"Kesabaran adalah hal yang sangat berarti dan diperlukan agar seseorang bisa melewati kesulitan demi kesulitan yang dihadapi."
~Ust. Yusuf Mansur~
Terima Kasih Ya Robbana, hari ini penulis mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Wisuda Akbar Indonesia Menghafal Qur'an ke-4 di Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta. Acara ini dipelopori oleh Ust. Yusuf Mansur yang riang dan penuh pesona itu, selain itu beliau adalah pendiri Yayasan Program Pembibitan Penghafal Al-Qur’an (PPPA), Penulis Produktif, Pembicara juga pendiri jaringan Darul Qur'an International School.
Bersama sahabat Forsalim kami menghadiri acara tersebut, terasa malu dan sangat menyesal sekali diusia yang sudah mulai menua ini hafalan Qur'an saya belum banyak, untuk Juz 30 dan surat-surat pendek-pun tak begitu hafal.
Sedangkan ribuan anak-anak dan pemuda sudah begitu banyak terlihat yang mampu menghafal ayat-ayat suci Al-Quran.
Wisuda Akbar Indonesia Menghafal Qur’an ke-4, dihadiri sejumlah Ulama dan Qari’ Internasional. Ulama yang hadir diantaranya adalah: Syekh Saad Al-Ghomidi Imam Besar Mesjid Madinah dan
Dr. Abdullah bin Ali Basfar (Saudi Arabia), Syekh Abdul Jamal Yusuf
(Gaza Palestina), Dr. Amin Kurdi (Lebanon), Syekh Thoriq (Kementrian Agama dan
Wakaf Qatar) serta Dr. Kholid (Lebanon).
Sebuah pengalaman yang sangat berharga.
“Kematian itu pasti, jangan takut akan mati, tapi takutlah hidup tak manfaat dan mati su'ul khotimah.”
~KH. Abdulah Gymnastiar~
Tipologi Hubungan Sains dan Agama
The relationship between religion and science has been a subject of study since Classical antiquity,
addressed by philosophers, theologians, scientists, and other
commentators. Perspectives from different geographical regions, cultures
and historical epochs are diverse. Recent commentators have
characterized the relationship as one of 4 categories: conflict,
independence, dialogue, and integration. Discussions of what is science
and what is not science, the demarcation problem
in the philosophy of science, have intersected with discourse on
religion in some instances and both have had complex relations in their
historical interactions.
Isu hubungan sanis dan agama tidaklah selalu konfilk sebagaimana banyak orang duga. Sebagian kalangan berusaha mencari hubungan antara sains dan agama namun ada juga kalangan yang beranggapan bahwa sains dan agama tidak akan pernah dapat dipertemukan.
Pada tahun 1990-an, berkembang diskusi tentang sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci) di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Diskusi dimulai oleh Ian G. Barbour yang mengemukakan teorinya tentang “Empat Tipologi Hubungan Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Agama (Kitab Suci)”.
4 Tipologi Hubungan Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Agama (Kitab Suci) menurut Ian G. Barbour yaitu :
* Tipologi Konflik
* Tipologi Independensi
* Tipologi Dialog
* Tipologi Integrasi
Tipologi ini menganggap bahwa sains dan agama saling bertentangan. Tipologi ini dianut oleh kelompok materialism ilmiah dan kelompok literalisme kitab suci.
Pandangan kelompok Materialisme Ilmiah
- Keyakinan agama tidak dapat diterima karena agama bukanlah data yang dapat diuji dengan percobaan
- Teori ilmiah melambungkan filsafat materialisme dan merendahkan perintah moral Tuhan
- Fundamentalisme Sains (ilmu pengetahuan)
- Fundamentalisme Agama (kitab suci)
Sikap yang merasa dirinya yang paling benar dan menyalahkan orang lain lah yang membuat konflik agama dan sains.
Tipologi Independensi
Tipologi ini menganggap bahwa konflik sains dan agama tidak perlu
terjadi karena sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci) berada
pada wilayah yang berbeda.
Tipologi Dialog
Tipologi ini mencari hubungan antara sains dan agama (kemiripan dan
perbedaannya) secara ilmiah baik hubungan konseptual dan metodologis.
Konseptual- Sains menyentuh persoalan di luar wilayahnya sendiri (misalnya: mengapa alam semesta serba teratur?)
- Sains digunakan sebagai analogi untuk membahas hubungan Tuhan dengan dunia, yakni adanya kesejajaran konseptual antara teori ilmiah dan keyakinan teologi
- Sains digunakan sebagai analogi untuk membahas hubungan Tuhan dengan dunia, yakni adanya kesejajaran konseptual antara teori ilmiah dan keyakinan teologi
- Data ilmiah yang menjadi dasar sains, ternyata melibatkan unsur-unsur subyektifitas
- Subyektivitas itu terjadi pada asumsi-asumsi teoritis yang digunakan dalam proses pemilahan, pelaporan, dan penafsiran data
- Sebagian teori sains lahir dari imajinasi kreatif yang di dalamnya mengandalkan analogi dan model
- Agama tidak sesubyektif yang diduga
- Data agama (pengalaman keagamaan, ritual, dan kitab suci) lebih banyak diwarnai penafsiran konseptual
- Asbaabun nuzuul (Al-qur’an)
- Asbaabul wuruud (Al-hadits)
Target dari tipologi ini adalah memadukan antara agama dan sains sehingga dapat berjalan bersama-sama dengan menyerukan perumusan ulang terhadap gagasan-gagasan teologi tradisional dan teologi tradisional dikaji secara lebih ekstensif (luas) dan sistematis.
Ada 3 versi integrasi yaitu:
- Natural Theology
- Theology of Nature
ITT + S = TR (Arthur Peacocke)
Dimana :ITT = Iman dan teologi tradisional
S = Sains
TR = Teologi yang telah direvisi
Teologi ini akan menjadikan pemahaman keagamaan yang disinari sains ketika agama dipersatukan dengan sains.
- Sintesis Sistematis
"Kepercayaan diri adalah salah satu modal terbesar untuk sukses"
~Ust. Yusuf Mansur~
Ucapan Terima Kasih Kepada:
Dr. rer. nat. Muhammad Farchani Rosyid, M.Sc.
Kang Agus Heruman, S.Si. (MTU Singapore & Germany, Founder Forsalim)
Kang Iqbal Robiyana, S.Pd. (Guru di Darul Qur'an International School)
Kang H. Bambang Achdiyat, S.Pd. (Guru di Asyifa Boarding School, Motivator, Penulis dan Founder Belajar Menuju Ihsan)
Semoga kami semua dimudahkan untuk memahami ayat-ayat Qauliyah dan ayat-ayat Kauniyah-Mu
Amin.
Sumber:
1. http://www.pppa.or.id/
2. http://scienceislamblog.wordpress.com/
3. http://harunyahya.com/
4. http://en.wikipedia.org/wiki/Relationship_between_religion_and_science
5. http://irmforsalim.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment