menengok tradisi berpolitik di Cina yang sejak dulu menekankan pada pengetahuan filsafat dan sastra, pencapaian yang cepat ini terbilang di luar dugaan.
Saya kemudian jadi bertanya-tanya tentang motif maupun ambisi Cina di balik program antariksanya. Pertanyaan kemudian menjadi semakin menarik dan menantang ketika saya mendengar berita tentang reaksi Pentagon atas pencapaian Cina tersebut, AS khawatir Cina yang baru saja meluncurkan kedua pesawat antariksa berawaknya akan mempunyai opsi-opsi baru dalam meningkatkan kemampuan militernya dan pada akhirnya menentang dominasi AS di luar angkasa.
Perang Dingin sudah lama berakhir, Cina pun juga tidak pernah terlibat secara frontal dalam kondisi itu, namun timbul pertanyaan apa yang menyebabkan ambisi antariksa Cina begitu menggebu-gebu? Apakah setelah era Perang Dingin, mereka sadar bahwa ruang angkasa merupakan bentuk pertahanan strategis lainnya?
Apakah Cina juga ingin menjadisuperpower?
Apakah Cina ingin sekedarshow- off saja, terlebih jika mengingat penghinaan penjajahan bangsa Barat dan Jepang atas Cina di masa lampau?
Atau ada tujuan lainnya? Hal tersebut menarik untuk dibahas lebih lanjut.
Sejarah Program Antariksa Cina
Cina merupakan tempat asal-muasal roket yang ada di dunia, karena di sinilah bubuk hitam / mesiu yang merupakan cikal bakal terciptanya roket ditemukan.
Riwayat perkembangan peroketan Cina secara nyata baru dimulai dengan kembalinya Prof. Qian Xuesen pada 1955 yang menimba ilmu di Amerika. . Program pesawat antariksa berawak Cina yang disebut Project 921, secara resmi diluncurkan pada 1992, tetapi penelitian untuk program ini sudah dimulai pada tahun 1968 oleh Prof. Qian Xuesen (sekarang Ketua Komite Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Menyusul peluncuran satelit buatan Cina pertama, DFH-1, para ilmuwan Cina mulai mempelajari konsep desain prototipe pesawat luar angkasa yang mampu memuat dua astronot ke luar angkasa. Tetapi,program ini ditunda pada tahun 1975 berhubung alasan politik selain mengalami kesulitan dalam hal teknis dan pendanaan.
Para pemimpin Cina saat itu menentukan bahwa perkembangan ekonomi nasional harus menjadi prioritas utama.Sementara program perkembangan luar angkasa ditunda, penelitian akan bidang ini tidak pernah berhenti. Selama periode 1970-1980 Cina telah membuat kemajuan yang signifikan dalam kendaraan peluncur pesawat ruang angkasa, satelit, dan teknologi luar angkasa lainnya. Pada saat yang sama, aktivitas penelitian dilakukan di Pusat Penelitian Pesawat Luar Angkasa Cina untuk membantu para ilmuwan Cina dalam memahami reaksi manusia terhadap lingkungan pesawat luar angkasa. Setelah satu dekade pengembangan dalam ekonomi nasional dan teknologi pesawat luar angkasa, program pesawat antariksa berawak sudah menjadi agenda utama para pemimpin Cina di akhir tahun 1980.
Pada awal tahun 1990 para pemimpin Cina menggalakkan program pesawat antariksa berawaknya untuk menaikkan semangat/kebanggaan nasional, di samping peningkatan kemampuan teknologi itu sendiri. Pada tahun 1992 Project 921 secara resmi disetujui pemerintah Cina. Rusia saat itu bertindak sebagai partner sebagai hasil dari hubungan baik Cina dengannya sejak 1990. Pesawat luar angkasa berawak yang dikerjakan sudah mencapai tahap perancangan pada 1996, dan pada saat yang sama dua astronot Cina mulai dilatih di Pusat Pelatihan Kosmonot Yuri Gagarin di Rusia. Pada tahun 1998 pengembangan kendaraan peluncur pesawat luar angkasa model baru CZ- 2F yang didesain secara khusus untuk pesawat luar angkasa ShenZhou dan pembangunan Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan sudah diselesaikan.
Tepat setelah perayaan kemerdekaan negara yang kelima puluh, pada November 1999 Cina berhasil meluncurkan pesawat ujicoba luar angkasa tidak berawaknya, ShenZhou, menandakan suatu pencapaian baru dalam perkembangan teknologi ruang angkasa Cina dan signifikansi dalam pencapaian teknologi pesawat ruang angkasa berawak. Pesawat luar angkasa tidak berawak kedua ShenZhou II berhasil diluncurkan pada Januari 2001, yang kemudian diikuti oleh peluncuran pesawat-pesawat tidak berawak berikutnya ShenZhou IIIdan ShenZhou IV, berturut-turut pada Maret dan Desember 2002.
Pada 15 Oktober 2003 pesawat luar angkasa berawak pertama ShenZhou-5 yang memuat astronot pertama Cina Letkol.,Yang Liwei berhasil diluncurkan dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan. Setelah berkeliling selama 21 jam 23 menit di orbit bumi ShenZhou V mendarat di wilayah Mongolia Dalam dengan aman; menjadikan Cina sebagai negara ketiga di dunia yang mampu mengirim manusia ke luar angkasa.
Tidak lama berselang setelah itu, Cina meluncurkan lagi pesawat antariksa berawaknya ShenZhou VI pada 12 Oktober 2005 kemarin. Wahana tersebut telah mengorbit selama lima hari di ruang angkasa dan kembali mendarat dengan selamat ke Bumi pada 17 Oktober 2005, yang sudah memuat dua orang astronot, yakni Fei Junlong dan Nie Haisheng.
Keberhasilan ini semakin mempertinggi semangat kebanggaan nasional dan memantapkan ambisi Cina dalam pengembangan program antariksanya Untuk ke depannya, pemerintah Cina berharap bisa membangun stasiun ruang angkasa sendiri dan akan mengirimkan astronotnya ke Bulan.
Saat ini Cina tengah mengembangkan pesawat antariksa tanpa awaknya untuk mengorbit bulan. Tahap ini merupakan tahap pertama dari tiga tahap program eksplorasi bulan, yang disebut Chang ’e.
Tahap pertama direncanakan akan berakhir tahun 2010 dan dilanjutkan dengan tahap kedua, yang mengirimkan kendaraan penjelajah ke bulan, dan misi ketiga yang merupakan misi pengiriman pesawat luar angkasa untuk mengambil contoh-contoh material demi keperluanpenelitian di bumi. Tetapi, misi dan pendanaan tahap pertama (serta seluruh proyek) itu hingga kini masih belum disetujui oleh pemerintah. Hu Shixiang, wakil komandan tertinggi untuk program pesawat antariksa berawak Cina, mengkonfirmasi kebenaran tersebut saat dilakukan sesi tanya jawab pada 18 Oktober 2005 lalu mengenai kesuksesan operasi Shenzhou VI.
Pada kesempatan yang sama terkuak pula ambisi Cina untuk dapat menguasai teknologi docking dan spacewalk sebelum tahun 2012.
Program pesawat antariksa berawak Cina terdiri atas tiga tahap pengembangan, yang antara lain adalah :
1. Tahap Pertama
Termasuk di dalamnya peluncuran sejumlah pesawat tanpa awak antara kisaran tahun 1999 -2002, yang diikuti peluncuran dua pesawat antariksa berawak pada 2005
2. Tahap Kedua
Space dockingdan merupakan tujuan dari fase ini space walking yang direncanakan sudah akan tercapai pada 2010. Pembangunan laboratorium angkasa sementara kelas 8 ton juga termasuk dalam rencana di fase ini
3. Tahap Ketiga
Pada 2020 Cina merencanakan sudah akan mendirikan stasiun ruang angkasa permanen kelas 20 ton Berikut beberapa aset dan catatan penting (track record) yang dimiliki Cina dalam pengembangan program pesawat ruang angkasanya :
Saat ini Cina tengah mengembangkan pesawat antariksa tanpa awaknya untuk mengorbit bulan. Tahap ini merupakan tahap pertama dari tiga tahap program eksplorasi bulan, yang disebut Chang ’e.
Tahap pertama direncanakan akan berakhir tahun 2010 dan dilanjutkan dengan tahap kedua, yang mengirimkan kendaraan penjelajah ke bulan, dan misi ketiga yang merupakan misi pengiriman pesawat luar angkasa untuk mengambil contoh-contoh material demi keperluanpenelitian di bumi. Tetapi, misi dan pendanaan tahap pertama (serta seluruh proyek) itu hingga kini masih belum disetujui oleh pemerintah. Hu Shixiang, wakil komandan tertinggi untuk program pesawat antariksa berawak Cina, mengkonfirmasi kebenaran tersebut saat dilakukan sesi tanya jawab pada 18 Oktober 2005 lalu mengenai kesuksesan operasi Shenzhou VI.
Pada kesempatan yang sama terkuak pula ambisi Cina untuk dapat menguasai teknologi docking dan spacewalk sebelum tahun 2012.
Program pesawat antariksa berawak Cina terdiri atas tiga tahap pengembangan, yang antara lain adalah :
1. Tahap Pertama
Termasuk di dalamnya peluncuran sejumlah pesawat tanpa awak antara kisaran tahun 1999 -2002, yang diikuti peluncuran dua pesawat antariksa berawak pada 2005
2. Tahap Kedua
Space dockingdan merupakan tujuan dari fase ini space walking yang direncanakan sudah akan tercapai pada 2010. Pembangunan laboratorium angkasa sementara kelas 8 ton juga termasuk dalam rencana di fase ini
3. Tahap Ketiga
Pada 2020 Cina merencanakan sudah akan mendirikan stasiun ruang angkasa permanen kelas 20 ton Berikut beberapa aset dan catatan penting (track record) yang dimiliki Cina dalam pengembangan program pesawat ruang angkasanya :
oCina mempunyai tiga tempat fasilitas peluncuran terpisah, yang antara lain adalah Jiquan, Taiyuan, dan Xichang
o Pada tahun 1960-an RRC mendidik dan melatih para insinyur wahana antariksanya, setelah sebelumnya dididik oleh Uni Soviet. Baru setelah 1980 RRC mengirim ribuan pelajarnya ke Amerika dan negara Barat lainnya untuk meneliti lebih dalam tentang teknologi antariksa, dan mengadakan program pertukaran pelajar.
o Mitra kerja Cina dalam program antariksanya antara lain adalah Brazil, Perancis, dan Swedia. Kerjasama yang dilangsungkan dalam bentuk alih teknologi, pembagian tracking station (stasiun pencari jejak pesawat luar angkasa) bersama, dan lain lain. Terhadap Rusia, Cina bermitra dengan pertimbangan kesamaan kepentingan strategis kedua negaravis-à-vis Amerika. Rusia mendapat uang segar, Cina mendapat senjata dan teknologi. Kerjasama semacam ini sendiri baru banyak meningkat semenjak berakhirnya Perang Dingin.
o Cina menghabiskan 900 juta yuan atau 111 juta US$ untuk misi Shen zhouVI; Bandingkan dengan alokasi dana pemerintah Cina untuk program pengurangan polusinya tahun 2004 yang sebesar 190 milyar yuan atau 23,5 milyar US$
o Para elite program antariksa Cina saat ini masih menunggu persetujuan pemerintah pusat untuk membuat roket seberat 25 ton, yang tiga kali lebih besar dari kapasitas roket terdahulu. Roket ini rencananya akan digunakan untuk pesawat antariksa Cina menuju bulan, yang dikatakan untuk tujuan eksplorasi-observasi dan keperluan misi damai
o Dalam bidang peroketan, Cina kini telah menguasai teknik pengambilan kembali satelit (satellite recovery), peluncuran banyak satelit dengan satu roket tunggal, propulsi kriogenik, roket pendorong yang ditempelkan (strap-on booster), satelit geostasioner, pengendalian dan penjejakan satelit (satellite tracking). Di bidang satelit penginderaan jauh dan telekomunikasi, Cina mencapai kemajuan yang berarti dalam eksperimen mikro-gravitasi dan pengembangan wahana antariksa berawak.
(Bersambung)
No comments:
Post a Comment