Wednesday, 3 April 2013

Superfluidity

Superfluidity is a state of matter in which the matter behaves like a fluid with zero viscosity.

While originally this phenomenon was discovered in liquid helium, it has found applications not only in the theory of liquid helium but also in astrophysics, high-energy physics and theories of quantum gravity.

The phenomenon is related to the Bose–Einstein condensation but not identical: not all Bose-Einstein condensates can be regarded as superfluids and not all superfluids are Bose–Einstein condensates.

Lihat Juga:

  • Macroscopic quantum phenomena
  • Bose–Einstein condensate
  • Superfluid helium-4
  • Superconductivity
  • Supersolid
  • Quantum hydrodynamics
  • Superfluid vacuum
  • Slow light


Sumber:

http://en.wikipedia.org/wiki/Superfluid

Master dalam Bidang Space Science Engineering

Apa itu Teknik Dirgantara dan Ke-Antariksaan? 


 "Terbanglah-terbang wahai semangat, tembuslah langit kesulitan, raihlah asa dan cita kita bersama"
~A.N~

Semua itu berawal dari Keinginan manusia untuk terbang menjelajahi atmosfer dan lingkungan di luar atmosfer, banyak cara yang dapat dilakukan manusia untuk terbang, ada yang menggunakan sayap, ada yang menggunakan roket, intinya adalah menghasilkan gaya yang dapat melawan gravitasi, penerbangan inner atmosphere memanfaatkan udara untuk dapat menghasilkan gaya-gaya fluida baik aerostatik maupun aerodynamik, sedangkan penerbangan outer atmosphere menggunakan tenaga yang dihasilkan oleh roket. 

The program was developed jointly by Aerospace Engineering; Atmospheric, Oceanic & Space Sciences; and Electrical Engineering and Computer Science. 

Program Objectives:

* To provide a comprehensive knowledge of space science and engineering and their interrelationship. 
* To increase depth beyond the baccalaureate level in a space-related discipline. 
* To teach the systems approach to conceiving, designing, manufacturing, managing, and operating complex space systems. 
* To provide practical experience in space system design, project development and management. 

Program Concentrations While your specific concentration curriculum will be decided through discussion with your program advisors, suggested programs have been developed. 


Suggested programs exist for the following concentrations: 

* Space Science 

* Propulsion 

* Plasma Electrodynamics & Sensors Instrumentation & Sensor Payloads 

* Launch Vehicles 

* Telemetry & Spacecraft Communication 

* Astrodynamics 

* Computer Control & Data Handling

 * Program Administration 

Aerospace Engineering Graduates Demonstrate: 

* An ability to apply knowledge of mathematics, science, and engineering

* An ability to design and conduct experiments, as well as to analyze and interpret data

* An ability to design a system, component or process to meet desired needs

* An ability to function on multi-disciplinary teams

* An ability to identify, formulate, and solve engineering problems

* An understanding of professional and ethical responsibility

* An ability to communicate effectively

* The broad education necessary to understand the impact of engineering solutions in a global and societal context.

* A recognition of the need for, and an ability to engage in life-long learning.

* A knowledge of contemporary issues.

* An ability to use the techniques, skills, and modern engineering tools necessary for engineering practice.

* A knowledge of aerodynamics, aerospace materials, structures, propulsion, flight mechanics, orbital mechanics, software, and stability and control.

* Competence in the integration of aerospace science and engineering topics and their application in aerospace vehicle design.

Kunjungi Juga: 


Open.Michigan is a University of Michigan initiative that enables faculty, students, and others to share their educational resources and research with the global learning community.


Kunjungi juga sekolah Online Kami dalam Bidang Ilmu Pengetahuan Dirgantara dan Ke Luar Angkasa'an

Indonesian Space Sciences & Technology School

Sebuah persembahan sederhana dari para ilmuwan muda tanah air untuk kemajuan peradaban umat manusia.

Indonesian University Space Research Association


Mari Belajar hingga Belajar menjadi bagian dari hidup kita, semoga.

Aamiin

Sumber:

http://astrophysicsblogs.blogspot.com/2012/06/aerospace-engineering-course.html
http://ocw.mit.edu/courses/aeronautics-and-astronautics/ [MIT Aeronautics & Astronautics]


Tuesday, 2 April 2013

Memahami Mutasi Genetik Akibat Bencana Nuklir


"Kita tidak dapat memegang obor untuk menerangi jalan orang lain tanpa menerangi jalan kita sendiri"
~Pepatah Bijak~

Berawal dari sebuah pertanyaan sederhana:
Kenapa bentuk fisik manusia tidak ada yang sama?

Mengapa setiap individu tiada yang sama persis?


Memahami Mutasi

Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA), baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom. Mutasi pada tingkat kromosomal biasanya disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat mengarah pada munculnya alel baru dan menjadi dasar munculnya variasi-variasi baru pada spesies.

Mutasi terjadi pada frekuensi rendah di alam, biasanya lebih rendah daripada 1:10.000 individu. Mutasi di alam dapat terjadi akibat zat pembangkit mutasi (mutagen, termasuk karsinogen), radiasi surya, radioaktif, sinar ultraviolet, sinar X, serta loncatan energi listrik seperti petir.

Individu yang memperlihatkan perubahan sifat (fenotipe) akibat mutasi disebut mutan. Dalam kajian genetik, mutan biasa dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami perubahan sifat (individu tipe liar atau "wild type").



"Jangan pernah melarikan diri dari masalah, di sanalah engkau belajar, mengenal perjuangan dan makna kehidupan"
~ManJaddaWaJadaa~

 

Induced mutation



Induced mutations on the molecular level can be caused by:
  • Chemicals
    • Hydroxylamine NH2OH
    • Base analogs (e.g. BrdU)
    • Alkylating agents (e.g. N-ethyl-N-nitrosourea) These agents can mutate both replicating and non-replicating DNA. In contrast, a base analog can only mutate the DNA when the analog is incorporated in replicating the DNA. Each of these classes of chemical mutagens has certain effects that then lead to transitions, transversions, or deletions.
    • Agents that form DNA adducts (e.g. ochratoxin A metabolites)
    • DNA intercalating agents (e.g. ethidium bromide)
    • DNA crosslinkers
    • Oxidative damage
    • Nitrous acid converts amine groups on A and C to diazo groups, altering their hydrogen bonding patterns which leads to incorrect base pairing during replication.
  • Radiation
    • Ultraviolet radiation (nonionizing radiation). Two nucleotide bases in DNA – cytosine and thymine – are most vulnerable to radiation that can change their properties. UV light can induce adjacent pyrimidine bases in a DNA strand to become covalently joined as a pyrimidine dimer. UV radiation, particularly longer-wave UVA, can also cause oxidative damage to DNA. Mutation rates also vary across species. Evolutionary biologists have theorized that higher mutation rates are beneficial in some situations, because they allow organisms to evolve and therefore adapt more quickly to their environments. For example, repeated exposure of bacteria to antibiotics, and selection of resistant mutants, can result in the selection of bacteria that have a much higher mutation rate than the original population (mutator strains).

Mutasi Akibat Radiasi Nuklir

Kecelakan di reaktor nuklir Fukushima menyebabkan mutasi gen pada kupu-kupu yang berada di sekitarnya. Para ilmuwan yakin, radioaktif merusak pewarisan genotip.

Radiasi bahan radioaktif yang masih terjadi di Jepang bisa menyebabkan mutasi genetik pada generasi kupu-kupu berikutnya. Ini hasil penelitian Universitas Ryukyu di Okinawa. Sekitar 12 persen jenis kupu-kupu warna biru.

Perubahan gen diperkirakan terjadi ketika binatang itu masih dalam bentuk larva setelah bencana reaktor Maret 2011 lalu di Fukushima. Setelah bermetamorfosis, larva berubah menjadi kupu-kupu yang memiliki ketidak normalan bentuk, seperti bersayap lebih kecil dan memiliki kelainan pada mata.

Peneliti terus membiakkan keturunan serangga itu di laboratorium. 18 persen keturunannya juga mengalami mutasi. Pada generasi ketiga, jumlah kupu-kupu dengan bentuk yang tidak normal bertambah hingga 34 persen, walaupun salah satu orangtuanya berasal dari populasi yang sehat.

Enam bulan setelah bencana Fukushima, para peneliti kembali mengumpulkan 240 jenis kupu-kupu biru dari kawasan sekitar reaktor. 52 persen keturunannya juga menderita mutasi genetik.

Hasil penelitian membuktikan, bahwa radiasi bahan radioaktif di Fukushima merusak pewarisan genotip atau susunan genetik kupu-kupu. Demikian pernyataan para ilmuwan dalam jurnal online "Scientific Reports".

Kupu-kupu dianggap para pakar sebagai semacam indikator alam. Jika mereka bereaksi terhadap lingkungan, maka ini bisa menunjukkan perubahan di masing-masing ekosistem.

Namun, profesor yang meneliti hal tersebut, Jogi Otaki, memperingatkan untuk tidak terlalu cepat menarik kesimpulan. Hasil penelitian tidak bisa dianggap memiliki dampak yang sama bagi jenis hewan lain atau bahkan manusia. Kini para pakar berencana untuk meneliti jenis binatang lain.



Lalu bisakah dengan Iptek Nuklir yang terkendali dan dirancang secara hati-hati serta spesifik dapat membuat mutasi yang bermanfaat bagi kemanusiaan?

Lihat Juga:


Kunjungi juga:

http://www.batan.go.id/  (BATAN)

http://www.iaea.org/ (International Atomic Energy Agency)

http://nuclearscienceandtechnology.blogspot.com/  (Sekolah Sains dan Teknologi Nuklir)

http://masyarakatipteksindonesia.blogspot.com/2010/02/nuklir-indonesia_8979.html (Masyarakat Nuklir Indonesia)

http://www.sttn-batan.ac.id/ (Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN)

http://ocw.mit.edu/courses/nuclear-engineering/ (Nuclear Engineering OpenCourseWare from MIT)



Sumber:

1. http://www.dw.de/mutasi-genetik-akibat-bencana-nuklir
2. Twitter Sahabat
3. X-Men
4. http://en.wikipedia.org/wiki/Mutation
5. http://astrophysicsblogs.blogspot.com/2013/03/mengoptimalkan-e-journal-badan-tenaga.html

Ucapan Terima Kasih Kepada:

1. I Gde Eka Dirgayusa, S.Pd. [Mahasiswa S2 Bidang Peminatan Biofisika dan Fisika Medis]
2. Defrianto Pratama, S.Pd. [Mahasiswa S2 Bidang Peminatan Biofisika dan Fisika Medis]
3. Nina Widiawati, S.Pd. [Mahasiswa S2 Bidang Peminatan Fisika Nuklir]
4. Fitria Miftasani, S.Pd. [Mahasiswa S2 Bidang Peminatan Fisika Nuklir]