Tuesday 16 July 2013

Bagaimana Cara Membuat Jembatan Terpanjang di Dunia?

BIG BIGGER BIGGEST: Bridge

"We build too many walls and not enough bridges."
*Almarhum Sir Isaac Newton*



Allhamdulilah Ketika penulis pulang kampung dapat menyaksikan pembangunan jembatan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah di perbatasan Desa Bangunharja dan Kota Banjar.

Dulu jembatan ini hanya menjadi sebuah cerita impian saja, sekarang sedang mulai dibangun, mudah-mudahan dapat menjadi penghubung seluruh masyarakat di sekitar daerah ini.

Memacu pertumbuhan ekonomi di daerah sekitar, lancarnya lalu lintas transportasi yang pada gilirannya bertujuan untuk memperbaiki taraf hidup daerah sekitar jembatan ini.

Lebih dari itu nantinya diharapkan daerah sekitar jembatan menjadi kawasan pertumbuhan ekonomi unggulan, dengan tersedianya pasar, sarana rekreasi masyarakat, taman edukasi, perumahan rakyat, industri kecil menengah, peternakan dan juga kawasan pertanian modern.

Amin.

Di bawah ini dijelaskan berbagai macam jembatan hebat di seluruh dunia. 

List of longest suspension bridge spans



The Akashi Kaikyō Bridge (明石海峡大橋 Akashi Kaikyō Ō-hashi), also known as the Pearl Bridge, links the city of Kobe on the mainland of Honshu to Iwaya on Awaji Island, in Japan. It crosses the busy Akashi Strait (Akashi Kaikyō in Japanese). It carries part of the Honshu-Shikoku Highway.

Since its completion, in 1998, the bridge has the longest central span of any suspension bridge in the world, at 1,991 metres (6,532 ft). It is one of the key links of the Honshū-Shikoku Bridge Project, which created three routes across the Inland Sea.

The bridge has three spans. The central span is 1,991 m (6,532 ft), and the two other sections are each 960 m (3,150 ft). The bridge is 3,911 m (12,831 ft) long overall. The two towers were originally 1,990 m (6,529 ft) apart, but the Great Hanshin earthquake on January 17, 1995, moved the towers so much (only the towers had been erected at the time) that the span had to be increased by 1 m (3.3 ft).

The bridge was designed with a two hinged stiffening girder system, allowing the structure to withstand winds of 286 kilometres per hour (178 mph), earthquakes measuring to 8.5 on the Richter scale, and harsh sea currents. The bridge also contains pendulums that are designed to operate at the resonance frequency of the bridge to dampen forces. 

The two main supporting towers rise 282.8 m (928 ft) above sea level, and the bridge can expand because of heat by up to 2 m (7 ft) over the course of a day. Each anchorage required 350,000 tonnes (340,000 long tons; 390,000 short tons) of concrete. The steel cables have 300,000 kilometres (190,000 mi) of wire: each cable is 112 centimetres (44 in) in diameter and contains 36,830 strands of wire.

The Akashi-Kaikyo bridge has a total of 1,737 illumination lights: 1,084 for the main cables, 116 for the main towers, 405 for the girders and 132 for the anchorages. On the main cables three high light discharged tubes are mounted in the colors red, green and blue. The RGB model and computer technology make for a variety of combinations. Currently, 28 patterns are used for occasions as national or regional holidays, memorial days or festivities.

List of longest bridges in the world


Indonesia Punya Proyek Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda (KSISS)

Presiden Dr. H. Susilo Bambang Y. Memegang Maket Jembatan Selat Sunda.

Menteri Koordinator Perekonomian Dr. Ir. Hatta Rajasa mengatakan, pemerintah akan memutuskan dua opsi pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) pada pekan depan. Sementara proses peletakan batu pertama (ground breaking) tetap ingin dilakukan maksimal di tahun depan.

"JSS itu ada dua opsi. Dua opsi itu sekarang masih dikaji oleh tim 7. Minggu depan akan diputuskan," kata Hatta saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (12/7/2013).

Dua opsi tersebut yaitu, pertama, studi kelayakan (feasibility study/FS) akan tetap dibangun dengan dana APBN. Opsi kedua, studi kelayakan akan dibangun oleh BUMN dan pemrakarsa. Otomatis, dana studi kelayakan juga harus disediakan oleh dua institusi tersebut, bukan dari APBN.

Hingga saat ini, pemerintah telah melakukan pra studi kelayakan yang meliputi studi gelombang, kegempaan, angin, tsunami hingga air laut. Nantinya kajian tim ini akan disampaikan ke tim studi kelayakan selanjutnya. 

Dr. Hatta menjelaskan, pemerintah sudah menyiapkan lahan sekitar 40.000 hektar untuk proyek itu. Kawasan terpadu tersebut, lanjutnya, terbagi seluas 20.000 hektar di daerah Banten dan sisanya di Lampung sebagai penopang berkembangnya daerah industri ketika jembatan Selat Sunda berdiri.

Jembatan Selat Sunda adalah salah satu proyek besar [Mega Project] pembuatan jembatan yang melintasi Selat Sunda sebagai penghubung antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Proyek ini dicetuskan pada tahun 1960 dan sekarang akan merupakan bagian dari proyek Asian Highway Network (Trans Asia Highway dan Trans Asia Railway). 

Ekonomi  Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda

Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Dr. Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, M.A. mengatakan, biaya pembangunan Jembatan Selat Sunda bisa mencapai US$ 25 miliar atau Rp 250 triliun. Sebelumnya, estimasi biaya pembangunan proyek itu besarannya US$ 15 miliar.

“Itu tidak hanya bicara soal jembatan saja, tapi investasi di kiri dan kanannya. Awalnya US$ 15 miliar jadi US $ 25 milar,” kata Dr. Lukita seusai membuka rapat sosialisasi   kebijakan pembangunan dengan media massa di Marbella Suites Bandung.

Kepastian biaya sesungguhnya, kata Dr. Lukita, baru akan diketahui setelah ada hasil studi kelayakan atau feasibility study. Pembangunan proyek itu tidak mungkin hanya infrastruktur jalannya saja.

“Kalau cuma infrastruktur jalannya tadi, pengembalian investasi akan sangat lama sekali, mungkin tidak ada investor yang masuk. Harus dikaitkan dengan pengembangan kawasan di sisi Sumatera maupun di sisi Jawa bersama-sama dengan pembangunan jembatan itu,” ungkap Dr. Lukita.

Proyek Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda atau lebih dikenal Jembatan Selat Sunda ini masuk dalam badan buku rencana proyek kerjasama pemerintah dan swasta atau PPP (public private partnership) Book 2012. Buku tersebut berisikan 58 proyek infrastruktur andalan pemerintah.
Menurut rencana panjang JSS ini mencapai panjang keseluruhan 31 kilometer dengan lebar 60 meter, masing-masing sisi mempunyai 3 lajur untuk kendaraan roda empat dan lajur ganda untuk kereta api akan mempunyai ketinggian maksimum 70 meter dari permukaan air. JSS telah diluncurkan dalam soft launching pada tahun 2007 dan akan dimulai pembangunannya pada tahun 2014 dan diperkirakan dapat mulai dioperasikan pada tahun 2025.

Sejarah
Pengusahan nasional Tomy Winata (TW) mengatakan, Indonesia bisa menjadi pemain penting di dunia dengan membuat sejarah khususnya dalam pembangunan infrastruktur, memperhatikan dan merawat kelestarian lingkungan, serta membangun negara dengan orientasi mensejahterakan rakyat.

Menurut pendiri dan pimpinan grup usaha Artha Graha Network itu, Indonesia mampu dan pasti bisa membuat sejarah dalam membangun infrastruktur penghubung antar pulau. Hal itu bisa dimulai dengan pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) yang akan menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera.

Jembatan ini berawal dari gagasan Prof. Sedyatmo (alm), seorang guru besar di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1960 disebut dengan nama Tri Nusa Bima­sakti yang berarti penghubung antara tiga pulau; yaitu Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Pulau Bali. 

Kemudian, pada tahun 1965 Ir. Soekarno sebagai presiden RI memerintahkan kepada ITB agar melakukan uji coba desain penghubung di mana hasil dari percobaan tersebut berupa sebuah tero­wong­an tunel, yang pada awal Juni 1989 terselesaikan dan diserahkan kepada Presiden Soeharto selaku presiden RI pada saat itu. 

Pada tahun 1997, Presiden Soeharto memerintahkan kepada Prof. BJ Habibie selaku Menristek agar mengerjakan proyek yang diberi nama Tri Nusa Bima­sakti. Pada tahun 1990-an Prof. Wiratman Wangsadinata dan Dr. Ir. Jodi Firmansyah melakukan pengkajian uji coba desain kembali terhadap perencanaan peng­hu­bungan antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera, pada hasil pengkajian menyatakan bahwa penghubung dengan melalui sebuah jembatan ternyata lebih layak bila dibandingkan dengan penghubung dengan melalui sebuah tero­wong­an di bawah dasar laut. 

Sedangkan, untuk Jembatan Selat Bali yang menghubungkan antara Pulau Jawa dengan Pulau Bali belum terlaksana karena pemerintahan daerah Provinsi Bali belum bersedia.

Seluruh pulau di Indonesia harus terhubung, konektivitas menjadi prioritas.

Indonesia Bisa!

Sumber:

1. Big Bigger Biggest
2. Mega Structure
3. Wikipedia
4. Kementrian PU
5. Kementrian BUMN
6. Bappenas: Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional

No comments: