Showing posts with label Prof. Dr. -Ing Bacharuddin Jusuf Habibie Dreams. Show all posts
Showing posts with label Prof. Dr. -Ing Bacharuddin Jusuf Habibie Dreams. Show all posts

Monday, 22 July 2013

Resep Membuat Perusahaan Penerbangan Terbesar di Dunia

Megafactories: Boeing 747 



Alm. William Edward Boeing lahir di kota Detroit, Amerika Serikat tanggal 1 Oktober 1881. Dia adalah pendiri perusahaan pesawat Boeing. Ketika masih kecil Boeing sangat menyukai permainan layang-layang. Boeing pernah kuliah di Yale University, akan tetapi tidak diselesaikan karena kekurangan biaya.
Akhirnya Boeing dan ayahnya pindah ke Grays Harbour untuk menjadi penebang kayu di hutan. Selama lima tahun Boeing tidak pernah mengikuti informasi, bahkan ketika Wright bersaudara menemukan pesawat terbang Boeing juga tidak tahu. Setelah itu Boeing pindah ke Seattle sambil menjadi pengusaha kayu.
Di sinilah impiannya untuk membuat pesawat terbang mulai terbuka. Akan tetapi impiannya selalu kandas karena ditentang oleh ayahnya.  Sampai usia 30 tahun Boeing tidak memiliki sedikitpun pengetahuan tentang pesawat terbang, tetapi dia telah menjadi pengusaha kayu yang sukses.
Alm. William Edward Boeing dan Putranya Senang Berkemah di Alam

Akhirnya Boeing mengikuti kursus aeronautika di Seattle University Club. Di sinilah dia berkenalan George Conrad Westervelt seorang insinyur angkatan laut Amerika yang ahli pesawat terbang. 
Akhirnya mereka berdua mencoba membuat pesawat terbang di perusahaan kayu Boeing. Pada pembuatan pesawat terbang ini mereka mengalami beberapa kali kegagalan karena pesawatnya tidak bisa terbang.
Hal ini yang membuat Boeing menangis sedih. Kesedihan bertambah ketika Westervelt dipanggil oleh angkatan laut untuk mengurusi penerbangan di daerah timur.
Akhirnya Boeing memperbaiki pesawat bersama karyawannya, sesuai rancangan Westervelt. Pada tanggal 16 Juni 1916 untuk pertama kalinya pesawat Boeing bisa terbang. Setelah itu Boeing mendirikan Pacific Aero Product Company. Boeing merekrut beberapa orang insinyur yang ahli dalam pesawat terbang.
Setelah berhasil membuat 2 pesawat akhirnya Boeing mencoba menjual pesawatnya. Di sini Boeing menemui kegagalan karena orang belum percaya dengan kemampuan pesawat terbang.

Akhirnya Boeing berhasil menjual kepada Angkatan Laut Amerika. Di sinilanh angkatan Laut memesan 50 buah pesawat terbang. Berita ini merupakan berita baik sekaligus berita buruk. Berita baik karena pesawatnya laku, tetapi ini juga merupakan berita buruk karena Boeing tidak punya modal.
Selanjutnya Boeing memperoleh pinjaman dengan menjaminkan seluruh harta bendanya. Ketika pesanan mulai jadi dan dikirimkan ke angkatan laut Boeing juga memberikan rancangan pesawat terbarunya (Model HS 21), ketika itu karyawan Boeing sudah 317 orang.

Lagi-lagi berita buruk datang karena perang dunia I berakhir sehingga pihak militer membatalkan pesanan pesawatnya. Ini merupakan pukulan yang sangat keras bagi Boeing, sehingga perusahaan pesawatnya berubah menjadi perusahaan kayu lagi.
 Para Ibu-Ibu Pekerja Sedang Membuat Generasi Awal Pesawat Boeing

Setelah keuangan mulai membaik Boeing mulai berusaha untuk tidak tergantung pada militer. Pada tanggal 3 Maret 1919 akhirnya Boeing mendirikan perusahaan Pos Udara, dan pada & Januari 1920 untuk pertama kalinya pesawat B-1 dijual ke Kanada.
Pada 30 Juni 1927 berdirilah Boeing Air Transport yang merupakan perusahaan angkutan penumpang udara. Pada saat ini perusahaan pesawatnya telah menjadi perusahaan pesawat terbesar di seluruh negeri. Perusahaan Boeing terus berkembang, walaupun cobaan demi cobaan terus terjadi. Salah satunya sehabis perang Dunia II.
Akan tetapi dengan kesungguahan William Edward Boeing dan anak buahnya. Pada 28 September 1956 pengusaha kayu yang telah berubah menjadi pengusaha pesawat terbang ini meninggal. Akan tetapi hasil kerja kerasnya sampai sekarang masih bisa kita nikmati.
Boeing Divisions
The two largest divisions are Boeing Commercial Airplanes and Boeing Defense, Space & Security (BDS).
  • Engineering, Operations & Technology
    • Boeing Research & Technology
    • Boeing Test & Evaluation
    • Intellectual Property Management
    • Information Technology
    • Environment, Health, and Safety
  • Boeing Shared Services Group
    • Boeing Realty
    • Boeing Travel Management Company
    • Boeing Supplier Management

Impian Prof. Habibie Untuk Sumber Daya Manusia Indonesia
"Sekarang mengenai posisi sumber daya manusia Indonesia, pemerintah membutuhkan 1% dari penduduk Indonesia untuk pengembangan teknologi tinggi, memang benar. Amerika Serikat memiliki sekitar 2,8% dari penduduknya bekerja dalam teknologi tinggi, Jepang memiliki hampir 5%, sedangkan Jerman memiliki antara 3% - 4% dari penduduknya bekerja dan menguasai teknologi tinggi, tapi saya mengatakan Indonesia cukup memiliki 1% dari 250 juta atau 2,5 juta saja"


Mimpi 1000 Pesawat Rusdi Kirana: Total Pesanan Pesawat Lion Air 

 Jumlah transaksi ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah Boeing karena mencapai US$ 22 miliar [Rp. 220 Trilyun] sesuai dengan daftar harga. Lion Air kemudian melakukan finalisasi pesanan dengan Boeing disaksikan oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama saat berkunjung ke Indonesia.

Jika pesanan Lion Air ditotal yang berasal dari pabrikan besar saja (Airbus, ATR, dan Boeing), maka jumlah pesanan Lion Air mencapai 707 pesawat, terdiri dari 408 Boeing 737 Family, lima Boeing 787, 60 ATR 72, dan 234 Airbus A320 Family.
Jika dihitung seluruhnya termasuk pesawat Hawker dan Cessna, maka jumlah pesanan Lion Air hampir mencapai 750 pesawat. 
Melihat perkembangan yang ada, sepertinya Rusdi Kirana dan Lion Air belum puas berbelanja. Dalam beberapa waktu mendatang, mungkin saja akan ada pesanan pesawat widebody dari Lion, apakah itu tambahan untuk Boeing 787 atau pesanan baru kepada Airbus. 

Tapi yang pasti, mimpi Rusdi Kirana untuk memiliki 1.000 pesawat semakin mendekati kenyataan. 

Indonesia Pasti Bisa

Semangat Terus!

Sumber: 
1. http://www.boeing.com/boeing/
2. National Geographic
3. Lion Air
4. PT. Dirgantara Indonesia
5. Kolom Biografi Blogspot

Tuesday, 25 June 2013

Impian-Impian Eyang Habibie

Daya geraknya adalah jiwa manusia: yang tergerak oleh aspirasi masyarakat yang menghendaki kehidupan baru. Sedang aspirasi itu sendiri timbul dari adanya kesengsaraan dalam hidupnya.
 



Demikian juga halnya dengan revolusi perjuangan nasional kita yang lahir dari semangat bangsa yang hidup sengsara dan tertindas di bawah belenggu penjajahan, dan karena itu mendambakan suatu kehidupan baru, yang tidak mungkin bisa diraihnya dalam konstelasi masyarakat pada masa penjajahan.

Semangat bangsa itu dipersiapkan pada zaman Boedi Oetomo 1908, dilanjutkan dalam zaman Sumpah Pemuda 1928, lantas bergerak maju menuju Proklamasi Kemerdekaan 1945 dan berlanjut terus hingga kini.

Semangat itu adalah semangat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Tugas kita sebagai pemikir adalah memberi bentuk nyata pada semangat itu. 

Kita harus mempunyai ideal-ideal, bukan untuk diri kita tetapi untuk bangsa kita.

Kita wajib bermimpi tentang masa depan bangsa kita.

Kita wajib bermimpi tentang kehidupan yang lebih baik untuk seluruh bangsa kita.

Tetapi sebagai orang yang berpendidikan, kita harus sadar bahwa mewujudkan impian itu membutuhkan kerja keras.

Melakukan transformasi teknologi dan industri berarti bergerak ke arah dimensi baru dalam kehidupan kita sebagai bangsa.

Cepat atau lambat dimensi baru bangsa Indonesia itu akan diakui dunia internasional.

Dimensi inilah yang sering tidak terlihat jika mengadakan perhitungan mikro dan makro ekonomi yang lazim digunakan untuk menilai layak-tidaknya pendirian industri.

Memang, bergerak ke dimensi baru dalam kehidupan suatu bangsa mengandung risiko:

Risiko pemikiran baru, risiko inovasi dalam pemikiran.

Sebagai bangsa, kita harus pandai melakukan kedua macam pemikiran:

Berpikir untung-rugi, biaya-manfaat dan berpikir baru.

Menggunakan analisis biaya-manfaat sangat berguna untuk menghindari dilakukannya investasi yang merugikan. Sedang melakukan inovasi memang dapat mendatangkan kerugian besar.

Namun, menghindar dari kemungkinan rugi juga dapat berarti melepaskan kesempatan beralih ke dimensi baru dan tetap terpaku pada posisi lama yang jelas akan merugikan dari sudut idealisme dan semangat perjuangan.

Untuk mencapai tingkat kemahiran industri yang memadai secara internasional diperlukan waktu:
Waktu untuk mengikuti suatu kurva belajar (learning curve).

Hidup tidak mungkin menggantungkan harapan pada jatuhnya jenius dari langit.

Lazimnya, Meister von Himmel gefallen tidak ada.

Pada umumnya, semua manusia di dunia ini harus menjalani suatu proses belajar, belajar dari pengalaman, belajar dari kesalahan dan keberhasilan sendiri.

Dan dalam belajar, lazimnya dibutuhkan energi yang lebih banyak dan investasi lebih besar dari energi dan investasi yang dilakukan oleh yang sudah mahir.

Pendekatan kita kepada wahana transformasi industri harus dan akan selalu pragmatis.

Namun, di dalam wahana yang sedang ditumbuhkan itu, kita berada dalam gerakan ke atas. Dan seperti galibnya, suatu gerakan ke atas selalu membutuhkan energi yang lebih banyak.

Untuk itu, masyarakat seyogyanya rela memberi pada industri-industri nasionalnya yang sedang tumbuh, waktu untuk belajar, waktu untuk memperoleh pengalaman, membuat kesalahan, dan mengatasi berbagai penyakit anak.


Di tahun 1994, kita mulai memasuki era tinggal landas. Di tahun 2026, industri-industri wahana transformasi Indonesia insya Allah sudah akan beroperasi dengan sangat efisien, produktif, dan optimum.

Pada saat itu, daya penggerak industrialisasi kita tidak akan terbatas pada pasaran domestik kita saja. Daya penggerak industrialisasi kita akan mencakup pula pasaran regional dan pasaran internasional.

Apakah suatu hal yang berlebihan jika para produsen Indonesia diberi waktu sesingkat itu untuk mengejar dimensi baru kehidupan bangsanya?

 

 ''Sebagai insinyur maupun ilmuwan seharusnya kita mampu untuk berperan dalam memajukan bangsa ini,''
*Dr. Ing. Ilham Akbar Habibie, M.B.A.* 
CEO dan Direktur Ilthabi Rekatama

Selamat Milad Bapak.

Sumber: 

The Habibie Center

Institute for Advanced Study at Indonesia

Saturday, 4 May 2013

Orasi Ilmiah: Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie di ITS

"Yang Penting adalah Keseimbangan antara kepentingan manusia dan kehidupan flora-fauna kalau keseimbangan itu diganggu akan terjadi bencana"
~Prof. Habibie~

 

Sebuah tayangan yang cocok kita nikmati bersama keluarga dan sahabat serta orang-orang terkasih kita.

Selamat Menyaksikan.

Mendirikan  PT PAL Indonesia: Visi Maritim Indonesia


PT PAL INDONESIA (PERSERO), bermula dari sebuah galangan kapal yang bernama MARINE ESTABLISHMENT (ME) dan diresmikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1939. Setelah kemerdekaan, Pemerintah Indonesia menasionalisasi Perusahaan ini dan merubah namanya menjadi Penataran Angkatan Laut (PAL). Pada tanggal 15 April 1980, Pemerintah mengubah statusnya dari Perusahaan Umum menjadi Perseroan Terbatas sesuai. Jabatan Direktur Utama sejak PAL berstatus Perum di pegang Habibie sampai pada Maret 1998.

Industri Perkapalan Indonesia sampai era 1970-an masih terbelakang. Galangan-galangan di sini baru menghasilkan kapal-kapal bertonase 1000 ton ke bawah. Mereka pun lebih berkonsentrasi pada pemeliharaan dan perbaikan kapal (harkan). Sementara perusahaan-perusahaan pelayaran nasional skeptis terhadap kemampuan galangan lokal, sehingga lebih suka memanfaatkan jasa galangan pembangun dan harkan di mancanegara.

Di tengah kondisi demikian, sejak 1977, Suleman Wiriadidjaja  menjadi aktor di belakang B.J. Habibie dalam mengembangkan Penataran Angkatan Laut (PAL), Surabaya, menjadi pusat keunggulan dan ujung tombak industri perkapalan di Indonesia. Guna memacu dan mempromosikan kemampuan galangan dalam negeri.

Habibie bertujuan mendirikan PT PAL sebagai salah satu industri strategis dengan dengan harapan pada galangan inilah nantinya akan dibuat kapal teknologi canggih dan sesuai dengan kebutuhan kapal di Indonesia. Beliau berkali kali menekankan bahwa pada bidang maritim hanyalah jalan untuk meningkatkan ekonomi bagi daerrah daerah terpencil di dindonesia khususnya pada kawasan terpencil.

Fasilitas Ship Building Plant (SBP) di PT PAL adalah yang tercanggih di Asia Tenggara. Bahkan sejumlah pakar perkapalan menilai disainnya nyaris sempurna. Jerman yang industri maritimnya lebih tua saja baru belakangan membangun SBP secanggih yang dimiliki PT PAL.

Performa SBP yang mulai dibangun pada tahun 1984 itu tak lepas dari peran Habibie dan Suleman. Mereka tak sekadar menuangkan ide untuk membangunnya, tapi juga gigih memperjuangkan idenya sampai menjadi kenyataan. Habibie dan Suleman meyakinkan para penentu keputusan (baik keputusan politik maupun keputusan soal pembiayaan) bahwa proyek SBP tersebut rasional.

Sesuai dengan kebutuhan PT PAL untuk memproduksi kapal secara efisien. Sejalan pula dengan upaya mengangkat PT PAL sebagai pusat keunggulan industri maritim di Asia Tenggara.

Selama di Direksi PAL, Suleman, pada saat itu memegang jabatan Koordinator Kegiatan, memperoleh kepercayaan penuh dari Habibie untuk mengendalikan operasional dan mengambil langkah-langkah guna mengembangkan PAL.

Habibie bersama Suleman, menyiapkan proyek pertama pembuatan kapal berskala nasional. hasilnya dalam pembangunan kapal barang umum dengan ukuran 3000DWT. Pada saat itu PT PAL masih dalam taraf dalam belajar dalam memproduksi barang sehingga dilakukan kerjasama dengan Mitsui Engineering dan Shipbuilding Jepang untuk membangun kapal skala nasional tersebut.

KAPAL  PATROLI  CEPAT BUATAN PT PAL



Specifications  :

Length Overall: 58,10 m
Length Waterline : 54.20 m
Breadth: 7.62 m
Depth: 4.75 m
Speed Max: 30 knots
Displacement: 454 Ton
Complement: 42 persons
Main Engine: 2 X 4130 HP

Proyek yang digagas oleh Habibie dan Suleman ini menghasilkan produk unggulan kapal buatan dalam negeri, yakni kapal kelas Caraka Jaya dan kapal kelas Palwo Buwono.

Kapal Caraka Jaya General Cargo 3.650 DWT, kini menjadi tulang punggung industri pelayaran nasional.

Selain mendirikan PT PAL dan industri teknologi tinggi lain, B.J. Habibie selaku Menristek/Ketua BPPT mengemukakan pemikirannya bahwa untuk memajukan industri, perlu optimalisasi riset dalam bidang industri yang bersangkutan. Untuk mendukung industri perkapalan nasional, dirasa perlu untuk membangun laboratorium hidrodinamika skala nasional. Habibie menyetujui proposal dari ITS agar LHI dibangun di dekat kampus ITS Sukolilo, Surabaya. Pertimbangannya, LHI akan lebih efektif karena dekat dengan lingkungan kampus (yang memiliki Fakultas Teknologi Perkapalan).

Kalau LHI dibangun di Sukolilo, berarti memudahkan mahasiswa ITS untuk melakukan kerja praktek dalam pengujian hidrodinamika. Dan staf ITS bisa melakukan penelitian di LHI, tanpa meninggalkan tugas mengajarnya. Pertimbangan lain, dekat pula dengan PAL yang kala itu dalam proses pengembangan untuk menjadi sentra industri perkapalan di Indonesia.


Deklarasi Bunaken: 

Mengembalikan Kejayaan Maritim Indonesia Pada tanggal 26 september 1998 di atas kapal “KRI Teluk Banten” Presiden Republik Indonesia pada saat itu , BJ Habibie mendeklarasikan sebuah gerakan perubahan visi dan misi pembangunan indonesia yang lebih dikenal dengan nama deklarasi bunaken yang berisi sebagai berikut: 

Laut adalah karunia Tuhan yang harus kita lindungi, pelihara dan lestarikan lingkungannya. 

Laut Nusantara bersama darat dan udara diatasnya merupakan ruang dan wadah kesatuan dan persatuan bangsa yang harus kita bela dan pertahankan keutuhannya.

Laut yang mengandung kekayaan alam beraneka ragam merupakan potensi yang harus dimanfaatkan se-optimal mungkin untuk kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. 

Laut adalah peluang, tantangan dan harapan untuk masa depan persatuan, kesatuan dan pembangunan bangsa Indonesia. 

Maka dengan ini, atas nama seluruh bangsa Indonesia, saya menyatakan bahwa: 

Mulai saat ini Visi Pembangunan dan persatuan nasional Indonesia harus juga berorientasi kelaut. 

Semua jajaran pemerintah dan masyarakat hendaknya juga memberikan perhatian untuk pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan potensi kelautan Indonesia.

Salam Indonesia Bisa.


Bung Deni Nugraha, Seorang Sahabat sedang mengunjungi Pantai Santolo

Kunjungi Juga:

http://www.pal.co.id/v5/index.php [PT PAL]

http://www.its.ac.id/ [ITS]

Ucapan Terima Kasih Kepada: 

1. Andri Yudhi Prawira, Studied Marine Engineering at Sepuluh November Institute of Technology in Surabaya, Indonesia.

2. Ridwan Firdaus, S.Pd., Studied Geography Education at Jakarta State University in Jakarta, Indonesia.

Saturday, 13 April 2013

Kuliah Umum Kepresidenan: Workshop Session Oleh: Prof. B.J. Habibie

Video ini adalah Presidential Lecture yang disampaikan oleh Prof. Habibie dalam acara Penganugrahan Penghargaan Wirausaha Muda Mandiri. 

Sebuah tayangan yang sangat cocok kita saksikan untuk mengisi malam minggu bersama keluarga, sahabat dan orang-orang terkasih kita.

Selamat menyaksikan



 "Kita lebih mengandalkan sumberdaya alam daripada sumberdaya manusia; Kita lebih berorientasi jangka pendek daripada jangka panjang, Kita lebih mengutamakan citra daripada karya nyata" 
~Eyang Habibie~ 

Tulisan sederhana ini adalah ringkasan dari sebuah buku biografi mengenai Presiden Indonesia ke-3 kita bagian terakhir.

Begawan MINANDITO: Dari Ilmuwan ke Negarawan sampai Minandito. 

Minandito adalah begawan atau resi yang selalu turun gunung dari pertapaannya, yang selalu berada tidak jauh dari masyarakat dan rakyatnya. 

Begawan yang selalu resah melihat kesenjangan dan derita rakyat akibat salah urus atau kelambanan dalam penerapan kebijakan pemerintah. 

Ketika suatu saat sang Begawan Minandito ditanya oleh wartawan, apa yang sebaiknya dilakukan Indonesia? 

Sang Resi Minandito pun menjawab: 

"Kita harus kembali ke dasar pembangunan, BACK TO BASIC!, untuk penghematan Energi, jangan segan kembali ke hal-hal bermanfaat yg sudah disediakan oleh pemerintah sebelumnya. Pernah dibuat prototipe kapal yg memanfaatkan energi angin, energi sinar matahari, jangan disia-siakan.

Kita harus memerangi kemiskinan, ketidaktahuan, dan ketidakadilan. Yang perlu diberi prioritas utama adalah membuat biaya kebutuhan dasar manusia, biaya pendidikan, dan biaya kesehatan terjangkau. Perbaikan kualitas prasarana ekonomi sehingga bisa diciptakan ekonomi berbiaya rendah. Termasuk perbaikan jalan raya dan jalan Kereta Api. 

Pembangunan serupa juga bisa dilakukan untuk angkutan udara. Kita perbaiki bandara dan hidupkan lagi pesawat turboprop yg cocok untuk Indonesia dg bahan bakar yg lebih efisien. Juga kembangkan energi hijau dengan pola plasma inti rakyat (PIR) yg ditujukan membantu rakyat kurang mampu bekerja sama dg koprasi dan UKM. 

Bahwa sesungguhnya rakyat kita perlu mendapatkan jam kerja. Agar Bangsa Indonesia memperhatikan neraca jam kerja dan sadar bahwa membeli produk apa pun yg dibuat di dalam negeri oleh anak-anak bangsa sama dg mempertahankan dan mengembangkan lapangan kerja serta jam kerja yg dibutuhkan. 

Untuk meningkatkan daya saing dan pemerataan kesejahteraan dan ketentraman masyarakat kita." 

Begitulah pesan sang Begawan Minandito agar setiap anak bangsa kembali bersemangat dan berjuang untuk masa depan yang lebih baik.

Allhamdulilah Semoga Bermanfaat
Ucapan Terima Kasih: 

http://wirausahamandiri.co.id/

Semua Keluarga dan Sahabat-sahabatku

Semangat Kita Bisa

Sunday, 7 April 2013

Metode Komputasional dalam Sains dan Teknologi Dirgantara

"Pendidik yang biasa-biasa, berbicara. Guru yang bagus, menerangkan. Pendidik yang hebat, mendemonstrasikan dan Guru yang agung memberi inspirasi."
-Petuah Bijak-


Course Description

This course serves as an introduction to computational techniques arising in aerospace engineering. Applications are drawn from aerospace structures, aerodynamics, dynamics and control, and aerospace systems. Techniques include: numerical integration of systems of ordinary differential equations; finite-difference, finite-volume, and finite-element discretization of partial differential equations; numerical linear algaebra; eigenvalue problems; and optimizataion with constraints.

Complete Lecture Notes:

"Computational Methods in Aerospace Engineering" (PDF - 2.5 MB)

Kunjungi Juga:

Kunjungi juga sekolah Online Kami dalam Bidang Ilmu Pengetahuan Dirgantara dan Ke Luar Angkasa'an

Indonesian Space Sciences & Technology School

Sebuah persembahan sederhana dari para ilmuwan muda tanah air untuk kemajuan peradaban umat manusia.

Indonesian University Space Research Association

"Mari kita bangun peradaban bangsa Indonesia dengan semangat yang tinggi, kecerdasan dan Imtaq yang kuat"
~A.N.~
 
 

Sumber:


http://ocw.mit.edu/courses/aeronautics-and-astronautics/


Photo by: Me


Thanks to:

1. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
2. Kementrian Riset dan Teknologi
3. Kementrian BUMN
4. PT. Dirgantara Indonesia
5. PT. Regio Prop
6. Boeing
7. EADS

Monday, 24 December 2012

Sisi Lain Sang Genius Profesor Dirgantara

Hari kemarin penulis menghadiri undangan pernikahan salah satu Putri Dosen penulis, Bpk. Yaya Kardiawarman, M.Sc., Ph.D. beliau merupakan salah satu ahli Fisika Zat Padat dan Superkonduktor di Indonesia, alumni Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI dan State University of New York, NY. USA.

Ia merupakan salah satu dosen yang saya sangat kagumi, dan ketika berdiskusi di rumahnya beliau sering menuturkan untuk mencontoh Prof. Habibie.

Ketika kemarin bersalaman pada acara pernikahan putrinya ia sempat berpesan kepada saya sambil tersenyum:

"Ulah di sawah wae atuh Rip, Diajar Terus!".

Haduh bisa saja ini si bapak. he.,he.,he.,

Setelah itu saya bersama Kang Bambang Achdiyat, S.Pd, Teh Siti Latifah, S.Pd., Kang Marjan Puadi Permadi, S.Pd. dan lain-lain menonton sebuah film yaitu:


Habibie & Ainun

Banyak hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik dari film ini, semoga kami dapat meneladani dan mengambil hikmah dari sebuah karya tersebut amin.

Ada salah satu scene yang sangat mengharukan.

Prof. Habibie: "Demi ini (pesawat) aku telah kehilangan banyak waktu bersamamu. 
Bersama anak-anak. Bersama keluarga. Tapi mereka tidak percaya, bahwa bangsa ini bisa mandiri." 

*Pernyataan Prof. Habibie setelah lengser dari Pucuk Pemerintahan Presiden RI dan memegang hasil karyanya yang penuh debu, Pesawat Kebanggaan Bangsa Indonesia.

Lalu beliau meringis menahan tangis. 
Ibu Ainun menenangkan dan memeluknya, tangis Pak Habibie pun pecah.

Air mata saya pun jatuh.

Betapa ironinya seorang cerdik pandai yang dihargai dan disanjung di negeri orang tetapi tidak diberi kesempatan pada bangsanya Ibu Pertiwi, tanah air tempat kelahirannya.

Sebuah Lirik Lagu: Cinta Sejati

Oleh: Bunga Citra Lestari, pemeran Ibu Ainun bersama Reza Rahadian pemeran Bapak Habibie.

Manakala hati menggeliat mengusik renungan
Mengulang kenangan saat cinta menemui cinta
Suara sang malam dan siang seakan berlagu
Dapat aku dengar rindumu memanggil namaku

Saat aku tak lagi di sisimu
Ku tunggu kau di keabadian

Aku tak pernah pergi, selalu ada di hatimu
Kau tak pernah jauh, selalu ada di dalam hatiku
Sukmaku berteriak, menegaskan ku cinta padamu
Terima kasih pada maha cinta menyatukan kita

Saat aku tak lagi di sisimu
Ku tunggu kau di keabadian

Cinta kita melukiskan sejarah
Menggelarkan cerita penuh suka cita
Sehingga siapa pun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati  


 Kami bersama anak-anak mengunjungi P.T. Dirgantara Indonesia

Kisah Hidup Mr. Crack

Beliau Belajar di RWTH Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diploma ingineur pada 1960 dan gelar doktor ingineur pada 1965 dengan predikat summa cum laude. Sebuah Predikat pada level Doktoral Kostruksi Pesawat Terbang satu-satunya di dunia yg pernah dicapai seseorang.

Sebutan "Manusia multi-dimensional" muncul setelah Bacharuddin Jusuf Habibie meraih medali penghargaan "Theodore van Karman", dari International Council of The Aeronautical Sciences (ICAS) saat kongres ke-18, di Beijing, Cina, 24 September 1992. Anugerah bergengsi tingkat internasional tempat berkumpulnya pakar-pakar terkemuka konstruksi pesawat terbang.

Di khazanah ilmu pengetahuan dan teknologi, para ahli dirgantara mengenal apa yang disebut: Teori Habibie, Faktor Habibie, Fungsi Habibie. Fungsi, hukum, atau faktor ini berhubungan dengan perambatan retak pada logam. Sebuah metode yang belum pernah ada sebelumnya yang memprediksi secara detil perambatan retak, dengan menghitung tegangan-tegangan sisanya.

Habibie juga dikenal sebagai "Mr. Crack" karena keahliannya menghitung crack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang. 

Dalam Buku Elementary Engineering Fracture Mechanics, David Broek menulis: Habibie mengusulkan suatu prosedur yang mampu memprediksi dengan baik hasil simulasi terbang sebuah pesawat oleh Schijve. Basis dari bidang yang spesifik ini kemudian dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah struktur (salah satunya) pesawat terbang.

Beberapa metode integrasi tersedia, di mana efek retardation diperhitungkan dengan cara yang semi empiris. Metode Habibie ini mirip dengan metode yang diusulkan Wheeler. Meskipun sepertinya, metode Wheeler lebih baik dalam memformulasikan zona plastis di ujung retak.

Ketika teori kelelahan dikembangkan tahun 1950-an, Habibie mengeluarkan juga metodenya tahun 1971.

Salah satu metodenya diajarkan di Massachusetts Institute of Technology untuk memprediksi perambatan retak. Sebelum titik crack bisa dideteksi secara dini, diantisipasi terlebih dahulu kemungkinan muncul keretakan konstruksi dengan cara meninggikan faktor keselamatannya (Safety Factor).

Retak yang terjadi di pesawat terbang bisa saja diakibatkan oleh jalan di landasan, take off, menanjak, cruise, menurun, landing, dan parkir. Faktor Habibie bisa meringankan operating empty weight (bobot pesawat tanpa berat penumpang dan bahan bakar) hingga 10 persen dari bobot sebelumnya.

Bahkan angka penurunan ini bisa mencapai 25 persen setelah Habibie menyusupkan material komposit ke dalam tubuh pesawat. Misalnya dengan memilih campuran material sayap dan badan pesawat yang lebih ringan. Porsi baja dikurangi, aluminium makin dominan dalam bodi pesawat terbang.

Pengurangan berat ini tak membuat maksimum take off weight-nya (total bobot pesawat ditambah penumpang dan bahan bakar) ikut merosot. Dengan begitu, secara umum daya angkut pesawat meningkat dan daya jelajahnya makin jauh. Dengan demikian, secara ekonomi kinerja pesawat bisa ditingkatkan.

Faktor Habibie ternyata juga berperan dalam pengembangan teknologi penggabungan bagian per-bagian kerangka pesawat, sehingga sambungan badan pesawat yang silinder dengan sisi sayap yang oval mampu menahan tekanan udara saat tubuh pesawat lepas landas. Begitu juga pada sambungan badan pesawat dengan landing gear jauh lebih kokoh, sehingga mampu menahan beban saat pesawat mendarat. Faktor mesin jet yang menjadi penambah potensi fatigue menjadi turun.

Kejeniusan dan prestasi inilah yang mengantarkan Habibie diakui lembaga internasional. Di antaranya, Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London (Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de l'Air et de l'Espace (Prancis) dan The US Academy of Engineering (Amerika Serikat).

Sementara itu penghargaan bergensi yang pernah diraih Habibie di antaranya, Edward Warner Award dan von Karman Award yang hampir setara dengan Hadiah Nobel. Di dalam negeri, Habibie mendapat penghargaan tertinggi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana.

Kejeniusan mantan Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini semakin tampak brilian ketika berhasil meraih gelar doctor ingenieur dengan predikat suma cum laude pada 1965. Rata-rata nilai mata kuliah Habibie 10.

Prestasi ini mengantarkan Habibie menjadi Kepala Departemen Riset dan Pengembangan Analisis Struktur di Hamburger Flugzeugbau (HFB). 

Tak hanya itu, dalam disiplin ekonomi makro pernah dikenal istilah Habibienomics. Semacam pemahaman yang menegaskan bagaimana gagasan Habibie tentang pemberian nilai tambah ekonomi tinggi di setiap produksi barang dan jasa melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Disamping dikenal sebagai seorang ilmuwan, BJ. Habibie adalah Presiden Republik Indonesia Ke-3 dengan masa jabatan mulai dari 21 Mei 1998 sampai dengan 20 Oktober 1999.



Di Belakang Setiap Pria Hebat Selalu Ada Wanita Hebat 

Sungguh, pernikahan adalah upaya penyatuan dua kekuatan yang jika kita berhasil melakukannya maka keberhasilan pun akan kita raih, meski harus terlebih dulu dan juga memakan waktu yang tidak sebentar melewati berbagai halangan menghadang.

Setiap debu berkali-kali menerpa bening mata kita sehingga membuat suram jalan terbentang dihadapan, ombak yang tak jarang dengan tiba-tiba menerjang mahligai rumah tangga, badai dan angin yang meliuk-liuk mengintai dan siap menghantam kokohnya bangunan cinta yang tersusun indah dalam bingkai perkawinan.

Sungguh, jika bukan karena keberhasilan memadukan dua kekuatan yang dimiliki kedua insan pasangan suami istri, mungkin pernikahan hanyalah tinggal cerita.

Dan satu tonggak kokoh yang membuat kaki-kaki ini tetap berdiri melangkah bersama menyusuri perjalanan berumah tangga selama sekian puluh, bahkan sekian ratus tahun hingga Allah menetapkan kehendaknya, adalah rasa syukur dan penerimaan yang tulus terhadap sebuah hati dan jiwa yang Allah berikan untuk dipasangkan dengan kita.

Sebuah qalbu indah yang begitu ikhlas menjalin kebersamaan melakukan semuanya berdua dengan kita sehingga bersamaan dengan itu, Allah pun menurunkan ketenangan, kebahagiaan dan kasih sayang (sakinah, mawaddah dan rahmah) menyertai dua hati yang menyatu itu.

Cinta, saling percaya, pengorbanan, dan berbagai tonggak lainnya seolah menjadikan biduk rumah tangga sepasang suami istri akan tetap oleng diterjang badai jika tak memiliki tonggak yang satu ini.

Oleh karena itu percayalah, apapun yang kita dapatkan, kita miliki, segala keberhasilan, kesuksesan dan segala yang menjadi kebanggaan kita saat ini, bukanlah semata upaya diri sendiri.

Bukankah seharusnya kita bersyukur karena Allah telah menganugerahkan sebuah jiwa yang juga begitu kuat mendorong kita dari dalam rumah, dari pembaringan dalam kamar tidur, dari meja makan, untuk bisa menjulang ke atas.

Pepatah kuno mengatakan, "didiklah seorang lelaki maka kamu mendidik seorang manusia. Namun jika kamu mendidik seorang perempuan, maka kau telah mendidik satu keluarga, bahkan telah mendidik satu negara."

Sejarah menuturkan, para ibu kita membuktikan bahwa mereka adalah pejuang. Mereka tak hanya menggenapi takdir penciptaannya sebagai wanita, namun mampu menjadi manusia yang berdaya dan memberdayakan.

Salam hormat kami untukmu, Sang Ibu, semua Ibu di seluruh Indonesia dan Dunia

Kami, Bangsa, Negara dan Dunia ini berutang kepadamu.


Ucapan Terima Kasih Kepada:

Mamah, Bapa, Ade ku yang senantiasa memberikan semangat

Kang Bambang Achdiyat, S.Pd, Penulis dan Founder Belajar Menuju Ihsan
Teh Siti Latifah, S.Pd., dan Kang Marjan Puadi Permadi, S.Pd. Founder Physics for Fun

Semua Keluarga dan Sahabat-Sahabatku 

Semangat, Berjuang, Kita Bisa.


Wednesday, 16 February 2011

Jejak Pemikiran Sang Begawan IPTEK Dirgantara

Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,

dan kematian adalah sesuatu yang pasti,

dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,

adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.

Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,

pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,

aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,

tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.

Siapa yang tak mengenal sosok Presiden RI ke-3, Prof Dr Baharuddin Jusuf Habibie? Sosok yang ramah dan rendah hati ini baru saja ditinggalkan sang istri kembali ke Ilahi untuk selamanya. Namun, itulah beliau, ketegaran dan sikap nrimo-nya tak banyak dipunyai oleh mayoritas orang di negeri ini. Dan hal itu ia terapkan dalam berbagai hal, termasuk dalam “karier teknologi” yang dibangunnya.

Baginya, jabatan atau posisi prestisus tak begitu penting, karena yang terpenting bisa mengabdi bagi nusa dan bangsa. Kecerdasan Habibie sebagai ahli teknologi pesawat terbang dikenal tak hanya di Indonesia, ilmuwan Eropa pun banyak yang mengakui keahliannya. Karena kepakarannya itulah, pada tahun 1973 Presiden Soeharto meminta beliau pulang yang ketika itu usianya masih 35 tahun dan tengah meniti karier di negara maju Eropa, Jerman.

Habibie diminta Soeharto untuk memajukan peradaban teknologi Nusantara. Hal yang kemudian disambut Habibie dengan mendirikan PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio, tiga tahun kemudian, 1976. Andi Makmur Makka, dalam bukunya ini, mencoba memotret kembali perjalanan cemerlang sang begawan teknologi yang sangat berharga bagi bangsa kita ini. Maka, lahirlah Jejak Pemikiran Habibie: Peradaban Teknologi untuk Kemandirian Bangsa yang merupakan kumpulan pemikiran sang begawan bidang teknologi.

PT IPTN yang dibidaninya berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (huruf “N” menjadi Nusantara) pada tahun 1985. Soeharto yang begitu percaya dengan kemampuan Habibie selalu mengalokasikan dana besar kepada PT IPTN dalam mengeksplorasi segala perkembangan bidang teknologi yang langsung diarsiteki Habibie. Tak hanya mendirikan IPTN, Habibie berperan besar dalam mendirikan dua perusahaan strategis lainnya, yaitu PT Pindad dan PT PAL.

Dari ketiga perusahaan strategis itu banyak dihasilkan pesawat terbang, jasa di bidang pemeliharaan pesawat, helikopter, amunisi, kapal, tank militer, panser, senapan kaliber, water canon, kendraan RPP-M. Tak hanya itu, dalam skala internasional Habibie pun banyak terlibat dari proyek-proyek besar seperti desain konstruksi Fokker F-28, Air Bus A-300, Hansa Jet 320, pesawat transport DO-31, Transall C-130, CN-235, dan CN-250.

Masa keemasan IPTN mulai surut. Presiden Soeharto atas saran International Monetary Fund (IMF) pada tahun 1992 menyetop dana operasi. Banyak orang menduga IMF sengaja mengerem Habibie karena berencana membuat satelit, pesawat, dan peralatan militer sendiri sehingga mereka (baca: Amerika Serikat) ketakutan akan kehilangan pasar strategis dan potensial, terlebih perindustrian Indonesia akan menjadi pesaingan kelak.

Buku ini hadir untuk meretas kembali jejak-pikir Habibie yang telah banyak berkarya untuk kemajuan teknologi bangsa kita, walau mungkin bagi sebagian orang PT IPTN dan PT DI sebagai produk pikirnya dianggap belum maksimal. Namun, paling tidak, Habibie telah mampu menjadi inspirasi bagi banyak kalangan untuk tetap berkarya sesuai bidangnya masing- masing. 





“Sosok dan pemikiran Prof. Dr. B.J. Habibie dalam dunia Iptek tidak diragukan lagi. N-250 dan PT DI adalah buah karya beliau yang membanggakan kita. Buku ini sangat menarik dan pantas dibaca oleh seluruh insan Iptek. Kehadiran buku ini akan menambah khazanah pemikiran dalam pembangunan Iptek di Indonesia.” —Suharna Surapranata, Menteri Riset dan Teknologi, Periode 2009-2014



Ketika B.J. Habibie yang waktu itu berusia 35 tahun memutuskan pulang kampung dari Jerman Barat pada 1973, seluruh kolega dan pakar teknologi Eropa tak habis pikir atas keputusannya itu. Untuk alasan apa Habibie kembali ke Indonesia yang saat itu masih tertatih-tatih sebagai negara berkembang, dan meninggalkan karier cemerlangnya sebagai pakar teknologi penerbangan yang disegani di Barat?

Pilihannya menyambut permintaan Soeharto merancang fondasi kemandirian Iptek Indonesia berbuah cetak biru peradaban teknologi yang disebut “Berawal di Akhir dan Berakhir di Awal”—proses transformasi dan integrasi Iptek yang dipercepat dan progresif. Industri-industri strategis seperti PT Dirgantara Indonesia (dahulu IPTN) dan PT PAL, menjadi jejak kemandirian Iptek Indonesia yang dirintis Habibie dan menunjukkan kekuatan gagasannya. Bahkan, krisis ekonomi dan politik yang melanda Indonesia tak memusnahkan aset-aset industri ini. PT Dirgantara Indonesia, yang sempat disindir melayani order cetakan panci pascavonis pailit, kini memenangi tender empat pesawat penjaga pantai untuk Korea Selatan senilai US$ 94,5 juta, dan menjajaki proyek pesawat tempur KFX senilai 8 miliar dolar AS. Tak ketinggalan PT PAL yang mulai membidik berbagai kontrak strategis, antara lain pengadaan kapal pengawal rudal TNI.

Buku ini merangkai jejak pemikiran B.J. Habibie selama menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 hingga Maret 1998, gagasan-gagasannya tentang arah industri strategis dan pembangunan Iptek yang relevan dan tepat untuk sebuah negara seperti Indonesia. Sebuah peradaban teknologi untuk kemandirian bangsa yang diidam- idamkannya, lebih ketimbang jabatan prestisius korporasi internasional, ataupun reputasi sebagai pakar teknologi ternama.



“Memaparkan tentang peran besar B.J. Habibie dalam mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia di bidang Iptek. Wajib dibaca oleh setiap insan yang mendambakan daya saing dan kemandirian bangsa.” —Dr. Ir. Marzan A. Iskandar, Kepala BPPT





 (Sang Professor Cinta dengan Para Buah Hatinya)


Peresensi adalah Yuyu Yuhanah, pemerhati buku, tinggal di Depok

Monday, 24 May 2010

Prof. Dr. -Ing Bacharuddin Jusuf Habibie Dreams


"Saya sudah jarang melihat orangtua yang membekali makanan bagi putra-putri mereka yang akan ke sekolah, karena mereka biasanya memberikan uang jajan,''

~Hasri Ainun Habibie~


"Ibu dr Hasri Ainun Habibie melemparkan gagasan bahwa para siswa bisa saling bantu untuk menghindari putus sekolah. Para siswa diimbau menyisihkan sebagian uang jajan mereka guna membantu pelajar lainnya yang terancam putus sekolah atau drop out akibat krisis moneter."



(Ny Habibie: Siswa Bisa Saling Bantu Hindari Putus Sekolah, Media Indonesia, 8 Juli 1998)



"Cinta sesungguhnya  tidak hanya bersifat fisik atau romantisme belaka. Cinta sejati adalah menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi, dan yang tidak akan pernah terjadi. Orang yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik, mereka hanya berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki. "




Sosok Multidimensional

Mantan Presiden RI Ketiga, Si Jenius ilmuwan konstruksi pesawat terbang, ini selalu menjadi berita hangat . Pada masa emas kejayaan dengan segudang jabatan diemban, dialah manusia paling multidimensional di Indonesia. Ia manusia cerdas ajaib yang sempat menghadirkan selaksa harapan kemajuan teknologi demi kejayaan negeri ini.

Agak aneh, memang, anak bangsa yang satu ini. Dia hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.

Di Indonesia dia 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Presiden RI ke-2 Soeharto

Itulah sosok dan kilas balik singkat perjalanan hidup B.J. Habibie, lelaki kelahiran Pare-Pare, 25 Juni 1936 ini. Dia penuh kontroversi dan merupakan sosok manusia paling multidimensional di Indonesia. Begitu banyak kawan-kawannya dan nyaris segitu banyak pula orang yang tak setuju dengan sepakterjang tokoh industri pesawat terbang kelas dunia yang memperoleh berbagai penghargaan, salah satunya paling berkelas adalah Theodhore van Karman Award, yang dianugerahkan oleh International Council for Aeronautical Sciences) pada pertemuan tahunan dan konggres ke-18 ICAs yang diselenggarakan di Beijing, China tahun 1992 dari Pemerintah China.


Wafatnya Istri Terkasih 


Pada tanggal 22 Mei 2010 yang lalu, sosok pendamping hidup beliau, Ibu Hj. Hasri Ainun Besari Habibie telah berpulang kerahmatulloh. Pigur yang selama ini selalu mendampingi hidup beliau kini telah berpulang, banyak pelajaran yang dapat kita petik dari keluarga besar ini yaitu tentang Perjuangan dan Kesetiaan.


Minister of Technology and Research

 

In 1974, Suharto sent Ibnu Sutowo to Germany to meet Habibie and convince him to come back to Indonesia. Habibie was convinced and returned to Indonesia, taking the position of Technological Adviser to the President. From 1978 to 1998 Habibie served as Minister of Technology and Research in Suharto's Cabinet. He pushed for a leapfrog strategy of development, which he hoped would bypass the foundational low-skill technology stages to turn Indonesia into an industrialized nation. Despite national and international opposition (which preferred agricultural investments to technological investments) to this;he once famously announced that "I have some figures which compare the cost of one kilo of airplane compared to one kilo of rice. One kilo of airplane costs thirty thousand US dollars and one kilo of rice is seven cents. And if you want to pay for your one kilo of high-tech products with a kilo of rice, I don't think we have enough"

Habibie had considerable power as Minister of Technology. His long acquaintance with Suharto combined with Suharto's own desire that Indonesia master technology as part of its development meant that Habibie was able to get extra fundings from the budget for his projects at the expense of other ministers' project. In 1989, Suharto increased Habibie's power, putting him in charge of strategic industries.


Aviation industry

 

When Habibie came back to Indonesia in 1974, he was also made CEO of a new state owned enterprise called PT. Nurtanio. By the early 1980s it had made considerable progress, specializing in making helicopters and small passenger planes. In 1995, Habibie succeeded in flying a N-250 (dubbed Gatotkoco) commuter plane. He was assisted in his efforts by A.B. Wolff, former Chief of Staff of the Dutch Airforce. In developing Indonesia's Aviation Industry, Habibie adopted an approach called "Begin at the End and End at the Beginning". In this method, things such as basic research became the last things that the workers at IPTN focused on while actual manufacturing of the planes was placed as the first objective. In 1985, PT. Nurtanio changed its name to Indonesian Aviation Industry (IPTN) and is now known as Indonesian Aerospace Inc. (Dirgantara).

Union of Indonesian Intellectual Muslims (ICMI)

 

By the late 80's, it became apparent that there was a rift between Suharto and his main political ally, ABRI. Suharto, who had repressed Islamists in the earlier years of his regime now began to make concilliatory gestures in a bid to build a new power base to compensate the one he was losing with ABRI. In December 1990, the ICMI was formed with Habibie as its Chairman. In Suharto's eyes, ICMI would become his main weapon in appealing to the Muslim society. ICMI was a successful venture, by 1994, it had 20,000 members including future political opponents such as Nurcolish Majid and Amien Rais.
Habibie served as Chairman of ICMI for 10 years.

Presidency





Habibie takes the presidential oath of office on 21 May 1998.

Harapan dan Impian beliau






Ilmu Pengetahuan,Teknologi & Pembangunan Bangsa
Menuju Dimensi Baru Pembangunan Indonesia
 
Diambil dari buku Ilmu Pengetahuan Teknologi & Pembangunan Bangsa Menuju Dimensi Baru Pembangunan Indonesia, diterbitkan CIDES INDO di sunting oleh A. Makmur Makka (ketua), Mohammad Shoelhi dan Yudi Latif (Anggota) di gagasan ini terdiri dari 8 Bab, belum termasuk daftar rujukan
 
 Pembangunan Berorientasi Nilai Tambah dengan Basis Teknologi Tinggi dan Sumber Daya Manusia

    Transformasi Teknologi dan Industri Menuju Dimensi Baru Pembangunan Bangsa

      Kerjasama Internasional untuk Pengembangan Teknologi, Industri dan Ekonomi

        Dimensi Etis dan Budaya Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


        Spesifikasi (CN-235-100/110)

         

        EADS CASA CN-235.svg

        Karakteristik Umum

         


        Casa Cn 235

        Casa CN 235
        • Kru: 2(dua) pilots
        • Kapasitas: sampai 45 penumpang
        • Panjang: 21.40 m (70 ft 3 in)
        • Bentang sayap: 25.81 m (84 ft 8 in)
        • Tinggi: 8.18 m (26 ft 10 in)
        • Area sayap: 59.1 m² (636 ft²)
        • Berat Kosong: 9,800 kg (21,605 lb)
        • Berat Isi: 15,500 kg (16,500 kg Military load) ( lb)
        • Maksimum takeoff: 15,100 kg (33,290 lb)
        • Tenaga Penggerak:General Electric CT79C turboprops, 1,395 kW (1,850 bhp) each

        Kemampuan

        • Kecepatan Maksimum: 509 km/j (317 mpj)
        • Jarak: 796 km (496 mil)
        • Ketinggian Maks: m ( ft)
        • Daya Menanjak: 542 m/min (1,780 ft/min)
        • Beban Sayap Maks: kg/m² ( lb/ft²)
        • Power/berat: kW/kg ( hp/lb)



        Kita Bisa Membangun dan Mengembangkan:

        1. Kawasan Industri Pesawat Terbang ASEAN Terdistribusi
        2. Asian & African Aerospace Corporation United
        3. Indonesian Universities League for Aerospace Industries
        4. Indonesian Aerospace Community 
        5. Indonesian Aerospace Student Association
        6. Pusat Sekolah Menengah Kejuruan Penerbangan Indonesia (SMK Penerbangan Indonesia)

        Disusun Ulang Oleh:

        Arip Nurahman

        Department of Physics, Faculty of Sciences and Mathematics. Indonesia University of Education
        &
        Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University, Cambridge. USA.

        Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih