Monday, 31 December 2012

Peluang Indonesia untuk Meraih Nobel

“Bisakah orang Indonesia meraih hadiah Nobel?” 


Penulis Bersama Peraih Nobel Kimia Prof. Robert Huber is a German biochemist and Nobel laureate.
He studied chemistry at the Technische Hochschule, receiving his diploma in 1960. 
He stayed, and did research into using crystallography to elucidate the structure of organic compounds.
In 1971 he became a director at the Max Planck Institute for Biochemistry where his team developed methods for the crystallography of proteins.  In 1988 he received the Nobel Prize for Chemistry jointly with Johann Deisenhofer and Hartmut Michel.


Pertanyaan ini mirip judul buku yang sedikit provokatif yang ditulis Prof. Kishore Mahbubani, Can Asians think? 

Pertanyaan ini memang terasa merendahkan bagi bangsa-bangsa Asia dan dunia ketiga termasuk Indonesia. Mahbubani sendiri adalah orang Asia. 

Tetapi paparannya akan membuat orang Asia dan semua orang berpikir lebih baik. Pertanyaan yang sama pantas ditujukan kepada kita bangsa Indonesia yang tengah membangun dalam segala bidang.

"Bisakah orang Indonesia berpikir?" 

Rasanya terlalu "ketus" untuk judul tulisan ini. Berpikir menyelesaikan soal ujian akan sangat berbeda dengan proses berpikir dalam arti sesungguhnya untuk menyelesaikan persoalan hidup. Mental seperti ini hanya akan tumbuh dari didikan alam untuk mandiri dalam menghadapi segala macam tantangan hidup sejak seseorang masih kecil. Budaya berpikir ilmiah adalah budaya hidup mandiri. 

Orang yang tidak terbiasa mandiri akan cenderung menempuh jalan short cut. Mereka adalah orang-orang yang terbiasa "disuapi" dengan layanan baik dari orang lain maupun dari alam di mana dia tinggal. Langkah pertama untuk meraih hadiah Nobel adalah memang berpikir yang benar. 

Apabila kita tidak bisa berpikir dengan benar, janganlah kita bermimpi untuk bisa meraih suatu penghargaan, apalagi meraih hadiah Nobel. Saya tidak akan berbicara tentang bagaimana meraih hadiah Nobel. 

Saya hanya ingin mengatakan bahwa aktivitas riset untuk menghasilkan sesuatu yang berarti, apalagi agar bisa meraih hadiah Nobel, hasil riset tersebut harus memiliki pengaruh/impact yang nyata dalam kehidupan sosial dan ekonomi kita, sekecil apapun pengaruh itu. 

Pertama, Sebuah invensi yang baik biasanya berasal dari sebuah serendipitas dan keuletan dalam menekuni proses berpikir ilmiah untuk menyelesaikan persoalan dalam dunia nyata.

Kata serendipitas berasal dari kata bahasa Inggris serendipity yang berarti mental atau karakter yang bisa merasakan "kenikmatan" yang tidak ternilai harganya saat melakukan penemuan yang tidak terduga-duga. 

Kenikmatan seperti ini hanya dirasakan oleh orang yang menjadikan hidupnya senantiasa penuh dengan aktifitas berpikir (reasoning) dan dzikir (learning). 

Orang yang mempunyai jiwa serendipitas adalah orang menjadikan laboratorium (lab) sebagai hidupnya dan hidupnya adalah lab. Lab adalah ajang berpikir dengan segala bentuk dan kondisi fisiknya, tidak terbatas pada lab dalam arti yang sebenarnya. 

Seperti yang dikatakan Newton:
“Cara terbaik untuk menjadi seorang ilmuwan yang baik, anda harus berpikir tentang itu sepanjang waktu, baik di waktu anda bangun maupun di waktu anda tidur.” 

Sebuah penemuan yang baik pasti berasal dari sebuah budaya berpikir yang baik. Kita harus membangun sebuah lingkungan untuk menumbuh suburkan budaya riset di masyarakat kita. 

Kompetisi dan forum-forum ilmiah adalah kesempatan yang baik untuk membangun lingkungan seperti itu. Para ilmuwan atau peneliti biasanya lebih termotivasi dengan berkompetisi dan lebih terinspirasi dengan saling bertukar pendapat di dalam forum ilmiah. 

Karena itu kita harus mendorong agar para ilmuwan dan peneliti kita bisa berpartisipasi sebanyak mungkin dalam acara-acara ilmiah internasional. 

Hal yang kedua adalah impak sosial dan ekonomi dari sebuah penemuan atau invensi. Di sini saya ingin menekankan tentang pemanfaatan atau pendayagunaan sebuah penemuan. 

Ada proses yang panjang antara sebuah penemuan sampai munculnya impak ekonomi dan sosial dari penemuan tersebut. Proses ini meliputi proof-of-concept atau uji kelayakan di tingkat laboratorium, komersialisasi sampai akhirnya terjadi adopsi yang meluas terhadap hasil penemuan itu. 

Akan memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dihasilkannya sebuah produk komersial dari sebuah penemuan, dan bahkan mungkin akan memerlukan puluhan tahun lagi agar produk itu memiliki impak secara sosial dan ekonomi. Saat itulah, sebuah invensi berubah menjadi sebuah inovasi. 

Agar sebuah penelitian menghasilkan impak sosial dan ekonomi, maka penelitian itu harus menjawab sesuatu. Penelitian itu harus memberikan kontribusi kepada pemecahan masalah, apakah itu permasalahan ilmiah ataupun permasalahan nyata di masyarakat atau di dalam sebuah proses ekonomi. 

Untuk menjamin tersedianya solusi ilmiah dari setiap permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat kita, maka harus ada upaya yang berkesinambungan dalam aktivitas penelitian dan pengembangan. 

Upaya yang kontinyu dan berkesinambungan ini akan membangun sebuah akumulasi pengetahuan dan know-how yang akan mengantarkan kita kepada solusi substantif dari permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat. 

Sebuah break-through atau penemuan besar yang dapat menyelesaikan permasalahan besar, sehingga layak untuk mendapatkan hadiah Nobel, hanya akan muncul dari pengetahuan dan know-how yang terakumulasi.

Karena itulah, upaya kontinyu dan berkesinambungan dalam kegiatan penelitian dan pengembangan, harus tersambung dengan upaya kita untuk mendayagunakan pengetahuan dan know-how yang kita miliki. Apabila pengetahuan yang dihasilkan dari penelitian ilmiah itu tidak didayagunakan, maka semua upaya penelitian kita tidak akan berkesinambungan. 

Pemecahan masalah muncul dari inovasi, dan apa yang tidak didayagunakan bukanlah sebuah inovasi, jadi tidak memberikan solusi apa-apa. 

Misalnya Kementerian Riset dan Teknologi dan Kemendikbud telah menjadikan prioritas untuk meningkatkan pendayagunaan iptek di masyarakat melalui berbagai upaya untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan antara perguruan tinggi dan lembaga litbang di satu sisi, dengan masyarakat di sisi lain, guna mempromosikan siklus pengembangan akumulasi pengetahuan dan pendayagunaannya. 

Saya sangat memahami bahwa meniti karir ilmiah, khusunya untuk peneliti muda dan cemerlang, di negara berkembang seperti Indonesia, tidaklah mudah. 

Dituntut motivasi, disiplin dan komitmen profesional yang kuat. Tetapi saya juga meyakini bahwa ilmuwan muda Indonesia sama pandainya, sama bersemangatnya, juga tentu sama kreatif dan inovatifnya dengan ilmuwan-ilmuwan di luar negeri. 

Terutama di era informasi global seperti sekarang ini, kita mengenal perumpamaan the world is flat. Seorang mahasiswa di sini, di Bandung, dapat memiliki kesempatan yang sama dengan rekannya di belahan dunia mana pun, untuk dapat mengakses ilmu pengetahuan global yang diperlukannya untuk meniti karir ilmiahnya. 

Karena itu, akumulasi pengetahuan seharusnya tidak dibatasi kepada akumulasi di dalam sebuah individu atau sebuah masyarakat atau perusahaan yang tertutup. Akumulasi pengetahuan dapat terjadi melalui jaringan pengetahuan global. 

Dunia kita hari ini sudah lebih terbuka daripada sebelum-sebelumnya. Setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan global yang sudah terakumulasi oleh ummat manusia selama berabad-abad, dan setiap dari kita dapat memanfaatkannya sesuai dengan kepentingan kita masing-masing. 

Apa yang diperlukan adalah komunikasi, pembangunan jaringan dan kolaborasi, untuk menutup jurang pemisah ilmu pengetahuan dan untuk menjembatani keterpisahan informasi, hal yang sudah menjadi lebih biasa sekarang ini daripada di masa lampau, dikarenakan kemajuan teknologi komunikasi global.

Karena itu saya percaya bahwa ilmuwan-ilmuwan muda Indonesia memiliki kesempatan yang lebih banyak sekarang ini untuk dapat berpartisipasi langsung dalam berbagai aktivitas penelitian kelas dunia, meskipun mereka berada di Indonesia. 

Jadi bukanlah sebuah angan-angan muluk bagi seorang ilmuwan Indonesia untuk bisa menjalankan sebuah penelitian yang layak mendapatkan hadiah Nobel. 

Tentu kita mengharapkan hal ini suatu saat akan betul-betul terjadi.

Mengenal Riset Unggulan Terpadu

Secara umum RUT mencakup tiga program IPTEK, yaitu program teknologi yg bersifat generik (TG), ilmu pengetahuan terapan (IPT), dan ilmu Pengetahuan dasar (IPD).

Diantaranya ada beberapa bidang.

1. Bidang Bioteknologi 
2. Bidang Dinamika/Perubahan Sosial 
3. Elektronika dan Informatika 
4. Ilmu bahan/material baru 
5. Ilmu kimia dan proses 
6. Rancang Bangun 
7. IPTEK Energi 
8. IPTEK hasil pertanian (perikanan, perkebunan, kehutanan dsb.) 
9. IPTEK Kedokteran/Kesehatan 
10. IPTEK Perlindungan Lingkungan
11. Teknologi Pendidikan. 

Sumber:

1. Arip Nurahman Notes
2. Kemendikbud
3. Kemenristek

Semoga Bermanfaat.

Sunday, 30 December 2012

Rahasia Kebangkitan: Membangun Kecerdasan Kolektif

Renungan dan Refleksi Akhir Serta Sebuah Awal yang Baru


Ini adalah awal dari kebangkitan besar. 

Orang-orang yang sudah belajar itu akan memulai menyebarkan ilmunya kepada dunia. 

Dimulai dari satu orang menjadi dua orang, lalu puluhan, ratusan, ribuan, dan jutaan, bahkan sekarang milyaran. 

Nantinya, seluruh peradaban akan segera mengalami proses refresh, rejuvenation. 

Akumulasi kecerdasan yang besar dan intens akan terbentuk. 

Kecerdasan yang bersifat masal dan strategis mencakup seluruh bangsa dan setiap manusia.

Ini adalah buah dari kecerdasan dan kerjasama kolektif orang-orang yang mengabdi kepada kemanusiaan, kepada harapan akan keadaan nasib bumi yang lebih baik di masa depan. 

Masalah-masalah yang super sulit, pelik dan tadinya dipandang tak mungkin terpecahkan, lambat laun akan terurai dan terselesaikan. 

Harapan-harapan baru akan muncul dan tercipta. Sebuah kesadaran baru akan hadir. Sebuah peradaban akan segera lahir, rumah bagi segala manusia dengan rasa tentram dan damai. 

Penuh dengan keadilan dan kesejahteraan, gemah ripah loh jinawi tata tingtrim kertaraharja. 



Mulai dengan Belajar 

Tidak peduli seberapa bodohnya kita, ketika kita belajar, manusia akan menjadi lebih baik dan lebih kuat. 

Ketika umat manusia belajar, kita bisa menciptakan kekayaan yang berlimpah-limpah, mengobati penyakit-penyakit yang sebelumnya tidak bisa disembuhkan, atau membelah atom dan bahkan terbang ke-Bulan, ke-Mars atau mengarungi lautan Kosmos bisa dilakukan pula. 

Ketika kita belajar dengan menyenangkan dan sungguh-sungguh sesuatu yang besar akan terjadi, keajaiban akan muncul. 

Manusia memang diberikan Tuhan sebuah anugrah yang luar biasa, yakni kemampuan untuk belajar dan berubah.

Kita bisa berbuat baik dan menjadi makin baik. 

Walaupun 1000 Tahun lamanya manusia akhirnya akan belajar. 

Tuhan juga pada waktunya akan memberikan sedikit ujian untuk mendorong manusia supaya berubah demi kebaikan. 

Merasakan segarnya udara, hijaunya panorama, gemercik air yang mengalir, semilir angin kehidupan, nikmatnya persaudaraan dan lezatnya buah-buahan yang disediakan oleh Sang Pencipta melalui tangan Alam, membuat kita bersyukur dan bertafakur.

Hidup harus berpikir, jika tidak, kehadiran kita di tengah-tengah manusia menjadi sama sekali tak berarti. Keberadaan kita justru akan menyulitkan mereka.

Melihat pohon-pohon tetap tegap meski badai melanda, berkembang dan berbuah walau panas menerpa. Sungguh begitu luar biasa karuniaNya.

Manusia dapat menjadi mulia karena memiliki akal yang digunakan untuk kemaslahatan sesama.

Kemampuan berpikir yang merupakan kado istimewa pemberian Allah SWT menjadi pembeda dengan makhluk lain, seperti angin, batu, api, air, tumbuhan dan binatang.

Sebuah karya besar merupakan realisasi dari hasil pemikiran. Karena itu banyak para bijak bertuah:

Merenung dan berpikirlah sejenak, mungkin kita akan mendapatkan petunjuk dan keberuntungan dalam beberapa waktu kedepan.



Ya Rabbana, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang baik dan membaikan, yang khusnul khatimah. 

Yang mencintai ilmu dan menggunakannya untuk kebaikan semua. 

Bangkitlah Negeriku Harapan Itu Masih ada. 

Semangat. 

Sumber: 

Arip Nurahman Notes
Imperium Indonesia: Zaman Kebangkitan Besar.

Saturday, 29 December 2012

Oleh-Oleh e-Buku dari NASA

NASA's Vision:

"To reach for new heights and reveal the unknown so that what we do and learn will benefit all humankind"




National Aeronautics and Space Administration (NASA) (didirikan 1958) adalah agensi pemerintah Amerika Serikat yang bertanggung jawab atas program angkasa AS dan riset aerospace umum jangka panjang. Dia merupakan organisasi masyarakat yang melakukan riset bagi sistem ruang angkasa masyarakat dan militer.
Seorang Ilmuwan dari NASA sedang Menjelaskan Science and Technology Sederhana untuk Para Guru.
Kerjasama LAPAN dan NASA, di Indonesia



Allhamdulilah penulis mendapatkan beberapa e-buku dari NASA semoga bermanfaat.

Unduh beberapa e-buku dari NASA:



Antariksawan (lazim disebut astronot) adalah sebutan bagi orang yang telah menjalani latihan dalam program penerbangan antariksa manusia untuk memimpin, menerbangkan pesawat, atau menjadi awak pesawat antariksa. Istilah "astronot" juga kadang digunakan untuk merujuk secara spesifik kepada antariksawan yang berasal dari Amerika Serikat atau negara sahabat, berbeda dengan seorang kosmonot yang berasal dari Uni Soviet/Rusia. Kosmonot pertama adalah Yuri Gagarin. Semenjak tahun 2003 dikenal pula istilah taikonot (meski bukan istilah resmi pemerintah Tiongkok), antariksawan dari Tiongkok. Taikonot pertama adalah Yang Liwei.

Antariksawan-antariksawan pertama, baik di AS maupun Uni Soviet, biasanya merupakan pilot pesawat tempur  umumnya pilot-pilot penguji  dengan latar belakang militer. Antariksawan militer biasanya menerima tanda kualifikasi khusus, dikenal di AS dengan nama Astronaut Badge setelah menyelesaikan latihan dan mengikuti penerbangan ke luar angkasa.

Lebih dari 32 negara sudah pernah mengirimkan antariksawannya ke luar angkasa. Hingga kini, sembilan belas antariksawan telah tewas dalam misi perjalanannya, dan setidaknya sepuluh antariksawan telah meninggal dalam kecelakaan latihan di darat.

Sebuah Lagu dari D'Masiv, menggambarkan bahwa di masa depan ada seorang astronot dari Indonesia.
Lagu dan Video Klip yang menginspirasi.


Badan Antariksa Nasional Menyatakan Bahwa
Estelle Linden
LULUS
Sebagai ASTRONOT




Pergilah kasih
Kejarlah keinginanmu
Selagi masih ada waktu
Jangan hiraukan diriku
Aku rela berpisah demi untuk dirimu
Smoga tercapai sgala keinginanmu

Lihat Juga:

Ucapan Terima Kasih:

Kepada seluruh masyarakat Indonesia yang mendambakan akan kemajuan bangsa dalam penguasaan Iptek Antariksa

Kunjungi Sekolah Kami:

Indonesian University Space Research Association

1. http://asosiasiuniversitasrisetantariksa.blogspot.com/

Indonesian Space Science & Technology School
2. http://sekolahiptekkeluarangkasaan.blogspot.com/