Saturday 30 March 2013

HABIBIENOMICS: Pembangunan Berdasarkan Nilai Tambah dengan Orientasi IPTEKS dan Industri



"Saya garis bawahi pentingnya kita menjadikan NERACA JAM KERJA sebagai Indikator Makro Ekonomi disamping NERACA PERDAGANGAN dan NERACA PEMBAYARAN." 
~Prof. Habibie~

Habibienomics adalah sebutan yang diberikan oleh Kwik Kian Gie ketika menanggapi konsep pembangunan ekonomi yang disampaikan oleh Prof. Habibie. Habibienomics mempunya kecendrungan dan kemiripan dengan ekonom-ekonom terkenal seperti Paul Krugman, James Brander, Barbara Spencer, dsb. 

Pemikiran habibienomics datang dari seorang Profesor Dirgantara yang menuntut ilmu pada ilmu teknik penerbangan, sehingga konsep dari habibienomics menitik beratkan pada pengembangan sumber daya manusia dan penguasaan sains & teknologi dapat menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi. 

Pemikiran Mazhab Habibienomics dibuktikan dalam kebijakannya yang berpihak pada industry berteknologi canggih, beasiswa keluar negeri yang cukup banyak diberikan oleh BPPT, dan dana untuk R & D. (Research and Development) Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), sekarang PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI), sangat menjanjikan pada era orde baru. 

Anggaran negara cukup banyak terkuras untuk membiaya IPTN saat itu sehingga banyak musuh-musuh politik dari Prof. Habibie (terutama dari kalangan Mafia Berkeley) mengkritik pemborosan yang dilakukan oleh Mazhab Habibienomics. 

Tapi sesungguhnya bagi saya pribadi, Habibienomics sebenarnya mempunyai dampak yang cukup besar, bukan hanya untuk para engineer, tapi juga lulusan STM dan politeknik (D3) bahkan pula peningkatan keterampilan pekerja dan masyarakat Indonesia. 

Prestasi pesawat N-250 dengan sistem fly-by-wire yang dipuji dunia adalah salah satu prestasi yang membanggakan dari Habibienomics.

Sayangnya, krisis finansial tahun 1997/98 menghentikan IPTN (selain pula kurangnya kemampuan manajerial dari IPTN). Prof. Habibie sendiri yang menjadi Presiden Indonesia setelah menggantikan presiden Soeharto tidak mampu berbuat banyak untuk kemajuan Habibienomics. 

Sebenarnya tidak banyak waktu untuk menunjukkan hasil dari Habienomics sehingga banyak pula kritik datang pada Habibienomics yang kuat secara konsep namun lemah dalam implementasi. Saya pribadi harap dengan kembalinya Prof. Habibie dalam industri penerbangan dengan Memperkuat PT. Dirgantara Indonesia dan mendirikan PT. Regio Aviasi Industri (PT.RAI) pada hari kebangkitan teknologi nasional tahun lalu mampu membangkitkan HABIBIENOMICS.

Amin

Semoga

Semangat Indonesia, Pasti Bisa!

No comments: