Dream Team Indonesia Masa Depan
"Hanya bangsa yang mempunyai semangat, pandangan kedepan, keyakinan, keuletan, kebersamaan dan kecerdasan yang dapat menyelesaikan perjalanannya."
~A.N.~
Pembaca yang budiman, tentu pernah mendengar kata KOHESI, di Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama ketika dahulu mengikuti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Menurut Wikipedia:
Kohesi adalah gaya tarik-menarik antar molekul yang sama. Salah satu aspek yang memengaruhi daya kohesi adalah kerapatan dan jarak antar molekul dalam suatu benda. Kohesi berbanding lurus dengan kerapatan suatu benda, sehingga bila kerapatan semakin besar maka kohesi yg akan didapatkan semakin besar.
Dalam pada ini, benda berbentuk padat memiliki kohesi yang paling besar; dalam bentuk cair lebih lemah, dan dalam bentuk gas yang memiliki kohesi yang paling lemah.
Kohesi dan adhesi memengaruhi bentuk permukaan cairan (meniskus) dalam suatu wadah. Bila cairan tersebut memiliki adhesi yang lebih besar daripada kohesi, maka meniskus yang akan didapatkan adalah meniskus cekung, seperti permukaan air dalam wadah gelas.
Adhesion is the tendency of dissimilar particles or surfaces to cling to one another (cohesion refers to the tendency of similar or identical particles/surfaces to cling to one another). The forces that cause adhesion and cohesion can be divided into several types.
The intermolecular forces responsible for the function of various kinds of stickers and sticky tape fall into the categories of chemical adhesion, dispersive adhesion, and diffusive adhesion. In addition to the cumulative magnitudes of these intermolecular forces, there are certain emergent mechanical effects.
Memperkuat Kohesi Kebangsaan
Syarat paling mendasar bagi keberhasilan proses transformasi setiap bangsa adalah kemampuannya mempertahankan eksistensi dan keutuhannya sepanjang perjalanan.
Pada akhirnya, kemampuan itu bergantung pada kekuatan kohesi sosialnya. Setiap bangsa memiliki kapasitas kohesi sosial yang berbeda. Ada bangsa yang karena sejarah, kultur dan struktur sosialnya mempunyai kohesi sosial yang kuat dan tahan terhadap tekanan serta bantingan.
Jepang dan Korea dengan kultur yang homogen adalah contoh untuk ini. Bangsa lain seperti India dan Indonesia, karena keberagaman kultur dan heterogenitas masyarakatnya, memiliki daya tahan yang secara intrinsik lebih rendah.
Bangsa lain yang kurang beruntung, seperti Yugoslavia dan Irak, memiliki sejarah panjang pertikaian antar kelompok di dalamnya, sehingga begitu orang kuat pemersatunya tiada, pertikaian muncul kembali dan bangsa itu pecah.
Yang perlu diwaspadai, terutama pada tahap-tahap awal yang rawan, adalah bahwa suatu bangsa harus pandai-pandai menjaga keseimbangan antara kekuatan kohesi sosialnya di satu sisi dan kecepatan perubahan yang ingin dilaksanakannya di sisi lain.
Setiap perubahan selalu membawa stress dan strain. Imbangan mana yang paling tepat bagi suatu bangsa, pada akhirnya terpulang pada kenegarawanan dan kearifan pemimpin bangsa atau kaum elitnya.
Kesetiakawanan Sosial dikalangan masyarakat juga perlu terus dikembangkan, pendekatan lunak melaui jalur budaya-seni, olah raga dan kegiatan-kegiatan pemersatu lainnya segera diperluas.
Kebanggaan akan budaya bangsa dan identitasnya dapat dikembangkan dengan memperkuat suatu team olah raga yang mampu menjuarai berbagai pertandingan dalam menghadapi negara-bangsa lain. Seperti Team Olah Raga Bulu Tangkis, Sepak Bola dsb.
Pemerintahan yang bersih, jujur, terbuka, desentralisasi, modernisasi, dan transformasi menuju masyarakat yang maju apabila tidak dikelola dengan arif, dapat menciptakan kekuatan-kekuatan destruktif.
Sebaliknya pendidikan, pertumbuhan ekonomi yang tersebar (broad based) dan penerapan good and clean governance akan memperkuat kohesi sosial.
"Cobalah menjadi seperti besi dan baja bukan seperti gelas kaca, ketika besi dan baja terjatuh atau ditempa mereka tidak pecah seperti gelas kaca, namun memperlihatkan kesolidan dan kekuatannya."
~A. N.~
Semoga.
Amin.
Sumber:
1. Prof. H. Boediono, M.Ec., Ph.D.
2. Arip Nurahman Notes
No comments:
Post a Comment