Monday 24 May 2010

Prof. Dr. -Ing Bacharuddin Jusuf Habibie Dreams


"Saya sudah jarang melihat orangtua yang membekali makanan bagi putra-putri mereka yang akan ke sekolah, karena mereka biasanya memberikan uang jajan,''

~Hasri Ainun Habibie~


"Ibu dr Hasri Ainun Habibie melemparkan gagasan bahwa para siswa bisa saling bantu untuk menghindari putus sekolah. Para siswa diimbau menyisihkan sebagian uang jajan mereka guna membantu pelajar lainnya yang terancam putus sekolah atau drop out akibat krisis moneter."



(Ny Habibie: Siswa Bisa Saling Bantu Hindari Putus Sekolah, Media Indonesia, 8 Juli 1998)



"Cinta sesungguhnya  tidak hanya bersifat fisik atau romantisme belaka. Cinta sejati adalah menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi, dan yang tidak akan pernah terjadi. Orang yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik, mereka hanya berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki. "




Sosok Multidimensional

Mantan Presiden RI Ketiga, Si Jenius ilmuwan konstruksi pesawat terbang, ini selalu menjadi berita hangat . Pada masa emas kejayaan dengan segudang jabatan diemban, dialah manusia paling multidimensional di Indonesia. Ia manusia cerdas ajaib yang sempat menghadirkan selaksa harapan kemajuan teknologi demi kejayaan negeri ini.

Agak aneh, memang, anak bangsa yang satu ini. Dia hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.

Di Indonesia dia 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Presiden RI ke-2 Soeharto

Itulah sosok dan kilas balik singkat perjalanan hidup B.J. Habibie, lelaki kelahiran Pare-Pare, 25 Juni 1936 ini. Dia penuh kontroversi dan merupakan sosok manusia paling multidimensional di Indonesia. Begitu banyak kawan-kawannya dan nyaris segitu banyak pula orang yang tak setuju dengan sepakterjang tokoh industri pesawat terbang kelas dunia yang memperoleh berbagai penghargaan, salah satunya paling berkelas adalah Theodhore van Karman Award, yang dianugerahkan oleh International Council for Aeronautical Sciences) pada pertemuan tahunan dan konggres ke-18 ICAs yang diselenggarakan di Beijing, China tahun 1992 dari Pemerintah China.


Wafatnya Istri Terkasih 


Pada tanggal 22 Mei 2010 yang lalu, sosok pendamping hidup beliau, Ibu Hj. Hasri Ainun Besari Habibie telah berpulang kerahmatulloh. Pigur yang selama ini selalu mendampingi hidup beliau kini telah berpulang, banyak pelajaran yang dapat kita petik dari keluarga besar ini yaitu tentang Perjuangan dan Kesetiaan.


Minister of Technology and Research

 

In 1974, Suharto sent Ibnu Sutowo to Germany to meet Habibie and convince him to come back to Indonesia. Habibie was convinced and returned to Indonesia, taking the position of Technological Adviser to the President. From 1978 to 1998 Habibie served as Minister of Technology and Research in Suharto's Cabinet. He pushed for a leapfrog strategy of development, which he hoped would bypass the foundational low-skill technology stages to turn Indonesia into an industrialized nation. Despite national and international opposition (which preferred agricultural investments to technological investments) to this;he once famously announced that "I have some figures which compare the cost of one kilo of airplane compared to one kilo of rice. One kilo of airplane costs thirty thousand US dollars and one kilo of rice is seven cents. And if you want to pay for your one kilo of high-tech products with a kilo of rice, I don't think we have enough"

Habibie had considerable power as Minister of Technology. His long acquaintance with Suharto combined with Suharto's own desire that Indonesia master technology as part of its development meant that Habibie was able to get extra fundings from the budget for his projects at the expense of other ministers' project. In 1989, Suharto increased Habibie's power, putting him in charge of strategic industries.


Aviation industry

 

When Habibie came back to Indonesia in 1974, he was also made CEO of a new state owned enterprise called PT. Nurtanio. By the early 1980s it had made considerable progress, specializing in making helicopters and small passenger planes. In 1995, Habibie succeeded in flying a N-250 (dubbed Gatotkoco) commuter plane. He was assisted in his efforts by A.B. Wolff, former Chief of Staff of the Dutch Airforce. In developing Indonesia's Aviation Industry, Habibie adopted an approach called "Begin at the End and End at the Beginning". In this method, things such as basic research became the last things that the workers at IPTN focused on while actual manufacturing of the planes was placed as the first objective. In 1985, PT. Nurtanio changed its name to Indonesian Aviation Industry (IPTN) and is now known as Indonesian Aerospace Inc. (Dirgantara).

Union of Indonesian Intellectual Muslims (ICMI)

 

By the late 80's, it became apparent that there was a rift between Suharto and his main political ally, ABRI. Suharto, who had repressed Islamists in the earlier years of his regime now began to make concilliatory gestures in a bid to build a new power base to compensate the one he was losing with ABRI. In December 1990, the ICMI was formed with Habibie as its Chairman. In Suharto's eyes, ICMI would become his main weapon in appealing to the Muslim society. ICMI was a successful venture, by 1994, it had 20,000 members including future political opponents such as Nurcolish Majid and Amien Rais.
Habibie served as Chairman of ICMI for 10 years.

Presidency





Habibie takes the presidential oath of office on 21 May 1998.

Harapan dan Impian beliau






Ilmu Pengetahuan,Teknologi & Pembangunan Bangsa
Menuju Dimensi Baru Pembangunan Indonesia
 
Diambil dari buku Ilmu Pengetahuan Teknologi & Pembangunan Bangsa Menuju Dimensi Baru Pembangunan Indonesia, diterbitkan CIDES INDO di sunting oleh A. Makmur Makka (ketua), Mohammad Shoelhi dan Yudi Latif (Anggota) di gagasan ini terdiri dari 8 Bab, belum termasuk daftar rujukan
 
 Pembangunan Berorientasi Nilai Tambah dengan Basis Teknologi Tinggi dan Sumber Daya Manusia

    Transformasi Teknologi dan Industri Menuju Dimensi Baru Pembangunan Bangsa

      Kerjasama Internasional untuk Pengembangan Teknologi, Industri dan Ekonomi

        Dimensi Etis dan Budaya Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


        Spesifikasi (CN-235-100/110)

         

        EADS CASA CN-235.svg

        Karakteristik Umum

         


        Casa Cn 235

        Casa CN 235
        • Kru: 2(dua) pilots
        • Kapasitas: sampai 45 penumpang
        • Panjang: 21.40 m (70 ft 3 in)
        • Bentang sayap: 25.81 m (84 ft 8 in)
        • Tinggi: 8.18 m (26 ft 10 in)
        • Area sayap: 59.1 m² (636 ft²)
        • Berat Kosong: 9,800 kg (21,605 lb)
        • Berat Isi: 15,500 kg (16,500 kg Military load) ( lb)
        • Maksimum takeoff: 15,100 kg (33,290 lb)
        • Tenaga Penggerak:General Electric CT79C turboprops, 1,395 kW (1,850 bhp) each

        Kemampuan

        • Kecepatan Maksimum: 509 km/j (317 mpj)
        • Jarak: 796 km (496 mil)
        • Ketinggian Maks: m ( ft)
        • Daya Menanjak: 542 m/min (1,780 ft/min)
        • Beban Sayap Maks: kg/m² ( lb/ft²)
        • Power/berat: kW/kg ( hp/lb)



        Kita Bisa Membangun dan Mengembangkan:

        1. Kawasan Industri Pesawat Terbang ASEAN Terdistribusi
        2. Asian & African Aerospace Corporation United
        3. Indonesian Universities League for Aerospace Industries
        4. Indonesian Aerospace Community 
        5. Indonesian Aerospace Student Association
        6. Pusat Sekolah Menengah Kejuruan Penerbangan Indonesia (SMK Penerbangan Indonesia)

        Disusun Ulang Oleh:

        Arip Nurahman

        Department of Physics, Faculty of Sciences and Mathematics. Indonesia University of Education
        &
        Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University, Cambridge. USA.

        Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih

        No comments: