”I didn’t feel like a giant. I felt very, very small.”
Neil Armstrong on looking back at the Earth from the Moon in July 1969.
Neil Armstrong on looking back at the Earth from the Moon in July 1969.
Kuncinya Semangat Ilmiah dan Strategi Penerapan Kebijakan Sains Teknologi Melalui Pemudayaan Pendidikan Serta Kewirausahaan. Membangun masyarakat berbasis pengetahuan, saat ini telah menjadi keinginan hampir semua bangsa di dunia, baik yang tergolong maju maupun yang tengah berkembang dan terbelakang.
Banyak negara kemudian berhasil, namun tidak sedikit yang masih kandas.
Dalam meraih kemajuan berbasis Iptek, tiap negara telah menerapkan strategi dan taktik yang berbeda-beda, serta yang terpenting lagi adalah Politik Sains dan Teknologi yang memihak rakyat. Hal ini disebabkan karena strategi penerapan sains-teknologi sangat erat terkait dengan budaya dan sistem politik secara umum (termasuk politik ekonomi) suatu negara.
Politik Sains dan Teknologi akan berdampak positif bagi perekonomian suatu bangsa manakala unsur-unsurnya saling menunjang satu sama lain (compatible), dan pelaksanaanya sangat didukung secara substansial (bukan hanya secara legal) oleh political power bangsa tersebut. Dan, yang tak kalah pentingnya adalah politik sains-teknologi yang tepat dan selaras itu dilaksanakan secara konsisten dari satu periode pemerintahan ke pemerintahan berikutnya.
Sebagai contohnya, ketika Presiden AS John F. Kennedy pada tahun 1960-an mengambil keputusan untuk membuat program “Pergi ke Bulan”, pada dasarnya ia telah menentukan Strategi Iptek bagi bangsanya dengan jangkauan visi jauh ke depan.
Politik Iptek yang tampaknya tidak memberikan nilai ekonomis (karena mengandung sunk-cost) ini, dalam perkembangannya di kemudian hari berhasil menciptakan sistem ekonomi baru, yaitu sistem ekonomi berbasis ilmu pengetahuan (Knowledge Based Economy) dengan terobosan Iptek di bidang mikroelektronika, komputer, robotik, material baru, dan bioteknologi.
Para Entrepreneur muda yang berbasis Iptek (Ilmuwan cum wirausahawan) AS memanfaatkan peluang ini dan berhasil membentuk para kapitalis/konglomerat kecil (golongan menengah) yang kuat, yang lahir dari proyek-proyek inkubator seperti di Silicon valley.
Banyak negara kemudian berhasil, namun tidak sedikit yang masih kandas.
Dalam meraih kemajuan berbasis Iptek, tiap negara telah menerapkan strategi dan taktik yang berbeda-beda, serta yang terpenting lagi adalah Politik Sains dan Teknologi yang memihak rakyat. Hal ini disebabkan karena strategi penerapan sains-teknologi sangat erat terkait dengan budaya dan sistem politik secara umum (termasuk politik ekonomi) suatu negara.
Politik Sains dan Teknologi akan berdampak positif bagi perekonomian suatu bangsa manakala unsur-unsurnya saling menunjang satu sama lain (compatible), dan pelaksanaanya sangat didukung secara substansial (bukan hanya secara legal) oleh political power bangsa tersebut. Dan, yang tak kalah pentingnya adalah politik sains-teknologi yang tepat dan selaras itu dilaksanakan secara konsisten dari satu periode pemerintahan ke pemerintahan berikutnya.
Sebagai contohnya, ketika Presiden AS John F. Kennedy pada tahun 1960-an mengambil keputusan untuk membuat program “Pergi ke Bulan”, pada dasarnya ia telah menentukan Strategi Iptek bagi bangsanya dengan jangkauan visi jauh ke depan.
Politik Iptek yang tampaknya tidak memberikan nilai ekonomis (karena mengandung sunk-cost) ini, dalam perkembangannya di kemudian hari berhasil menciptakan sistem ekonomi baru, yaitu sistem ekonomi berbasis ilmu pengetahuan (Knowledge Based Economy) dengan terobosan Iptek di bidang mikroelektronika, komputer, robotik, material baru, dan bioteknologi.
Para Entrepreneur muda yang berbasis Iptek (Ilmuwan cum wirausahawan) AS memanfaatkan peluang ini dan berhasil membentuk para kapitalis/konglomerat kecil (golongan menengah) yang kuat, yang lahir dari proyek-proyek inkubator seperti di Silicon valley.
Program ke Bulan juga dilaksanakan oleh Uni Soviet pada waktu itu, tetapi dampaknya tidak mampu menggerakan perekonomian nasionalnya seperti AS. Hal ini terutama disebabkan karena politik Iptek "Pergi ke Bulan” Uni Soviet tidak di dukung oleh sisitem politik dan ekonominya sehingga para pelaku ekonomi di negara tersebut tidak bisa memanfaatkan peluang yang ada.
Dampak yang dirasakan terbatas pada pengembangan Iptek Perang.
Dampak yang dirasakan terbatas pada pengembangan Iptek Perang.
Masyarakat tidak bisa memetik buah dari politik Iptek itu karena kendala sistem politik dan sistem perkonomian yg tertutup sehingga tidak mungkin lahir entrepreneur yang mampau menangkap kesempatan pasar.
Lain halnya dengan jepang, dengan kemampuan yg luar biasa dalam bidang riset terapan (applied research) mereka memilih cerminan politik Iptek “meniru” karena mampu menerapkan strategi copiying to catch up tanpa mengembangkan (basic research) secara totalitas.
Dengan cara ini Jepang mampu menjadi kekuatan ekonomi kompetitif, stretegi iptek meniru Jepang ini banyak diikuti oleh negara-negara maju baru, seperti Korea Selatan, China, Malaysia dan India.
Bagaimana dengan Indonesia?
"Antariksa selalu menarik manusia untuk dikunjungi dan dieksplorasi dengan ilmu pengetahuan serta teknologi"
*Arip Nurahman*
Kunjungi Juga:
Bisakah Nusantara Menjelajahi Antariksa?
Sources:
NASA
LAPAN
http://science.ksc.nasa.gov/
Kennedy Space Center: Science, Technology and Engineering
No comments:
Post a Comment